Warga Ingin Budidaya Bunga Bangkai
SIKLUS bunga bangkai yang tumbuh setiap
tahun sekali membuat warga ingin membudidayakan bunga yang tumbuh tak
lebih satu meter tersebut. Warga merasa, bunga bangkai tersebut adalah
bunga langka yang harus dilestarikan keberadaannya. Berikut
penusurannya.
Laporan : ZULFAH ROBBANIA, Cianjur
MESKI telah dipastikan bahwa bunga
bangkai yang tumbuh dipekarangan rumah milik warga di Kampung Jero, Desa
Maleber, Kecamatan Karangtengah, Cianjur, bukanlah bunga bangkai jenis
Amorphopalus Titanum, warga tetap berkeinginan untuk membudidayakan
bunga bangkai.
Jenis Amorphopalus Titanum, memiliki
ciri khas, yakni ukurannya yang raksasa, karena mencapai tiga meter.
Bentuk bunga tersebut sangat unik, karena memiliki seperti batang
panjang serta dikelilingi oleh kelopak yang besar. Siklus kehidupan
Amorphopalus Titanum hingga muncul menjadi bungai mencapai empat tahun.
Sedangkan warna bunga pada bagian luar kuning dan bagian dalamnya
cokelat keungu-unguan.
Sementara jenis bunga bangkai yang ada
di pekarangan warga, memiliki siklus kehidupan yang mencapai satu tahun.
Ukurannya jauh lebih kecil, setiap kali tumbuh mencapai 50-60
centimeter. Warna bunga tersebut dominan cokelat keungu-unguan. Ciri
lainnya, bunga bangkai ini, tidak memiliki bagian seperti batang
panjang, malah bentuknya seperti bunga yang kuncup.
Diantara perbedaan kedua jenis bunga
bangkai tersebut, terdapat persamaannya, yakni masa tumbuh yang hanya
mencapai dua minggu. Tidak hanya tu, bau menyengat seperti bangkai ini,
akan tercium mulai sore menjelang malam.
Meski demikian, warga tetap berkeinginan
untuk membudidayakannya, karena bunga tersebut jenis tanaman langka.
Warga menilai, tumbuhnya bunga bangkai di lokasi yang sama selama dua
tahun berturut-turut, menjadikan lokasi tersebut merupakan habitat yang
cocok untuk bunga bangkai.
“Siklusnya sudah terlihat, yakni setahun
sekali. Ini bisa jadi bahan penelitian, kenapa tumbuhnya selalu disini
dalam dua tahun terakhir ini. Pemerintah seharusnya bisa turun tangan,”
ungkap Aip Syarifudin, warga setempat.(**)