Bicara tentang jejak peninggalan Soekarno seperti tidak ada habisnya.
Semua orang tahu presiden pertama ini merupakan penggagas pembangunan
tugu Monumen Nasional, tugu Pancoran, dan tugu selamat datang di
Bundaran Hotel Indonesia. Sosoknya juga lekat dengan hal-hal mistis.
Barangkali belum banyak yang tahu Soekarno juga dekat dengan keluarga
Mak Erot. Boleh percaya atau tidak. Menurut Syaifulloh, cucu pertama
dari anak keenam Mak Erot, presiden kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu
kabarnya kerap singgah ke rumah kakek dan neneknya di Desa Caringin,
Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. ”Sering mampir ke
sana. Nenek tidak cerita apakah beliau berobat atau tidak, saya juga
tidak tanya. Tapi barangkali saja seperti itu (berobat),” kata Saifulloh
saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, kamis dua pekan
lalu.
Boi adalah suami Mak Erot. Syaifulloh mengungkapkan kakeknya itu
memiliki beberapa foto bareng Soekarno. Misalnya ketika Soekarno singgah
ke Palabuhanratu atau saat Soekarno mampir ke rumah. Dulu, semasa
menjabat presiden, Soekarno memang sering mampir ke istananya di
Palabuhanratu. Boi, tokoh warga di sana, sering datang lalu mengobrol
bareng sang presiden.
“Saya dapat cerita dari nenek itu saja, tidak lebih. Makanya beliau
meminta saya menyimpan foto Bung Karno ini,” ujarnya. Itu sebabnya di
ruang praktik Syaifulloh di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, terpacak
foto Soekarno dengan hiasan tasbih dan keris.
Sebagai gambaran kedekatan Istana Palabuhanratu dengan Soekano, Charly
Silaban, wartawan koran Sinar Harapan, pernah menulis tentang
Palabuhanratu. Begini dia menuliskan: jarum jam menunjukkan pukul
setengah lima, saat yang tepat untuk menikmati indahnya pantai di sore
hari. Namun, langit di atas Palabuhanratu mulai gelap seperti hari-hari
sebelumnya. Bersama beberapa teman wartawan lain, saya memilih
mengunjungi Pesanggrahan Palabuhanratu di Desa Citepus.
Istana peristirahatan menjorok ke pantai itu adalah salah satu
peninggalan mantan Presiden Soekarno. Untuk menuju bangunan didirikan
pada 1962 ini, pengunjung harus mendapat izin dari Sekretariat Negara di
Jakarta. Seorang laki-laki setengah baya menyambut kami. Dengan motor
bebek lelaki bernama Agus Abdullah itu menggiring mobil kami tumpangi
dari pos di pintu gerbang menuju bangunan tiga tingkat itu.
Di antara Istana Presiden lainnya, Pesanggrahan Palabuhanratu seluas
1.500 meter persegi itu terbilang sederhana. Ada enam kamar, dua di
lantai tiga dan empat di lantai dua, sementara lantai satu hanya
digunakan sebagai gudang. Di lantai dua ada sebuah ruangan kaca lebih
menjorok ke laut, sebagian bangunannya berada di atas karang tepi
pantai. Di sinilah biasanya diadakan pertemuan atau jamuan makan malam.
Bisa jadi, karena lokasinya menjorok ke pantai membuat Soekarno jatuh
hati pada tempat dulunya merupakan tempat peristirahatan Mayor Mantiri
bernama Vaya con Dios. Ia pun meminta Mayor Mantiri merelakan kompleks
seluas 2,8 hektare ini untuk ditukar lahan di sebelahnya, kini dibangun
Vila Bayu Amrta.
Meski jarang dikunjungi, pesanggrahan ini terawat. Agus Abdullah dan
tujuh rekannya setiap hari membersihkan bangunan yang didirikan oleh
Raden Mas Soedarsono dan F Silaban ini. “Yang terakhir ke sini Ibu Mega
(Megawati Soekarnoputri) bersama keluarga sebulan sebelum beliau
lengser,” kata Agus. Sebelumnya, beberapa pejabat pernah mengunjungi
tempat ini, antara lain Adam Malik, Sudharmono, Umar Wirahadikusumah,
Try Soetrisno, dan Gus Dur. “Habibie pernah lewat, cuma mampir saja,”
tutur Agus.
Soekarno belum sempat menikmati istana ini karena begitu selesai
dibangun ia tengah menghadapi peristiwa politik besar di negeri ini.
Dulu, di istana ini tersimpan dua lukisan karya presiden pertama RI itu.
“Setelah banyak kolektor lukisan, saya takut, jadi saya usulkan dibawa
ke Istana Bogor saja,” kata Agus.
sumber