SOSIS
sudah menjadi konsumsi banyak orang di Indonesia. Namun, apa daya
sosis yang dikonsumsi masyarakat Indonesia selama ini bukan terbuat
dari daging.
“Semua sosis di Asia, termasuk Indonesia, bukan sosis asli. Sosis yang
kalian makan itu bisa didapatkan di supermarket dengan harga cukup
murah, terbuat dari kacang kedelai, dan tidak ada dagingnya,” ucap Chef
Claas Meinke, Western Chef Butcher Hotel Sari Pan Pacific, di sela
acara Chef Table di Hotel Sari Pan Pacific, Sudirman, Jakarta Pusat,
Senin (20/2/2012).
Selain dibuat dari kacang kedelai, Chef asal Jerman ini mengatakan bila
sosis yang dijual di Indonesia lebih dominasi bahan kimia yang berasal
dari bumbu. “Banyak bahan kimianya, bumbunya, dan enggak ada
dagingnya. Jadi, cuma seperti dibungkus saja. Bedanya dengan sosis
kami, terbuat dari 100 persen daging, 50 persen daging, 25 persen
lemak, dan 25 persen es,” paparnya.
Dia menjelaskan bila sosis yang dibuat dari daging akan berpengaruh
pada harga jual. Sosis dari daging ini biasanya tidak dijual di pasar
tradisional karena suhu penyimpanannya harus diatur.
“Karena ada bahan-bahan tersebut (kedelai, bumbu, dan sebagainya-red),
maka rasanya berbeda, harganya juga berbeda. Di pasar lokal Asia, harga
sosis biasanya Rp45-55 ribu, sedang di supermarket harganya bisa Rp60
ribu. Masuk akal harga sosis ayam segitu, enggak ada daging di
dalamnya,” tambahnya.
Namun demikian, dia tidak bisa menyalahkan para pembuat sosis yang
harus menyesuaikan olahannya dengan selera dan daya beli konsumen.
“Kalian tidak bisa menyalahkan para pembuatnya karena enggak hanya di
Indonesia saja, tapi juga seluruh Asia. Orang-orang enggak mampu untuk
membeli sosis asli. Maka itu, mereka harus mencari jalan lain yang
lebih murah. kalian tidak bisa menyalahkan perusahaannya juga,”
tutupnya.
sumber