Jumat, 21 September 2012

Para Ahli Kembangkan Kulit Anti Peluru

Percampuran kulit manusia dengan sutra laba-laba kini dapat direkayasa untuk menahan serangan peluru. Temuan baru ini disampaikan oleh peneliti dari Belanda, dengan sedikit bantuan dari modifikasi genetik terhadap kambing.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, modifikasi kulit manusia dengan susu kambing (dari kambing hasil rekayasa genetika), dapat menghasilkan protein yang sama seperti yang terdapat di jaring laba-laba sutra. Kekuatan jaring yang dibuat laba-laba sutra memang empat kali lebih kuat dari Kevlar, materi yang digunakan dalam pembuatan rompi anti-peluru.

'Sutra' tersebut lalu dilapisi kulit manusia dewasa yang direkayasa secara bio-engineering dalam sebuah laboratorium, untuk dapat menahan peluru dari sebuah tembakan langsung, meski tidak dalam kecepatan penuh.

“Dalam cuplikan video (hasil penelitian), peluru ditembakkan ke kulit hasil rekayasa itu dalam setengah kecepatan. Tapi daya tahannya terbatas, saat ditembakkan pada kecepatan penuh 329 meter per detik, material butiran peluru itu menembus kulit,” tulis New Scientist.

Peneliti Belanda, Jalila Essaidi yang bekerja di Konsorsium Forensik Genetik Belanda, mengatakan proyek sutra laba-laba dinamakan "2,6 gram 329 meter per detik", mengambil berat dan kecepatan peluru yang ditembakkan dari laras panjang kaliber 22. Essaidi mengatakan tujuan percobaan ini adalah untuk mengganti keratin dalam kulit manusia dengan sutra laba-laba.

Sutra tersebut diproduksi di Utah, kemudian dipintal menjadi benang di Korea, selanjutnya ditenun menjadi lapisan seperti kain di Jerman. Tahap terakhir juga melibatkan pertumbuhan sebuah lapisan dari kulit di sekeliling kulit rompi antipeluru yang diambil selama lima pekan.

Ia mengatakan bahwa proyek ini membuat fiksi ilmiah menjadi seperti kenyataan. Sebelumnya, dalam sejarah tercatat bahwa sutra juga pernah digunakan oleh pasukan berkudanya Jenghis Khan.

“Bayangkan sebuah rompi dari laba-laba sutra, mampu menangkap peluru. Di masa kini, itu sama seperti anti-panah yang dimiliki pasukan Jenghis Khan,” ucap Essaidi.

“Mari kita tunggu tahapan berikutnya, kenapa bersusah-payah dengan sebuah rompi: bayangkan ini menggantikan keratin, protein yang memungkinkan memiliki ketangguhan kulit manusia sama seperti protein sutra laba-laba," lanjutnya. “Hal ini dimungikinkan dengan menambahkan gen penghasil sutra laba-laba ke genom manusia untuk menciptakan manusia anti-peluru.”

Meski masih dianggap sebagai sains semu, Essaidi menyebut ide ini menjadi perintis untuk menghasilkan kulit seperti yang dimiliki Superman, Manusia Baja yang anti-peluru.




sumber