Kamis, 19 Juli 2012
Heboh Temuan 'Emas' di Ciganda
Kampung Ciganda, Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mendadak begitu terkenal di wilayah Cikalong Wetan. Kampung kecil yang berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta itu, sejak dua hari terakhir ini banyak dikunjungi orang dari berbagai wilayah tak hanya dari wilayah Desa Cirendeu, namun juga dari wilayah lainnya.
Dari cerita mulut ke mulut, penemuan benda yang diduga emas dan logam mulia yang ditemukan dua orang penggali sumur di kampung tersebut menyebar dengan cepat dan membuat heboh seantero Cikalong Wetan yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Kecamatan Padalarang.
Adalah Caca (53) dan Daday (31), dua orang penggali sumur yang pertama kali menemukan bebatuan yang diduga mengandung emas dan intan saat menggali tanah untuk dijadikan sumur di tanah milik Kokom Komariah (67) dan Tatang (71), warga Pangalengan, Kabupaten Bandung, Senin (9/7).
Awalnya penggalian sumur yang dilakukan ayah dan anak itu berjalan normal. Pada kedalaman 1 meter, tanah sumur tersebut masih berwarna cokelat. Mulai kedalaman 2 meter tanah sumur itu berubah warna hitam seperti aspal.
Daday mengatakan, saat memasuki kedalaman delapan meter, secara tak sengaja linggisnya menghantam sebuah batu. Batu yang pecah terkena hantama linggis besi itu, tanpa diduga mengeluarkan bercak dan terlihat berkilau. Namun saat itu, ia mengaku tak menghiraukan peristiwa tersebut karena menyangka hanya batu biasa.
"Saya tidak menyangka jika batu yang pecah itu dianggap mengandung emas. Saat itu, saya hanya terus saja bekerja," kata Daday saat ditemui Tribun di lokasi penggalian sumur di Kampung Ciganda, Rabu (11/7).
Keesokan harinya, kata dia, ia sempat menghentikan sementara penggalian sumur karena tak kunjung mendapatkan tanda-tanda ada mata air. Bahkan, kata dia, warga setempat pun sempat beberapa kali menyindir karena telah tiga hari melakukan penggalian, namun air tak kunjung ada.
Dari sindiran warga itu pula kehebohan adanya emas di lokasi penggalian sumur itu bermula. Pria berkulit sawo matang itu, mengaku sempat menjawab celotehan warga itu dengan sedikit bercanda bahwa di lokasi sumur itu memang tidak air.
"Saya sempat bercanda, airnya memang tidak ada. Tapi kalau batu-batu yang berkilau ada. Dan saya menemukan sendiri batunya memang berkilau. Dari situ, kemudian menyebar dan heboh ada emas. Padahal, saya tidak mengatakan ada emas," ujar Daday.
Keesokan harinya ketika akan melanjutkan pekerjaannya menggali sumur, ia kaget saat melihat banyak orang berkerumun di lokasi penggalian sumur. "Saat itu saya kira ada orang yang jatuh ke sumur. Tapi setelah dicek, ternyata orang-orang tersebut sedang mencari serpihan batuan yang dianggap mengandung emas," tambah Daday.
Pemilik lahan, Tatang mengaku tak mengetahui jika tanahnya diduga mengandung logam mulia seperti emas. Apalagi, kata dia, temuan logam mirip emas di lokasi penggalian sumur itu tanpa disengaja.
Dikatakannya, di lahan kebun miliknya seluas 600 meter persegi itu rencananya akan dibangun sebuah rumah untuk keluarga besarnya yang berencana pindah ke kampung tersebut.
Ia mengaku baru mengetahui lahan kebunnya banyak didatangi banyak orang pada Selasa (10/7) saat mendapat kabar dari salah seorang anaknya. "Saya juga kaget ketika mendengar sumur itu tanahnya mengandung emas," kata Tatang.
Akibat banyaknya warga yang mendatangi lokasi sumur, pihak keluarga terpaksa menghentikan untuk sementara proses penggalian sumur. Bahkan lubang sumur itu ditutup oleh bambu karena ada warga yang memaksa untuk turun dan menggali tanah langsung. Ia pun melaporkan hal tersebut kepada pihak yang berwenang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Saya khawatir jika tidak dihentikan, akan makin mengundang banyak orang untuk datang ke sini. Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," tambahnya.
Apalagi, menurutnya, kabar adanya kandungan emas di lokasi tersebut sama sekali belum terbukti. Meski dirinya mengaku memiliki dua buah batu berwarna kuning keemasan dan berkilau, Tatang mengaku belum mempercayai sepenuhnya batu tersebut mengandung emas.
"Ini kan masih dugaan, jadi harus diperiksa dan dibuktikan dulu oleh Badan Geologi. Kalau misalkan memang terbukti ya syukur, kalau enggak juga enggak apa-apa," ungkapnya.
sumber