Masjidil Haram, tempat suci umat Islam di
Arab Saudi menyimpan sejarah kelam. Konflik berdarah pernah terjadi di
wilayah ini antara penganut Syiah Iran dan Sunni-Arab.
Dilansir dari Wikipedia.org, bentrokan ini dipicu lantaran Muhammad bin Abdul al-Wahab pemimpin aliran Salafi memulai penghancuran situs pemakaman Syiah di Kota Suci Hejaz. Pada 1925 Raja Saudi Abdul Aziz bin Saud melanjutkan pembongkaran penganut ajaran Ahlul Bait itu.
Iran berpenduduk mayoritas Syiah marah dan menyerukan penggulingan Abdul Aziz. Negara Mullah ini juga melarang warganya menunaikan ibadah haji. Mereka berang saat seorang warga Iran dipenggal atas tuduhan membawa benda najis dibalik jubahnya saat berada di wilayah Masjidil Haram.
Meski dilarang, nyatanya masih ada penduduk Iran nekat melaksanakan ibadah haji. Pemerintah Mullah tidak melarang mereka. Pemimpin spiritual Iran Ayatulloh Rahullah Khomeini menyerukan agar pengikutnya menjauhkan diri dari para penentang Syiah selama menjalankan rukun Islam kelima itu. Khomeini juga menyerukan untuk memberikan pesan politik anti-Amerika Serikat dan Israel dalam bentuk selebaran diedarkan pada sesama jamaah haji.
Pada 1981 ketegangan memuncak dan peziarah Iran mulai berani meneriakkan slogan-slogan politik anti-barat di lingkungan dua tempat suci yakni Masjidil Haram di Kota Makkah dan Masjid Nabawi di Kota Madinah. Bentrokan antara penjaga keamanan Saudi dan demonstran terjadi. Satu orang tewas membuat pihak Saudi merasa bersalah sebab darah telah tumpah di tanah Tuhan.
Tahun ini pula Irak dipimpin Saddam Hussein melakukan invasi ke Iran. Demi menebus rasa bersalah, Kerajaan Saudi menulis surat ke Saddam dan menyebut penyerangan terhadap Iran merupakan tindakan bodoh.
Hubungan Saudi dan Iran pun sedikit tenang pasca bentrokan. Kedua pihak sepakat untuk menjaga perdamaian dan ketertiban. Khomeini menyuruh pengikutnya tidak lagi membuat selebaran politik berisi kecaman terhadap Amerika dan pemerintah Arab.
sumber
Dilansir dari Wikipedia.org, bentrokan ini dipicu lantaran Muhammad bin Abdul al-Wahab pemimpin aliran Salafi memulai penghancuran situs pemakaman Syiah di Kota Suci Hejaz. Pada 1925 Raja Saudi Abdul Aziz bin Saud melanjutkan pembongkaran penganut ajaran Ahlul Bait itu.
Iran berpenduduk mayoritas Syiah marah dan menyerukan penggulingan Abdul Aziz. Negara Mullah ini juga melarang warganya menunaikan ibadah haji. Mereka berang saat seorang warga Iran dipenggal atas tuduhan membawa benda najis dibalik jubahnya saat berada di wilayah Masjidil Haram.
Meski dilarang, nyatanya masih ada penduduk Iran nekat melaksanakan ibadah haji. Pemerintah Mullah tidak melarang mereka. Pemimpin spiritual Iran Ayatulloh Rahullah Khomeini menyerukan agar pengikutnya menjauhkan diri dari para penentang Syiah selama menjalankan rukun Islam kelima itu. Khomeini juga menyerukan untuk memberikan pesan politik anti-Amerika Serikat dan Israel dalam bentuk selebaran diedarkan pada sesama jamaah haji.
Pada 1981 ketegangan memuncak dan peziarah Iran mulai berani meneriakkan slogan-slogan politik anti-barat di lingkungan dua tempat suci yakni Masjidil Haram di Kota Makkah dan Masjid Nabawi di Kota Madinah. Bentrokan antara penjaga keamanan Saudi dan demonstran terjadi. Satu orang tewas membuat pihak Saudi merasa bersalah sebab darah telah tumpah di tanah Tuhan.
Tahun ini pula Irak dipimpin Saddam Hussein melakukan invasi ke Iran. Demi menebus rasa bersalah, Kerajaan Saudi menulis surat ke Saddam dan menyebut penyerangan terhadap Iran merupakan tindakan bodoh.
Hubungan Saudi dan Iran pun sedikit tenang pasca bentrokan. Kedua pihak sepakat untuk menjaga perdamaian dan ketertiban. Khomeini menyuruh pengikutnya tidak lagi membuat selebaran politik berisi kecaman terhadap Amerika dan pemerintah Arab.
sumber