Saat
Anda membaca artikel ini, permukaan bumi di bawah Anda bergerak secara
perlahan-lahan menuju ke kutub utara. Menurut sejumlah ilmuwan,
pergeseran ini lebih besar dibandingkan dengan yang mereka perkirakan.
Akan tetapi, di luar efek minor pada satelit, tidak ada efek signifikan
yang akan terasa.
Peneliti
menemukan, pergeseran massa air di seluruh dunia, dikombinasikan dengan
apa yang disebut dengan post-glacial rebound, telah menggeser permukaan
bumi dari pusatnya sebanyak 0,035 inci atau 0,88 milimeter per tahun ke
arah kutub utara.
Post-glacial
rebound merupakan efek balik dari permukaan padat bumi terhadap
berkurangnya gletser dan hilangnya beban berat. Dengan berkurangnya
gletser pada akhir jaman es, tanah di bawah es mulai naik dan terus
naik. Untuk itu, seperti sudah diperkirakan, lapisan padat di permukaan
akan bergerak ke utara sebagai efek dari pusat massa planet.
Saat
menghitung perubahan ini, para ilmuwan mengombinasikan data gravitasi
dari NASA dan satelit German Aerospace Center Gravity Recovery and
Climate Experiment (GRACE) yang mengukur pergerakan permukaan bumi lewat
GPS dan model yang dikembangkan oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL)
milik NASA yang memperkirakan massa samudra di atas setiap titik di
dasar samudera.
Xiaoping
Wu, peneliti JPL di Pasadena, California memperkirakan, penyebab utama
pergeseran permukaan bumi adalah karena melelehnya lapisan es
Laurentide, yang menyelimuti sebagian besar Kanada dan bagian utara
Amerika Serikat di jaman es lalu.
“Temuan
baru ini ternyata jauh lebih besar dibandingkan perkiraan terdahulu
yang hanya 0,019 inci atau 0,48 milimeter per tahun,” kata Wu.
Meski
demikian, Wu menyebutkan, pergerakan permukaan ke arah atas tidak akan
mempengaruhi kehidupan di bumi. “Pergeseran itu kurang dari satu
milimeter per tahun, jadi tidak berpengaruh,” kata Wu. “Beda halnya jika
pergeseran mencapai 1 sentimeter. Itu akan menghadirkan perubahan yang
signifikan,” ucapnya.
Walaupun
pergerakan lempeng tidak mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari,
pergeseran ini akan berpengaruh pada pelacakan satelit dan pesawat luar
angkasa. “Seatelit di orbit di mencatat informasi dari luar angkasa dan
berkorespondensi dengan instrumen yang ada di permukaan bumi,” kata Wu.
“Pergerakan ini akan berpengaruh pada bagaimana kita melacak pesawat
atau satelit tersebut,” ucapnya.
Laporan
terbaru seputar pergeseran permukaan bumi tersebut dibuat oleh para
peneliti dari JPL, Delft University of Technology di Belanda, serta
Netherlands Institute for Space Research. Hasilnya dipublikasikan pada
jurnal Nature Geoscience edisi bulan ini.
sumber :vivanews.com