Sejarah Legenda sinterklas
Legenda
Sinterklaas muncul pada ribuan tahun silam. Dewa perang dalam legenda
Eropa Utara, saat musim dingin, menunggang kudanya yang berkaki 8
berlari cepat ke ujung langit penjuru laut, menjatuhkan hukuman kepada
yang jahat dan memuji yang baik, membagikan hadiah. Pada saat yang sama,
anaknya yaitu Dewa Petir yang berbusana merah dengan petir sebagai
senjatanya berperang dengan semua dewa salju di kegelapan malam, yang
berakhir dengan kemenangannya.Ada
juga legenda yang mengatakan bahwa Sinterklaas berasal dari St.
Nicholas, karenanya Sinterklaas juga disebut St. Nicholas, oleh karena
kisah-kisah ini sebagian besar mengobarkan semangat Kristen, tempat
asal, alur cerita kebanyakan telah dilupakan, namun Sinterklaas malah
kekal abadi di dalam dunia rohani banyak orang. Setiap tahun pada hari
Natal, Sinterklaas menunggang di atas konstelasi Aries, bocah suci
memegangi pohon cemara (pohon Natal) turun ke dunia manusia, namun
seiring dengan perubahan kehidupan manusia, pengarang dan seniman mulai
melukiskan Sinterklaas menjadi wujud Sinterklaas berbusana merah dan
berjanggut putih yang kita kenal sekarang.Bersamaan
itu juga terdapat penjelasan yang berbeda terhadap negara dan budaya
yang berbeda. Asal-usul Sinterklaas di Jerman berdasarkan pada cerita
Dewa Woden (dari sini juga muncul istilah ‘Wodenesday’ atau hari Woden,
di mana kita menyebutnya Wednesday (hari Rabu). Woden penting bagi para
penduduk di tempat yang sekarang kita kenal sebagai Jerman dan
orang-orang Teuton kuno, di samping orang-orang Inggris. Woden, yaitu
seorang tokoh di dalam sejarah, digambarkan di dalam mitologi sebagai
menunggang kuda putihnya melalui udara, dengan berpakaian jubah yang
berjela-jela. Dia mempunyai janggut putih yang panjang dan topi yang
besar kerana dia juga dipercayai mempunyai kebijaksanaan, dan dia
membawa sebuah buku di dalam tangannya.Sinterklaas
ini merias diri menjadi orang suci yang meletakkan buah berkulit keras
dan apel di dalam sepatu anak-anak. Ia mengendarai kereta kuda beroda
dua keliling di segala penjuru, mengamati sikap dan perilaku
orang-orang, terutama anak-anak, apabila memperlihatkan perilaku yang
baik, akan mendapatkan hadiah berupa buah apel, buah berkulit keras,
permen dan sejumlah besar hadiah lainnya. Sedangkan anak yang buruk
perilakunya hanya akan mendapatkan cambuk. Inilah yang mengilhami orang
tua untuk menggunakan legenda tersebut sebagai pendorong semangat
anak-anak.Di Italia, tokoh
Sinterklaas muncul dari cerita mengenai seorang nenek sihir yang
bernama Befana. Ia mendapatkan tugas dari malaikat untuk memberikan
hadiah kepada Tuhan Yesus pada saat Yesus dilahirkan, seperti juga orang
Majus, tetapi karena kelalaiannya ia datang terlambat. Oleh sebab itu
Befana mendapat hukuman tiap tahun sebelum kelahiran Yesus, ia harus
memberikan hadiah sebanyak mungkin kepada anak-anak kecil yang tidak
mampu. Kepercayaan ini dianut oleh banyak orang, sehingga pemuka agama
di Italia mengambil keputusan agar kepercayaan ini dialihkan ke
Sinterklaas. Inilah awal dari kepercayaan bahwa Sinterklaas selalu
memberi hadiah kepada anak-anak.Di
negeri Belanda, Santa Klaus dikenali sebagai Sinterklaas. Sinterklaas
adalah seorang bisop yang memakai penutup kepala dan mempunyai sebuah
buku yang mencatatkan perbuatan baik dan dosa. Dia mempunyai tongkat
gembala dan menunggang seekor kuda putih di atas bumbung-bumbung rumah.
Sinterklaas mempunyai seorang hamba bernama Black Peter. Di Belanda,
anak-anak menyanyikan lagu-lagu di sekitar cerobong kepada Sinterklaas.
Black Peter mendengar di atas cerobong itu untuk menentukan sama ada
anak-anak itu menyanyikan lagu-lagu yang betul dan menyediakan
pemberian-pemberian yang sesuai kepada kuda Sinterklaas, yaitu Karot dan
Jerami. Hadiah-hadiah kemudian diberikan kepada anak-anak itu melalui
cerobong tersebut.Ketika
kaum kolonialis Belanda tiba di benua Amerika, mereka juga membawa serta
uskup Sinterklaas mereka, digambarkan mengenakan kasaya merah, dan
mengendarai seekor kuda putih. Figur Sinterklaas Amerika belakangan
berangsur-angsur menjadi sebuah Sinterklaas bijaksana. Awalnya, penulis
Amerika yaitu Washington Owen dalam drama komedinya (Sejarah New York)
melukiskan Sinterklaas sebagai seorang kakek Belanda yang gemuk dan
bundar. Tahun 1823, penyair Clement Moore dalam sajak dan lagunya “Kesan
St.Nicholas” mendramakan figur Saint Nicholas, itulah kakek Natal
(Sinterklaas). Pada tahun 1960-an produser film kartun Thomas Nash
melukis seorang kakek Natal (Sinterklaas) yang ramah-tamah dan gemuk
sebagai ilustrasi.Seiring
dengan berlalunya waktu, figur Sinterklaas menyebar ke seluruh pelosok
dunia. Sejumlah besar negara juga menyimpan legenda yang berhubungan
dengannya. Sinterklaas dari Perancis bernama Father Christmas atau Pere
Noel, Sinterklass dari Swiss bernama Christkindl atau Christ Child, dan
Sinterklaas dari Inggris namanya sama dengan Perancis yaitu Father
Christmas, figurnya lebih khidmat dibandingkan dengan Sinterklaas
lainnya, sedikit lebih kurus. Dan Sinterklaas dari Amerika Utara adalah
mengendarai rusa salju yang menarik kereta luncur membagi-bagikan
hadiah.
sumber