Tarakan pada awal Oktober ini dibikin heboh dengan
menyebarnya foto syur seorang warganya. Perempuan berinisial SW tersebut
mengakui jika itu memang foto dirinya, namun disebar melalui akun Facebook miliknya yang kata sandinya telah dibobol.
Mengetahui foto-foto tidak senonohnya beredar luas, pada Selasa (2/10)
lalu SW (23) telah melapor ke Polres Tarakan. “Ada perempuan berinisial
SW, warga Jalan Aki Balak, Tarakan Barat. Dia melaporkan karena
foto-foto bugil pribadinya telah disebar melalui Facebook oleh seseorang. Namun sementara kasus ini masih dalam lidik,” ungkap Plt Kasubag Humas Polres Tarakan Ipda Sumarna.
Kepada polisi, SW mengaku dirinya baru mengetahui foto-foto pribadinya
diunggah di media sosial, ketika bertamu ke rumah keluarganya di Jalan
Rawasari Indah. Saat itu, dia ditelepon temannya. Foto-foto tersebut
diunggah seseorang yang identitasnya masih dikejar polisi.
Di laman akun Facebook-nya, SW menulis diri sebagai alumni
salah satu SMA negeri di Tarakan. Terdapat sekitar 60 foto dalam pose
menantang di dalam sebuah album tak bernama. Sebagian dalam keadaan
telanjang bulat, sebagian lagi semibugil. Beberapa foto diketahui
diunggah pada tanggal 1 Oktober 2012, sekitar pukul 22.00 Wita.
Akun SW juga tampaknya juga masih baru. Sebab, tercatat bergabung di Facebook pada
29 September 2012. Hingga malam tadi, jumlah teman akun ini berjumlah
185 orang, bertambah dari sebelumnya yang hanya sekitar 150. Status
terakhir yang dituliskan pelaku adalah “aku sangat bahagia”, di-update pada 3 Oktober pukul 23.23 Wita.
Kepada KPNN, korban SW sendiri mengaku foto-foto vulgar
tersebut memang merupakan dokumen pribadinya yang diunggah seseorang
yang tak dia kenali.
“Itu memang foto dan akun Facebook saya. Tapi, saya sekarang tidak bisa buka Facebook itu. Soalnya, kata sandinya telah diubah,” kata korban, yang kesehariannya mengenakan jilbab ini, kemarin (5/10) siang.
Kakak korban yang namanya enggan disebutkan juga membenarkan jika foto yang terpampang di Facebook itu
adalah adiknya. “Tapi bukan dia (SW) yang unggah foto-foto itu,” kata
kakak korban yang mengatakan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ke
polisi.
“Sebenarnya begini, Mas, agar tidak malu dilihat orang terus, kami
laporkan ke polisi agar jangan sampai foto-foto itu tersebar. Tapi,
tidak tahunya telah masuk koran,” ungkap sang kakak lagi.
Siapa yang kira-kira menyebarkan? Baik korban maupun kakaknya enggan
menyebutkan, bahkan terkesan menyembunyikan. Hanya, menurut kakak
korban, kondisi SW setelah tersebarnya foto syur itu masih terlihat
depresi.
“Aduh, saya tidak tahu, Mas. Kami melapor itu untuk meminta
perlindungan dan agar pelakunya bisa ditangkap. Ke kantor polisi saja,
Mas, pasalnya sudah kami serahkan semuanya ke pihak kepolisian,” katanya
lagi.
Mengunggah atau tidak, kasus SW di Tarakan merupakan pelajaran kesekian
kalinya bagi siapapun agar tak perlu mengabadikan pose seronok, apalagi
sampai bugil --meski hanya bermotifkan dokumentasi pribadi. Sebab, jika
sampai jatuh ke tangan orang iseng, perkembangan teknologi sungguh
kejam karena memungkinkan foto itu menyebar luas. (rik/kpnn/zal)
sumber