Sebelum
lebih jauh mengetahui satu persatu tentang makhluk-makhluk misterius
yang dimaksud, kita sedikit ulas tentang Cryptozoology. Istilah
Cryptozoology pertama kali dipopulerkan oleh Bernard Heuvelmans pada
akhir 1950-an.
Istilah
ini merupakan gabungan dari 3 kata Yunani yaitu Kryptos, Zoon, Logos.
Kryptos yang berarti tersembunyi, Zoon yang berarti hewan dan Logos yang
berarti ucapan.
Cryptozoology
sekarang adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk kepada
cabang ilmu yang menyelidiki makhluk-makhluk misterius yang belum
terklasifikasi dalam ilmu pengetahuan modern. Sedangkan Cryptid berarti
makhluk misterius yang belum terklasifikasi oleh ilmu pengetahuan
modern.
Sekarang
kita mengenal secara singkat makhluk-makhluk Misterius yang disinyalir
ada di Indonesia, dan keberadaannya hingga saat ini belum ada tanda yang
pasti, selain informasi terdahulu yang tentu saja belum terjangkau oleh
alat perekam seperti era sekarang. Saya meyakini Anda mungkin sudah
familier di telinga dengan kata-kata atau makhluk-makhluk berikut ini
sebelumnya.
1. Ahool
Ahool
adalah monster terbang yang berbentuk seperti kelelawar raksasa,
beberapa sumber menyebutkan seekor Pterodactil yang tinggal di hutan di
Pulau Jawa, seperti halnya monster-monster misterius lainnya, belum ada
bukti nyata dara para ilmuwan yang bisa membuktikan keberadaan monster
ini.
Mahluk
ini pertama kali terlihat oleh Dr. Ernest Bartels ketika menjelajahi
gunung salak yang berada di Pulau Jawa tepatnya Jawa Barat. untuk lebih
jelas mengenai Ahool dalam versi engglish bisa klik di sini wikipedia versi inggris.
2. Batutut
Batutut
atau Ujit termasuk salah satu hewan Cryptozoology yang konon mirip
Bigfoot, penampakannya disekitar Cagar Alam Vu Quang Vietnam, Laos dan
Kalimantan, Indonesia.
Pertama kali ditemukan oleh Penjelajah Prancis pada tahun 1947 dan diteliti oleh Dr John MacKinnon pada tahun 1970.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Batutut merupakan populasi Homo Erectus yang mampu bertahan hidup.
3. Dingiso
Dingiso
(Dendrolagus mbaiso) Dikenal juga sebagai Bondegezou merupakan spesies
Kangguru pohon dari endemik sekitar Papua Barat, Indonesia. Penampakan
di kawasan Pegunungan Sudirman pada ketinggian 3250-4200 meter di atas
permukaan laut. Pertama kali ditemukan pada tahun 1987, oleh Dr Tim
Flannery dari Australia. film dokumenter tentang Dingiso pertama kali
diputar pada tahun 2009 oleh BBC Pasifik selatan setelah melakukan
pencarian selama 11 hari dan dibantu oleh masyarakat sekitar. Penelitian
dan Klasifikasi Dingiso ini masih terus dilakukan.
4. Ebu Gogo
Ebu
Gogo adalah makhluk seperti manusia yang muncul pada mitologi penduduk
pulau Flores, Indonesia, yang memiliki bentuk yang mirip dengan
leprechaun atau peri. "Orang kecil" tersebut dikatakan memiliki tinggi
satu meter, ditutupi rambut, periuk-berperut, dan dengan telinga yang
menjulur. Mereka berjalan agak kikuk dan sering "berbisik" yang
dikatakan sebagai bahasa mereka. Penduduk pulau juga berkata bahwa Ebu
Gogo dapat mengulangi apa yang mereka katakan.
5. Orang Pendek atau Yeti
Orang
Pendek adalah nama yang paling umum diberikan untuk cryptid yang
dilaporkan hidup di hutan-hutan pulau Sumatra. Binatang ini telah
dilihat dan didokumentasikan selama 100 tahun oleh penghuni hutan,
penduduk desa, kolonis Belanda, dan ilmuwan dan pengelana Barat.
Konsensus antara saksi adalah binatang itu merupakan primata bergerak
yang hidup di tanah dan ditutupi oleh bulu pendek dan memiliki tinggi
sekitar 80 cm dan 150 cm.
6. Orang Bati
Orang
Bati adalah hewan yang berada di legenda Pulau Seram. Hewan ini
memiliki tubuh seperti manusia dan bersayap seperti kelelawar.
Diceritakan bahwa ia tinggal di gunung Kairatu dan suka menculik anak
kecil untuk disantap.
7. Orang Gadang
Orang
Gadang merupakan hewan Cryptid berbentuk Primata Raksasa Misterius dari
Sumatera. Dikenal juga dengan nama "Great Man" atau "Giant Mias".
Beberapa sumber mengatakan Orang Gadang berdiri tegak memiliki
ketinggian antara 7,5 sampai 12 kaki atau sekitar 2-4 meter.
8. Veo
Veo
adalah hewan Cryptid asal pulau Rinca dan digambarkan oleh Carl Shuker
dalam buku The Beasts That Hide from Man: Seeking the World's Last
Undiscovered Animals mirip Teringgiling tapi ukurannya sebesar kuda.
Dalam
Wikipedia dijelaskan. The Veo (Manis cryptus) is a cryptid described in
The Beasts That Hide from Man: Seeking the World's Last Undiscovered
Animals[1] by Karl Shuker as living on the island of Rintja (Rinca) and
resembling other pangolins, or scaly ant-eaters. This creature is
reported to be as big as a horse. No modern Pangolin approaches that
size but on the nearby islands of Java and Borneo, large pangolins of up
to 8 feet did once live.
Sightings
of the Cryptid have linked them to relic dinosaurs, particularly the
stegosaurus or the ankylosaurus due to superficial similarities.
The
Veo is described as being a nocturnal, mountain-dwelling creature,
subsisting on a diet of ants and termites. Cryptozoologists have
suggested that the Veo may represent a relict population of the extinct
Manis paleojavanicus.
9. Ikan Coelacanth
Ikan
Coelacanth, Ikan yang disangka sudah punah ternyata ditemukan hidup di
perairan Sulawesi. Ikan tersebut bernama Coelacanth yang berasal dari
kata-kata Yunani ”coelia” (berongga) dan ”acanthos” (duri), yang berarti
ikan dengan duri berongga. Berdasarkan catatan sejarah, ikan coelacanth
hidup pertama kali ”ditangkap” kalangan ilmiah pada tanggal 23 Desember
1938, ketika Kapten Hendrick Goosen mendapatkannya dari Laut India, tak
jauh dari mulut sungai Chalumna. Oleh Marjorie Courtenay-Latimer –
seorang kurator museum di East London, Afrika Selatan – ikan tersebut
diserahkannya kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof. J.L.B.
Smith.
Pada
1998 atau enam puluh tahun sejak temuan pertama, seekor ikan Coelacanth
tertangkap jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan
ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui
keberadaannya oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan yang oleh nelayan
disebut ”raja laut” itu kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti
Amerika yang tinggal di Manado, Mark Edmann. Bersama dua koleganya, R.L.
Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari LIPI, Mark menerbitkan temuannya di
majalah ilmiah Nature, 1998.
Sebenarnya
beberapa coelacanth sudah diidentifikasi oleh para ilmuwan, seperti
coelacanth (Latimeria chalumnae Smith) yang terdapat di Kepulauan
Komoro. tetapi menurut penelitian lebih lanjut dapat dipastikan bahwa
coelacanth yang berasal dari Sulawesi, Indonesia merupakan jenis ikan
purbakala yang dipastikan sudah punah. Oleh karena itu perlu
dipertanyakan bagaimana cara ikan ini dapat bertahan hidup hingga saat
ini.