Rabu, 26 September 2012

Kerang yang Berganti Kelamin Setelah Dewasa

foto 
Dingin dan kerasnya kondisi alam di Antartika ternyata membuat kerang Antartika mengembangkan kemampuan untuk berganti kelamin. Sifat hermafrodit yang misterius ini terungkap oleh tim ilmuwan dari National Oceanography Centre di Southampton, Inggris ketika mempelajari hewan bivalvia di perairan yang amat dingin itu.

Kemampuan unik binatang laut bernama ilmiah Lissarca miliaris ini baru terungkap kendati hewan itu telah dikenali sejak 1845 dan kemampuan reproduksinya dipelajari pada dekade 1970-an. Hasil penelitian tim ilmuwan Inggris menunjukkan kerang Antartika mengembangkan kemampuan beralih kelamin untuk berkembang biak secara efisien di perairan Kutub Selatan yang dingin.

Temuan menakjubkan ini diterbitkan dalam jurnal Polar Biology edisi teranyar. "Penelitian reproduksi sebelumnya hanya mempelajari ukuran telur kerang dan pengeramannya," kata Adam Reed, mahasiswa program doktoral yang memimpin penelitian, pada 11 September 2012.

Berdasarkan data penelitian sebelumnya diketahui bahwa kerang Antartika betina "mengerami" anaknya selama 18 bulan, mulai dari telur hingga menjadi kerang muda yang sudah bercangkang. Seekor induk kerang Antartika mampu mengerami 70 telur di dalam cangkang mereka yang berbentuk cembung.

Pengamatan jeli terhadap reproduksi pada tingkat sel kerang menunjukkan fenomena lain. Reed dan rekan-rekannya menemukan bahwa telur seperti yang dierami kerang betina ternyata juga dijumpai pada individu jantan.

"Anehnya, kami menemukan sejumlah besar telur yang sangat kecil pada kerang jantan. Bahkan jumlah telurnya jauh lebih banyak dibanding yang mampu dierami seekor induk kerang seumur hidupnya," kata Reed.

Teori yang diusung Reed menyatakan kerang Antartika berkelamin jantan saat masih dalam tahap pertumbuhan. Jenis kelamin kerang beralih menjadi betina setelah mereka berukuran cukup besar untuk mengerami sejumlah besar telur.

Peralihan jenis kelamin pada kerang Antartika ini bisa dikategorikan sebagai fenomena langka dan tidak biasa. Namun, Reed menyatakan dalam 10 tahun mendatang sifat unik ini mungkin akan menjadi hal umum pada spesies kerang laut.

"Hermafroditisme atau kelamin ganda bisa jadi merupakan hal biasa pada berbagai jenis kerang Antartika. Masih banyak spesies kerang laut di ujung selatan bumi untuk menguak misteri ini," ujar Reed.

Berbeda dengan hermafodit, “mengerami" telur merupakan sifat reproduksi yang jamak dijumpai pada fauna  invertebrata Antartika. Sifat unik ini dikembangkan sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi dingin ekstrem lautan Kutub.

"Telur kerang yang dierami memiliki angka kematian jauh lebih rendah dibandingkan larva plankton kecil, tetapi lebih sedikit diproduksi," kata Reed.

Kemampuan ini muncul karena pertumbuhan kerang melambat dalam lingkungan yang sangat dingin, sehingga berburu larva plankton menjadi tugas berat. Dengan mengeram, kerang dapat mengurangi kebutuhan makanan dalam jangka panjang. Strategi ini terbukti efisien bagi fauna invertebrata Antartika, termasuk kerang dan Echinoida.

Reed menyatakan kerang Antartika dapat mengoptimalkan efisiensi sewaktu memasuki masa reproduksi. "Kami menemukan jaringan reproduksi kerang jantan akan menetap untuk waktu yang lama, meski telah berubah kelamin menjadi betina," katanya.

Untuk saat ini, kemampuan kerang Antartika berganti kelamin masih menyimpan banyak misteri. Persoalan teknis membatasi para ilmuwan untuk mempelajarinya lebih mendalam. Sebab, kata Reed, diperlukan setidaknya penelitian berbulan-bulan di stasiun penelitian British Antarctic Survey.

"Mungkin mereka berganti kelamin supaya dapat terus bereproduksi sebagai individu jantan sembari mengerami telur selama 18 bulan,” kata Reed. Dia berencana terus melakukan penelitian untuk mendalami sifat-sifat unik beberapa fauna invertebrata laut di Antartika.




sumber