Ayah
lima anak itu bukannya tidak mau belajar membaca. "Waktu kecil saya
berusaha keras agar bisa membaca," kata lelaki 45 tahun itu. Dia
memutuskan berhenti sekolah pada umur 14 tahun.
Di luar masalah disleksia, Panayiotou tak membantah bahwa dia benci membaca waktu masih kecil. "Jadi setelah dewasa saya punya cara tertentu untuk menghindarinya."
Jadi dia memiliki trik khusus untuk mengakali kelemahannya itu. "Saya memiliki daya ingat yang luar biasa, photographic memory. Saya mengenali bentuk untuk mengenali sebuah kata, tanpa perlu bisa membaca," ujarnya.
Di
jalan misalnya, selain menghapalkan tanda lalu lintas, dia menghapalkan
bentuk kata nama jalan ataupun nama kota. Sayangnya, trik itu tidak
berlaku pada setiap hal. "Kalau ada nama belakang baru yang saya tidak
mengenali, saya tidak mungkin bisa. Begitu juga dengan mengisi formulir
seperti paspor. Itu area terlarang saya," ujar lelaki yang pernah
menjadi petinju itu.
Meskipun memiliki kekurangan
seserius itu, dia berhasil membangun sebuah kerajaan bisnis yang
mengagumkan. Di usia muda, anak imigran Yunani itu membeli sebidang
tanah kecil di Islington. Pelan-pelan dia membangunnya menjadi gedung
apartemen. Dari situlah bisnisnya berkembang. Pada tahun 2007, dia
berhasil menjual ribuan rumah. Kini fokusnya beralih ke hotel.
Perusahaannya,
The Ability Group, kini memiliki tujuh hotel. Yang paling gres adalah
Hotel Waldorf-Astoria London senilai 70 juta poundsterling (Rp 979
miliar). Dia juga akan menjual "rumah termahal di Inggris", sebuah
properti yang baru direnovasi di Hamstead. Dia berharap rumah itu laku dengan harga 100 juta poundsterling (Rp 1,3 triliun).
Rumah pribadinya di Epping Forest seluas 8 hektare. Dia juga memiliki tiga pesawat pribadi dan sebuah kapal pesiar.
Dia
yakin kesuksesannya adalah gara-gara disleksia karena dengan
kekurangannya itu, dia harus melatih diri untuk bekerja lebih keras
dibandingkan orang lain. "Semuanya, dorongan kuat untuk membuktikan
bahwa saya berarti, kedisplinan yang sangat ketat, dan kebanggaan atas
yang sudah saya capai merupakan hasil dari perasaan malu dan kurang yang
saya alami karena tertinggal dibanding anak-anak lain yang bisa
membaca," Panayiotou mengaku.
"Dengan membalik
disleksia, Anda berhasil mengembangkan bakat lain. Saya melatih pikiran
agar memiliki daya ingat kuat. Kita jadi lebih kreatif dalam
menyelesaikan masalah karena pikiran kita dipaksa bekerja untuk memahami
yang terjadi di sekitar kita."
"Pikiran kita selalu
berusaha, berusaha, dan berusaha. Kita jadi lebih kuat karena belajar
mengatasi masalah merupakan bagian dari kehidupan," tuturnya.
Panayiotou
kini terlibat aktif dalam kampanye untuk mengatasi buta huruf.
"Kemampuan membaca merupakan hal pokok seperti makan," katanya.