Perceraian tidak hanya menyakitkan bagi
pasangan suami istri, tetapi juga bagi anak-anak mereka. Terkadang
pasangan yang bercerai tidak memikirkan bahwa anak mereka bisa stres dan
marah, bahkan depresi dan kehilangan jati diri. Di sekolah,
prestasi belajar anak menurun atau menjadi pendiam. Jika kondisi perceraian tidak bisa terelakkan lagi, lantas bagaimana membangkitkan kembali semangat anak usai perceraian orang tuanya?
Anak kerap mengalami masalah psikologis pascaperceraian orangtuanya.
Antara lain :
1. Confiliked Loyalty. Anak membenci atau mencintai salah satu orangtuanya. Bila orangtua mulai bertengkar, anak biasanya akan membenci salah satu dari orangtua. Orangtua yang lebih pandai memprovokasi anak dialah yang akan dicintai.
2. Loneliness. Terkadang anak sulit mengambil keputusan untuk membela salah satu orangtuanya. Ini akan membuat anak jadi merasa kesepian dan ditinggalkan.
3. Anxiety and feeling of in-security. Anak yang melihat konflik di antara orangtuanya mulai menderita ketakutan dan kecemasan yang tinggi apalagi jika mendengar kata cerai. Mereka takut kedua orangtuanya akan berpisah.
4. Feeling of rejection. Pada saat orangtua bersitegang dan berkelahi, anak-anak akan dihadapkan pada pilihan memihak siapa. Ini menyebabkan anak serba salah dan timbul perasaan ditolak.
5. Anger. Kemarahan anak tercetus dalam prilaku nakal, menjadi memberontak dan menimbulkan berbagai masalah di luar rumah, serta tidak begitu hormat dengan salah satu orangtuanya.
6. Pervasive sense of loss and emptiness. Anak mengalami depresi, menutup diri, hampa dan tak bermakna. Anak khawatir masa depannya yang kini nyaman dan terjamin akan menjadi hancur berantakan. Dari sinilah rasa frustasi dan depresi itu timbul.
Tips.
Jika perceraian tidak dapat terelakkan lagi, sebaiknya orangtua melakukan langkah-langkah agar perceraian tidak terlalu berdampak buruk pada anak-anak mereka.
* Orangtua sebaiknya tetap menjadi orangtua bagi anak-anaknya, serta tidak hanya berpikir sebagai pasangan suami dan istri. Jadi sebelum pasangan memutuskan untuk bercerai, jelaskan pada anak apa arti perceraian. Idealnya ketika membicarakan hal tersebut sebaiknya lakukan berdua agar tidak terjadi kesalahpahaman.
* Tekankan pada anak bahwa Mama dan Papanya akan tetap sayang, walaupun sudah tidak hidup bersama lagi. Katakan juga anda tetap menjadi orangtuanya. Misalnya kamu tetap bersekolah di sekolah kamu yang sekarang atau kalau anak tinggal dengan mamanya, tetap masih bisa menghubungi papanya.
* Tidak menunjukkan stres yang anda bawa dari perceraian tersebut kepada anak. Tunjukkanlah hal-hal yang lebih positif.
* Jika anak tinggal dan diasuh oleh salah satu orangtua dan orangtua yang tinggal bersama anak merasa tertekan, sebaiknya mencari bantuan pihak ketiga seperti keluarga, saudara, teman, konselor, atau yang dianggap mampu.
* Kenali anak anda dan lihat perubahan yang terjadi pada anak. Jika terjadi perubahan pada anak, Anda harus peka dan tidak menggap remeh perubahan tersebut, karena jika tidak segera ditangani dampaknya akan semakin buruk.
* Jalani rutinitas sehari-hari. Misalnya karena stres anda tidak mengurus diri sendiri dan rumah anda. Jika anda menjalani rutinitas seperti biasa, akan membuat anak tetap tenang.
* Tetap menjaga komunikasi dengan anak. Hal ini penting dilakukan agar orangtua mengetahui perasaan dan pendapat anak tentang perceraian anda.
prestasi belajar anak menurun atau menjadi pendiam. Jika kondisi perceraian tidak bisa terelakkan lagi, lantas bagaimana membangkitkan kembali semangat anak usai perceraian orang tuanya?
Anak kerap mengalami masalah psikologis pascaperceraian orangtuanya.
Antara lain :
1. Confiliked Loyalty. Anak membenci atau mencintai salah satu orangtuanya. Bila orangtua mulai bertengkar, anak biasanya akan membenci salah satu dari orangtua. Orangtua yang lebih pandai memprovokasi anak dialah yang akan dicintai.
2. Loneliness. Terkadang anak sulit mengambil keputusan untuk membela salah satu orangtuanya. Ini akan membuat anak jadi merasa kesepian dan ditinggalkan.
3. Anxiety and feeling of in-security. Anak yang melihat konflik di antara orangtuanya mulai menderita ketakutan dan kecemasan yang tinggi apalagi jika mendengar kata cerai. Mereka takut kedua orangtuanya akan berpisah.
4. Feeling of rejection. Pada saat orangtua bersitegang dan berkelahi, anak-anak akan dihadapkan pada pilihan memihak siapa. Ini menyebabkan anak serba salah dan timbul perasaan ditolak.
5. Anger. Kemarahan anak tercetus dalam prilaku nakal, menjadi memberontak dan menimbulkan berbagai masalah di luar rumah, serta tidak begitu hormat dengan salah satu orangtuanya.
6. Pervasive sense of loss and emptiness. Anak mengalami depresi, menutup diri, hampa dan tak bermakna. Anak khawatir masa depannya yang kini nyaman dan terjamin akan menjadi hancur berantakan. Dari sinilah rasa frustasi dan depresi itu timbul.
Tips.
Jika perceraian tidak dapat terelakkan lagi, sebaiknya orangtua melakukan langkah-langkah agar perceraian tidak terlalu berdampak buruk pada anak-anak mereka.
* Orangtua sebaiknya tetap menjadi orangtua bagi anak-anaknya, serta tidak hanya berpikir sebagai pasangan suami dan istri. Jadi sebelum pasangan memutuskan untuk bercerai, jelaskan pada anak apa arti perceraian. Idealnya ketika membicarakan hal tersebut sebaiknya lakukan berdua agar tidak terjadi kesalahpahaman.
* Tekankan pada anak bahwa Mama dan Papanya akan tetap sayang, walaupun sudah tidak hidup bersama lagi. Katakan juga anda tetap menjadi orangtuanya. Misalnya kamu tetap bersekolah di sekolah kamu yang sekarang atau kalau anak tinggal dengan mamanya, tetap masih bisa menghubungi papanya.
* Tidak menunjukkan stres yang anda bawa dari perceraian tersebut kepada anak. Tunjukkanlah hal-hal yang lebih positif.
* Jika anak tinggal dan diasuh oleh salah satu orangtua dan orangtua yang tinggal bersama anak merasa tertekan, sebaiknya mencari bantuan pihak ketiga seperti keluarga, saudara, teman, konselor, atau yang dianggap mampu.
* Kenali anak anda dan lihat perubahan yang terjadi pada anak. Jika terjadi perubahan pada anak, Anda harus peka dan tidak menggap remeh perubahan tersebut, karena jika tidak segera ditangani dampaknya akan semakin buruk.
* Jalani rutinitas sehari-hari. Misalnya karena stres anda tidak mengurus diri sendiri dan rumah anda. Jika anda menjalani rutinitas seperti biasa, akan membuat anak tetap tenang.
* Tetap menjaga komunikasi dengan anak. Hal ini penting dilakukan agar orangtua mengetahui perasaan dan pendapat anak tentang perceraian anda.