Sawara, sebuah kota di
Chiba yang terkenal untuk tempat tamasya dan sejumlah kuil yang
terkenal, menjadi tuan rumah salah satu festival paling aneh di seluruh
Jepang. Termasuk di dalam festival ini adalah membelai kumis dan minum
sebanyak-banyaknya.
Festival ini diberi nama Higenade-Matsuri
(festival membelai kumis), salah satu festival yang diadakan di Kuil
Katori. Ini menandai pergantian penjaga kuil yang terjadi setiap
tahunnya. Awalnya, festival ini dilakukan utuk menandai penyerahan dari
satu keluarga ke keluarga lainnya, namun sekarang dilakukan hanya dari
satu kelompok ke kelompok berikutnya.
Membelai Kumis
Peserta
duduk saling berhadapan mengenakan pakaian formal. Terdapat empat belas
penjaga tahun lalu dan empat belas orang yang akan mengambil alih.
Setiap orang memiliki kumis yang sangat tebal di atas bibir mereka.Para
peserta menumbuhkan kumis mereka berbulan-bulan sebelum festival
diadakan. Bagi mereka yang tidak mampu atau tidak mau menumbuhkan kumis,
kini mereka dapat menggunakan kumis palsu.
Semangkuk besar sake
ditempatkan di tengah-tengah kelompok. Pada waktu yang ditentukan, kedua
kelompok peserta datang bersamaan di mana mereka saling membelai kumis
orang di hadapannya. Sake pun kembali datang dalam kuantitas yang sama.
Membelai
kumis dalam acara itu adalah semacam tantangan untuk minum lebih
banyak. Seolah-olah mereka berkata, ‘Ayo, jika Anda cukup jantan untuk
memakai kumis tebal seperti itu, tentu Anda dapat minum terus dari
mangkuk berikutnya!’
Higenade-Matsuri telah ada
berabad-abad lamanya, membuktikan sebuah fakta bahwa bangsa Jepang kuno
memiliki rasa humor aneh yang sama seperti yang diamati oleh bangsa
Barat terhadap bangsa Jepang saat ini. Budaya ini dimulai sekitar 800
tahun yang lalu di Era Kempo yang berlangsung pada tahun 1213 hingga
tahun 1219. Tujuan dari minum-minum dan membelai kumis dalam festival
ini adalah untuk berdoa demi panen yang baik dan kesejahteraan dari
keturunan para peserta. Tapi saat ini, festival ini terlihat hanya
seperti mencari-cari sebuah alasan untuk bermabuk-mabukan saja.
Lebih dari sekedar membelai kumis
Sawara
adalah salah satu dari banyak tempat yang disebut Edo Kecil yang
mempertahankan citarasa Jepang lama. Dulu Sawara merupakan pusat
perdagangan dan seni di daerah Chiba utara. Daerah ini terletak di
sepanjang sungai Tone, sungai terbesar kedua di Jepang, yang digunakan
untuk pergi langsung menuju ibukota namun sejak saat itu telah dialihkan
untuk mencegah banjir.
Sekarang, festival ini merupakan salah
satu penarik perhatian yang paling mengagumkan untuk para turis yang
sedang bertamasya. Jalan-jalan tua berliku berjajar dengan toko-toko
yang menjual kerajinan tradisional dan makanan ringan dan hal itu
benar-benar membuat Anda merasa sedang berada di suatu tempat dalam
sebuah set film.Ada juga tur perahu wisata yang dapat Anda nikmati,
memberikan pemandangan kota dari sudut pandang yang unik. Kuil Katori
adalah kuil utama di daerah itu dan dikunjungi oleh puluhan wisatawan
bahkan ketika sedang tidak ada festival membelai kumis.
Dengan
kata lain, ada banyak hal yang dapat dilakukan di sana selain menonton
beberapa orang dengan kumis lucu sedang minum-minum. Namun jika Anda
ingin pergi ke sana untuk menyaksikan sebuah festival khas Jepang yang
mungkin dapat dikatakan paling aneh, festival itu diadakan di bulan
Januari setiap tahunnya.
sumber