Matahari
adalah salah satu bintang terbesar di luar angksa. Namun, sejauh ini
belum ada ilmuwan yang bisa melakukan penelitian dari jarak dekat.
Saat ini ada beberapa ilmuwan dari beberapa negara yang tergabung dalam helio-physicists telah membuat perangkat untuk mendekati Matahari, untuk menelitinya sedekat mungkin. Untuk menunjang penelitian itu, Rusia berencana akan meluncurkan pesawat ruang angkasa ke Matahari.
Ide pertama mengirimkan pesawat ruang angkasa ke Matahari berasal dari komunitas ilmuwan Rusia pada tahun 1970 (di masa Brezhnev). Namun, di awal proyek pertama itu, pesawat tanpa awak itu secara teknis dinilai tidak layak.
Kini para ahli dari Institute of Terrestrial Magnetism, Ionosphere and Radio Wave Propagation atau Pushkov (IZMIRAN), Physics Institute of the Academy of Sciences (FIAN) dan peneliti lainnya, sedang bekerja untuk menyelesaikan proyek Interhelioprobe. Direktur Lembaga Studi Luar Angkasa dengan Akademisi Ilmu Pengetahuan Rusia, Lev Zelyony, mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa pesawat antariksa ini nanti akan bisa mendekati Matahari pada ketinggian 10-12 solar radii.
Dengan jarak sedekat itu, ancaman bahaya memang akan muncul. Selain bahaya overheating, juga bahaya penguapan sinar di bawah Matahari yang bisa menyebabkan kesalahan dalam pengukuran.
Oleh karena itu, yang akan menjadi prioritas adalah mengembangkan perisai panas yang mampu menahan suhu sampai 600 derajat Celcius. Nantinya, bahan perisai itu akan dibuat dari bahan tungsten, molybdenum, dan bahan tahan api lainnya.
"Mendekati Matahari diperlukan untuk mempelajari fenomena seperti 'solar flares'," kata Vladimir Kuznetsov, Direktur IZMIRAN. "Yang paling penting juga untuk mempelajari siklus Matahari dan dinamo Matahari, karena sampai hari ini kami masih tidak dapat memprediksi awal dan amplitudo siklus ini."
Menurut Kuznetsov, jika mampu mempelajari serta memprediksi siklus Matahari, akan memungkinkan untuk mengurangi dampak bahaya bagi Bumi.
Selain Rusia, proyek serupa juga dilakukan di negara lain. Ilmuwan Eropa yang bekerja untuk Solar Orbiter juga tengah meneliti Matahari dari jarak 60 solar radii (jarak ini sedikit lebih dekat dari orbit Merkurius). American Solar Probe akan mendekati Matahari pada jarak hanya 8.5 radii dari permukaan.
Namun, Solar Orbiter baru akan diluncurkan pada 2017, dan Solar Probe pada tahun 2018. Sedangkan pesawat milik Rusia itu, diyakini para ilmuwan akan diluncurkan pada 2015. (Pravda)
Saat ini ada beberapa ilmuwan dari beberapa negara yang tergabung dalam helio-physicists telah membuat perangkat untuk mendekati Matahari, untuk menelitinya sedekat mungkin. Untuk menunjang penelitian itu, Rusia berencana akan meluncurkan pesawat ruang angkasa ke Matahari.
Ide pertama mengirimkan pesawat ruang angkasa ke Matahari berasal dari komunitas ilmuwan Rusia pada tahun 1970 (di masa Brezhnev). Namun, di awal proyek pertama itu, pesawat tanpa awak itu secara teknis dinilai tidak layak.
Kini para ahli dari Institute of Terrestrial Magnetism, Ionosphere and Radio Wave Propagation atau Pushkov (IZMIRAN), Physics Institute of the Academy of Sciences (FIAN) dan peneliti lainnya, sedang bekerja untuk menyelesaikan proyek Interhelioprobe. Direktur Lembaga Studi Luar Angkasa dengan Akademisi Ilmu Pengetahuan Rusia, Lev Zelyony, mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa pesawat antariksa ini nanti akan bisa mendekati Matahari pada ketinggian 10-12 solar radii.
Dengan jarak sedekat itu, ancaman bahaya memang akan muncul. Selain bahaya overheating, juga bahaya penguapan sinar di bawah Matahari yang bisa menyebabkan kesalahan dalam pengukuran.
Oleh karena itu, yang akan menjadi prioritas adalah mengembangkan perisai panas yang mampu menahan suhu sampai 600 derajat Celcius. Nantinya, bahan perisai itu akan dibuat dari bahan tungsten, molybdenum, dan bahan tahan api lainnya.
"Mendekati Matahari diperlukan untuk mempelajari fenomena seperti 'solar flares'," kata Vladimir Kuznetsov, Direktur IZMIRAN. "Yang paling penting juga untuk mempelajari siklus Matahari dan dinamo Matahari, karena sampai hari ini kami masih tidak dapat memprediksi awal dan amplitudo siklus ini."
Menurut Kuznetsov, jika mampu mempelajari serta memprediksi siklus Matahari, akan memungkinkan untuk mengurangi dampak bahaya bagi Bumi.
Selain Rusia, proyek serupa juga dilakukan di negara lain. Ilmuwan Eropa yang bekerja untuk Solar Orbiter juga tengah meneliti Matahari dari jarak 60 solar radii (jarak ini sedikit lebih dekat dari orbit Merkurius). American Solar Probe akan mendekati Matahari pada jarak hanya 8.5 radii dari permukaan.
Namun, Solar Orbiter baru akan diluncurkan pada 2017, dan Solar Probe pada tahun 2018. Sedangkan pesawat milik Rusia itu, diyakini para ilmuwan akan diluncurkan pada 2015. (Pravda)