Dua tahun memelihara jambu sukun alias jambu biji tanpa biji asal Thailand, tak sekalipun Herfin Sasono memetik buah. “Selama perawatan, tanaman memang beberapa kali berbunga. Namun, tak satu pun bunga menjadi buah,” kata hobiis di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, itu. Herfin kesal sehingga membuang tanaman itu. Selain sukun, Herfin mengoleksi jambu farang yang juga pelit berbuah.
Pohon anggota famili Myrtaceae itu menghasilkan satu buah saat berumur setahun. Padahal, jambu farang rajin berbunga. Sayang, setelah mekar, bunga gampang rontok. “Kerontokan bunga bisa sampai 95%,” katanya. Tak hanya bunga, buahnya pun mudah rontok. Jambu biji tanpa biji memang sohor sebagai tanaman yang sulit berbuah. Itu bukan hanya dialami oleh Herfin. Kepala Bagian Kebun Produksi dan Penelitian Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ir AF Margianasari, menghadapi persoalan serupa.
Kurang hormon
Margianasari rutin memberikan 3 karung setara 75 kg pupuk kandang per pohon setiap 6 bulan. Namun, farang berumur 10 tahun itu hanya menghasilkan 1-2 buah per pohon. Prakoso Heryono, penangkar buah di Demak, Jawa Tengah, mengatakan hal serupa. “Dari segi perawatan, kita lebih mudah membuahkan jambu kristal dibandingkan farang,” katanya. Pohon jambu kristal-jambu biji tanpa biji asal Taiwan-belajar berbuah pada umur 7 bulan. Itu pohon hasil cangkokan.
Pada umur belia itu produksi kristal 5-7 buah berbobot masing-masing 300 gram per buah. “Pada usia setahun, produksi 35 buah. Bandingkan dengan farang yang baru belajar berbuah pada umur setahun. Buahnya pun hanya sedikit, 4-5 buah,” kata Prakoso. Mengapa farang sulit berbuah? Pakar buah di Bogor, Jawa Barat, Dr Ir Mohamad Reza Tirtawinata MS, menuturkan semua jenis jambu sukun-seperti farang, sukun merah, dan jambu sukun Thailand-gampang rontok karena memiliki kromosom triploid atau 3n.
Buah-buahan yang berbiji umumnya berkromosom normal, yakni diploid atau 2n. Dampaknya pasokan hormon auksin dan giberelin cukup untuk menunjang tanaman berbuah lebat. Biji-biji yang sedang berkembang dalam buah itulah yang memasok kedua hormon itu. Nah, pada jambu sukun yang benar-benar tanpa biji seperti farang, tentu saja pasokan hormon auksin dan giberelin amat terbatas sehingga buah pun gagal berkembang atau rontok.
Pantas saja jambu kristal lebih mudah berbuah dibandingkan farang. “Jambu biji kristal masih ada bijinya meski sedikit, sekitar 5 biji per buah, sedangkan farang benar-benar tak berbiji,” kata Herfin. Meski begitu bukan berarti mustahil melebatkan buah jambu farang. Herfin membuktikannya setelah bertahun-tahun kesabarannya teruji. Jambu farang berumur 4 tahun di halaman rumahnya berbuah lebat, 39 buah per pohon.
Pupuk lengkap
Untuk merangsang pembungaan, mula-mula Herfin memangkas ujung-ujung cabang. “Biasanya bakal bunga muncul 3 pekan sejak pemangkasan,” kata Herfin. Bersamaan dengan itu ia juga memberikan pupuk NPK 15-10-30, dan unsur mikro komplet dan magnesium oksida 16% masing-masing berdosis 5 gram per liter.
Selain pemberian pupuk pada media tanam, ayah dua anak itu juga memberikan pupuk daun pada tajuk tanaman. Dengan perlakukan itu bakal bunga bermunculan di bekas pangkasan. Lalu 20 hari berselang, bunga bermekaran. Herfin bukan hanya menyemprotkan pupuk daun di seluruh permukaan daun, tapi juga tepat di bunga. “Hasilnya, bunga rontok hanya 20%, dari sebelumnya 95%,” ujar Herfin. Buah pun terus berkembang dan bertahan hingga 39 buah di pohon setinggi 1,5 meter. Pada Juni 2012 saat buah berumur 40 hari ia memetik satu demi satu. Rasanya manis, renyah, dan menyegarkan.
Menurut pakar pupuk di Jakarta, Yos Sutiyoso, “Asupan magnesium memaksimalkan fotosintesis sehingga energi untuk menyerap kalsium dalam tanah maksimal.” Kalsium bermanfaat untuk mencegah absisi atau penyekatan karena terbentuknya jaringan gabus antara ranting dan buah yang menyebabkan buah rontok.
Sebelum menemukan teknik itu Herfin melakukan beragam cara untuk membuahkan farang. Ia coba-coba memberikan NPK 15-15-15 berkonsentrasi 5 gram per 2 liter air. Ia mengocorkan 1 liter larutan pupuk per tanaman di sekitar batang. Frekuensi pemupukan sekali sebulan. Hasilnya, tanaman umur setahun hanya menghasilkan 1 buah. Untuk memacu buah pada periode berikutnya, ia meningkatkan frekuensi pemupukan NPK seimbang yang mengandung trace element dengan dosis sama menjadi 2 kali sebulan.
Selain itu ia juga memberikan pupuk mikro. Empat bulan pascapetik buah pertama, ia merangsang tanaman dengan pupuk yang lazim digunakan oleh para pekebun lengkeng. Hasilnya, bunga yang muncul 3 kali lipat lebih banyak “Dari semula 10 menjadi 30 bunga,” ujar Herfin. Namun, yang bertahan menjadi buah hanya 8-9 buah dengan bobot rata-rata 200 g. Yang lebih menyedihkan, tanaman merana pascaberbuah.
Selang setahun, tanaman kembali berbuah, tapi jumlahnya berkurang, cuma 3 buah. Kini dengan teknik tepat, farang berbuah lebat. Herfin pun tak perlu membuang jambi biji tanpa biji dari daftar koleksi. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Andari Titisari)
Keterangan Foto :
- Berikan pupuk kalsium untuk mencegah absisi penyebab buah rontok
- Farang tak berbiji sehingga pasokan hormon untuk perkembangan buah sedikit akibatnya buah mudah rontok (sumber)