Tatanan batu yang berbentuk tangga kembali ditemukan di Desa
Sikunang,setelah beberapa waktu lalu sejumlah pemuda Dusun Siterus
melakukan rehabilitasi jalan kuno tersebut, ternyata jalan kuno yg dalam
proses pembersihan dimaksud, menyambung dari dusun siterus, dusun
sikunang dan sekitar desa Sembungan.
Alimun (31 th) tokoh pemuda desa Sikunang yang selama ini melaksanakan
misi Nol Km Nol Rupiah dari LSM Bhinneka Karya, berusaha mencari
keberadaan jalan tersebut akhirnya menemukan susunan batu berbentuk
tangga tersebut yang selama ini berada di bawah tanah karena telah
lama tertimbun longsoran, lokasi tersebut selama ini menjadi parit /
aliran air ketika musim hujan tiba.
Lokasi yang sudah tergali berada di cekungan terbawah dari dua tebing dan ladang milik penduduk sekitar.
Jarang ada pihak yang mengetahui kalau dibawah tanah tersebut terdapat
rangkaian batu bersusun yang merupakan peninggalan sejarah masa lampau.
Informasi yang diperoleh dari Muslih ( 57 th) warga desa Sikunang yang
ladangnya berbatasan dengan jalan kuno tersebut, dari cerita
turun-temurun warga desa Sikunang mengatakan bahwa jalan tersebut
merupakan jalan kuno yang tembus dari Dieng sampai Kalibeber, berarti
melewati tiga Kecamatan saat ini yaitu Kecamatan Kejajar, Garung
dan Mojotengah.melewati tepian gunung Bisma yang membentang di Empat
Kecamatan, dan belum dapat dipastikan kalau cerita mereka benar berarti
ada berapa puluh Kilometer jalan tersebut dibangun.
Alimun sendiri menuturkan bahwa saya tertarik dengan keberadaan jalan
tersebut karena waktu kecil sering mendengar cerita dari almarhum bapak
saya, ujar Alimun, dan setelah sekian lama akhirnya saya berusaha
mencari dan membuktikan bahwa cerita ayah saya ternyata benar,
dibawah tanah yang selama ini dikira Parit/ kalenan ternyata ada
undak-undakan yang terbuat dari batu, saya belum berani mengajak pemuda
desa yang lain untuk menggali lebih jauh sebelum saya membuktikan
sendiri,lanjutnya, setelah saya membuktikan sendiri cerita tersebut
saya menggunakan peralatan sederhana berupa cangkul dan linggis kecil,
sampai akhirnya terbuka cukup jelas keberadaan batu-batu kuno tersebut.
Seharian Alimun tertegun dilokasi tersebut karena keunikan tiap batunya
sangat luar biasa dan cukup aneh bagi dia, mulai dari tatanan batunya
yang terbilang cangih menurutnya, hal ini terbukti terimpa longsoran dan
tertimbun tanahpun masih tetap tidak ada perubahan, ukurannya sangat
unik jelasnya yaitu, panjangnya masing-masing 99 cm, lebarnya 45 cm dan
tebalnya 17 cm, ini artinya apa.. apa mungkin 99 itu ada kaitannya
dengan Asmaul Khusna ya ? tanya alimun..
Saya belum tahu itu jawabku ketika berbarengan dengan Alimun dilokasi
penemuan. literatur tentang Ondo budho selama ini memang bagi saya cukup
sulit untuk ditemukan, dan konfirmasi via email yang saya kirim ke
salah satu arkeolog UGM, Jajang Agus Sonjaya pun belum mendapat balasan,
yang jelas keberadaan Ondo Budho ini bagi saya sangat berarti karena
tentunya akan dapat membuka sejarah kejayaan Dieng pada masa lalu.
Cerita tentang Ondo Budho ini memang banyak disampaikan oleh
sesepuh-sesepuh dari berbagai desa di kawasan Dieng,bahkan gambar dari
bangsa belanda yang bertuliskan tahun 1911 juga pernah dijumpai,
ditambah lagi dengan cerita-cerita kuno, akan tetapi jarang sekali ada
yang secara gamblang menceritakan dari proses pembangunan, siapa yang
membangun, lokasinya mulai dari mana dan sampa mana, sampai saat ini
masih jarang yang bisa membuka misteri ini.
Beberapa teman mencoba meraba -raba fungsi dari jalan kuno tersebut
salah satunya adalah jalan perdagangan pada masa lampau.lalu apa
hubungannya dengan temuan kerangka manusia kuno di desa Pekasiran
beberapa tahun lalu,yang postrunya jauh lebih tinggi dibanding dengan
kerangka manusia dipulau Jawa ini???.. ini semua masih misteri.
Bukti lain keberadaan tangga kuno ini disampaikan oleh penduduk desa
Mlandi Kecamatan garung, Someri dari Sepkuba beberapa waktu lalu
menyampaikan bahwa ketika dirinya bersama dengan Ngabidin melakukan
pertemuan fasilitasi penelusuran Sejarah desa pada program RKL
Bappeda tahun 2012, beberapa penduduk menyampaikan bahwa di sekitar kaki
gunung bisma terdapat tatanan batu berbentuk tangga yang oleh
masyarakat desa dianggap angker, jadi jarang ada yang berani menelusuri
jalan tersebut, akan tetapi apabila diperlukan dan untuk kebaikan
masyarakat ,penduduk sekitar dan kelompok tani siap untuk bergerak
membersihkan jalan tersebut.
Angker, misterius dan menantang, sesuatu yang kuno dan nganeh-anehi
biasanya dianggap sebagai sesuatu yang keramat oleh masyarakat desa, di
desa Sikunang sendiri pada posisi samping tatanan batu tersebut ada
tatanan batu lain yang dulunya disucikan oleh kelompok tertentu,
sehingga jarang ada yang menyentuh jelas Alimun, saat ini kondisi
bebetuan yang tertata rapi tersebut sudah tidak kelihatan lagi, bisa
jadi sudah tertimbun tanah seperti yang lain.
lokasi temuan di dusun Sikunang desa Sikunang |
Kondisi Sebelum digali |
Proses penggalian |
sesudah digali |
sambungan unik pada masing-masing batu |