Karya : Rizki Ridyasmara
Penerbit : Salsabila
Buku novel karya Rizki Ridyasmara bercerita tentang symbol-symbol dan konspirasi. Memuat informasi yang sangat lengkap tentang sejarah Mason dan kaitannya dengan sejarah dunia dari A sampai Z.
Beberapa peristiwa sejarah yang dipaparkan di buku ini sama sekali berbeda dengan versi cerita yang beredar luas di masyarakat dan terlanjur jadi ‘pembenaran umum’. Misalnya orang yang semula dikira pahlawan, ternyata tokoh antagonis berdarah dingin. Belum lagi cerita-cerita gila dibalik krisis ekonomi dan sejarah perang dunia yang tak pernah terpublikasikan sebelumnya.
Freemasonry adalah sebuah organisasi rahasia yang berakar pada kepercayaan Mesir kuno yang disebut Kabbalah. Inti dari gerakan organisasi ini ialah penghapusan agama-agama langit (bahkan ada sumber yang menuliskan: penghapusan semua agama), menyiapkan tata dunia baru dalam bahasa latin "novus ordo seclorum" (new world order/new order of the ages) dan menjadikan dunia dalam 1 komando (unity in diversity).
Perekrutan anggota dan aktivitas kelompok ini sangat tertutup, bersifat rahasia dan sangat eksklusif. Anggotanya berasal dari latar belakang profesi, agama, kepercayaan, dan kebangsaan yang berbeda.
Yang menarik adalah rata-rata anggotanya merupakan orang penting di pemerintahan dan public figure yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Para anggota ini bersumpah setia pada organisasi untuk merahasiakan keanggotaan mereka dan berbaur dengan masyarakat dengan normal.
Mereka kerapkali menggunakan kode atau symbol tertentu yang hanya dimengerti oleh sesama Mason untuk menyampaikan pesan rahasia. Kode-kode rahasia ini, tanpa kita sadari ternyata sudah sangat mendunia dan sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Bahkan, symbol-symbol itu ada di meja makan kita, nampang di tivi-tivi nasional, di jalanan, institusi pemerintahan, dll. Dengan cerdiknya mereka menyisipkan symbol-symbol, yang menurut mereka suci, disegala penjuru dunia, guna menyebarkan pengaruh dan untuk melaksanakan agenda besar mereka.
Salah satu symbol Mason yang populer adalah symbol maskulinitas berupa phallus yang dibangun di kota-kota besar dunia. Perhatikan, bahwa landmark kota-kota besar dunia semuanya memiliki bentuk serupa, menyerupai obelisk Mesir, sesuai dengan akar kepercayaan Kabbalah.
Landmark yang dimaksud disini adalah : menara Eiffel di Paris, Tokyo Tower di Tokyo, Washington monument di Washington, dan MONAS di Jakarta. Ya, Anda tidak salah baca. Ada symbol freemasonry yang dibangun di tanah Indonesia-negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Padahal, sudah jadi rahasia umum kalau hubungan dunia muslim dengan Freemason, Zionis, Israel, atau apapun sebutan mereka yang sangat jauh dari akur. Contoh ‘kecilnya’ adalah penjajahan Israel atas bangsa Palestina.
Bangsa Indonesia sendiri tidak mengakui Israel sebagai sekutunya, terbukti dari tidak terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara tersebut. Lantas bagaimana mungkin symbol ‘suci’ freemasonry itu bisa ada di Indonesia, bahkan jadi lambang ibukota Republik Indonesia???
Jakarta memang sarat akan misteri. Karena selain Monas, ada beberapa situs lain yang sangat kental dengan nuansa Mason yang masih eksis di Jakarta. Padahal Soekarno sendiri kala itu sudah secara resmi melarang kegiatan Freemason di Indonesia.
Melihat fakta tersebut, bukan tidak mungkin kegiatan freemasonry masih berjalan di Jakarta, hingga detik ini. Lucunya, hal tersebut sama sekali tidak disadari oleh masyarakat Indonesia, bahkan penduduk Jakarta sekalipun *T.Y.P.I.C.A.L*.
Ternyata pada awalnya Batavia atau Jakarta adalah kota yang dibangun oleh VOC, yang ditunggangi para Mason. Jadi, wajar kalau seluruh tata kota ini ‘dihiasi’ symbol-symbol Mason di setiap sudutnya, tanpa terpublikasikan media. Tempat-tempat seperti taman Suropati, Monas, Museum Fatahilah, bundaran HI, bahkan Menteng, kental dengan nuansa masonik.
Mau bukti? Gambar di bawah ini adalah bundaran HI yang sering dijadikan centerpiece Jekarta. Putarlah gambar 90 derajat, and voila! An aye appears clearly: a true Illuminati symbol, Horus Eye! Can you see that?
Sinopsis
Membaca novel ini akan membawa Anda teringat akan novel-novel "Dan Brown" versi terjemahan. It reminds you a lot of them. Selain karena ketiga tokoh sentral novel ini adalah orang asing, ada kesamaan lain yang cukup menonjol, yaitu kisah cinta tokoh utama, ahli symbol dari Amerika, dengan seorang mahasiswi cantik blasteran Minang Perancis yang sedang melakukan penelitian di Jakarta.
Petualangan bermula ketika seorang tokoh penting di negeri ini, Profesor Sudradjat Djoyonegoro, seorang ekonom yang menjadi salah satu tokoh Neoliberal di Indonesia, pejabat teras Bappenas tersebut ditemukan tewas dengan luka tembak tepat di depan pintu gerbang Museum Sejarah Jakarta.
Posisi mayat yang ganjil ditambah dengan kode rahasia yang ditulis dengan darah, membuat kasus ini ‘istimewa’, sehingga yang harus turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini bukan cuma pihak kepolisian.
Angelina Dimitria, mahasiswi cantik blasteran Indo-Perancis, yang sempat melihat keganjilan kasus tersebut, berinisiatif meminta bantuan orang yang sangat dikaguminya : John Grant, seorang pakar symbol asal Universitas George Washington, Amerika, untuk memecahkan kode rahasia yang merupakan pesan kematian korban.
Hanya berselang beberapa jam dari kematian sang profesor, asisten senior ekonom Neolib tersebut dan penjaga Museum Prasasti Jakarta, juga ditemukan tewas dengan luka tembak yang sama di dua tempat yang berbeda. Hasil awal uji forensik Polri menyatakan, jika senjata pembunuhnya identik dengan senjata yang merenggut nyawa sang profesor.
Media Indonesia secara gencar memberitakan, bahwa kasus pembunuhan yang menimpa Prof. Sudrajat terkait dengan asmara terlarangnya dengan Sally Kostova, sekretaris pribadi korban.
Sementara itu, John Grant yakin, bahwa pembunuhan kali ini bukanlah perkara yang remeh. Ada rahasia besar di balik pesan kematian korban dan dia sangat yakin kalau ‘mereka’ terkait erat dengan pembunuhan ini : FREEMASONRY.
Motif kunci pembunuhan ternyata datang sendiri ke hadapan Doktor Grant. Sally Kostova, kekasih gelap sang profesor, menemukan medalion Masonik di dalam tasnya. Doktor Grant yakin, jika medalion itulah yang sedang dicari sang pembunuh.
Akhirnya, sang simbolog membawa mereka semua berlindung di dalam kompleks militer Halim Perdana Kusumah dan menemui sahabatnya, Kasturi seorang veteran korps elit angkatan udara Kopasgat.
Dibayangi incaran sang pembunuh dan kecurigaan perwira polisi yang mengepalai tim buru sergap, Doktor Grant bersama rekan-rekannya berusaha menyibak tabir pembunuhan tersebut dan menemukan berbagai rahasia kota Jakarta yang selama ini terpendam dari kesadaran banyak orang. Benar-benar bukan sekedar rahasia biasa.
Sebab ia mengungkap berbagai simbol Masonik di berbagai bangunan bersejarah kota Jakarta. Salah satunya adalah Museum Sejarah Jakarta. Apakah gerangan yang tersembunyi di sana? Mulai dari susunan batu khusus yang terletak tepat di depan sebelah kanan pelataran utamanya, gerbang utama yang berupa batu lengkung dan keystone dengan simbol bunganya serta patung Dewa Hermes yang terletak dibagian belakang gedung. Misteri apa pula dibalik angka 13 yang menyelimuti keseluruhan bangunan tersebut?
Ada apa pula dengan Hollywood ? Apakah benar industri film ini sebuah penyampai pesan yang digunakan kelompok Luciferian kepada seluruh umat manusia ? Rahasia apa yang terdapat dalam lambang ular di logo dunia kesehatan ? Serta rahasia terbesar apakah yang terdapat dalam penambangan emas di Papua oleh PT Freeport ? Misteri apa yang menyelimuti gedung Bappenas sekarang ? Ada apa dengan angka 666 ? Apa makna dibalik pembangunan Tugu Monas ? Benarkah ada maksud terselubung dalam perenovasian bundaran air mancur Hotel Indonesia dengan tema sentral cahaya ? Begitu banyak rahasia dan fakta sejarah otentik yang dapat pembaca temui dalam novel sejarah ini.
Kesimpulan
Secara umum, novel “The Jacatra Secret : Misteri Satanic Symbols Di Jakarta” ini, memberi banyak informasi mengejutkan yang tak diketahui banyak orang sebelumnya. Thriller mengalir dengan tempo yang lumayan cepat. Namun, di sisi lain, novel ini juga tak luput dari kritik.
Karena melimpahnya informasi yang hendak disampaikan penulis, sampai-sampai –mungkin- penulisnya lupa, bahwa karya ini adalah sebuah novel fiksi, bukan khotbah tentang teori konspirasi.
Selain itu, plot cerita novel ini oleh sebagian kalangan, dituduh terlalu “Da Vinci Code”. Tokoh utamanya simbolog dan ditemani oleh seorang gadis cantik. Tak jauh beda pula kisah-kisahnya dengan goresan pena Dan Brown.
Akan tetapi, biar bagaimanapun juga, karya ini adalah hasil dari sebuah kerja keras dan riset yang berani dan patut diberi apresiasi. Dia mencoba mengubah paradigma kita selama ini, yang sesungguhnya ada tangan-tangan jahat tak terlihat (laten) yang mengatur dunia ini dan hendak menguasai bumi dan mengalahkan Allah Rabbul Izzati.
sumber