Anda mungkin bertanya enam museum terbaik di Jakarta itu adalah versi
siapa? hmmm, atau mungkin anda akan bertanya juga, dikatakan sebagai
museum terbaik itu dilihat kriterianya seperti apa dan siapa yang berhak
menilainya? Bukankah semua museum mempunyai ciri khasnya masing-masing?
tak ada yang unggul melebihi museum lainnya karena setiap museum
mempunyai keunikannya sendiri, terlebih lagi jika itu diletakkan dalam
konteks benda-benda koleksinya.
Ok, pertanyaan anda sah-sah saja terlontarkan, namun baru-baru ini
tepatnya beberapa bulan yang lalu diadakan semacam acara penghargaan
bagi museum-museum terbaik yang ada di Jakarta. Acara itu dikenal
dengan nama Museum Awards 2012 yang diselenggarakan atas
kerjasama Pemprov DKI Jakarta dengan komunitas Jelajah di Jakarta.
Penghargaan ini diadakan tak lebih untuk memancing rasa apresiasi
masyarakat terhadap keberadaan suatu museum.
Yup, seperti yang diketahui banyak orang sekarang merasa tak perduli
dengan adanya museum di sebuah kota, semisal Jakarta. Puluhan museum
berdiri di kota ini, tapi jari pun terhitung hanya beberapa orang saja
yang berkunjung setiap harinya mungkin. Ironitas akan terasa panjang
jika dibahas kenapa museum sangat jarang dikunjungi, di saat banyak dari
kita mempunyai waktu sekedar menambah pengetahuan dengan menjelajahi ke
museum? ironis memang tinggal ironis, tapi tanpa panjang lebar lagi
mari sekarang kita lihat dimana sajakah ke-enam museum terbaik
se-Jakarta menurut Museum Awards 2012 itu berada
Museum Harry Darsono
Museum ini letaknya di belakang Cilandak Town Square dan menang sebagai Museum Terbaik kategori Penataan Koleksi.
Museum Harry Darsono dapat dikategorikan sebagai museum fashion yang
mana untuk museum yang masuk jenis ini cukup langka keberadaannya di
Indonesia. Bahkan dapat dikatakan museum ini merupakan satu-satunya yang
ada di Indonesia.
Di museum Harry Dharsono anda dapat melihat karya-karya fenomenalnya
dari yang beraneka bentuk karya, terutama yang berhubungan dengan
rancang busana, asesoris, dekorasi interior sebagai setting dimana gaun
ciptaannya bisa dikenakan dalam suatu yang elegan. Gaun-gaun Harry
selama ini dikenal sebagai rancangan yang berkelas, haute couture atau
adibusana, serta kontemporer yang tetap elegan.
Selain itu Anda dapat melihat berbagai karyanya sejak tahun 1970, bahkan
yang sempat go international. Sebut saja karya adibusananya, koleksi
art to wear, kostum panggung kontemporer yang pernah ditampilkan untuk
pergelaran karya-karya Shakespeare, seperti Hamlet & Othello yang
pernah ditampilkan di Woodbridge, Suffolk, Inggris (1980), serta Julius
Caesar di Jakarta (1997), tampil memukau di salah satu sudut ruangan
yang bermandikan cahaya kristal.
Terdapat pula gaun-gaun adibusana, seperti baju dan gaun pengantin
dengan sulaman emas murni yang pernah dipesan oleh wanita-wanita
bangsawan dunia. Anda akan melihat rancangan khusus untuk Lady Diana
yang dibuatnya pada 1980 dan rancangan untuk Ratu Rania, Ratu Yordania.
Karya-karya fashion Harry Darsono selain elegan, kadang spektakuler. Hal
ini didukung latar belakang pendidikan dan pengalamannya yang luas.
Pria kelahiran Surabaya, 19 Maret 1950 ini pernah studi di Ecole Des
Beoux di Paris, Prancis, Fashion Marchandising & Clothing Technology
di London College of Fashion, Inggris, lalu London Film & TV
Academy untuk Stage Production di London, Psychology di Christchurch
College, Oxford, Inggris Phd dalam Humanistic Philosophy.
Selama 30 tahun berkarier, karya-karya Harry Darsono berhasil membuat
semua orang berdecak kagum, tak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh
dunia. Selama ini mungkin banyak yang mengira karya-karyanya tersimpan
rapi di lemari, tak tersentuh oleh sembarang orang. Nyatanya, tidak
demikian. Harry mempersilakan publik menikmati koleksi masterpiece-nya.
“Memasuki museum saya, Anda akan tahu bahwa ada anak manusia yang
mengawali semuanya dengan keterpurukan, kebisuan, dan kenakalan. Saya
pernah diidentifikasi sebagai anak ADHD (Attention Deficit Hiperactivity
Disorder). Inilah yang membuat saya bersemangat membuat museum. Saya
bisa menghimpun anak ADHD untuk berkarya di dalam museum ini,” tuturnya.
Sungguh mulia!
Museum Art One Mondecor
Museum Art One Mondecor ini menang sebagai Museum Terbaik kategori Saran dan Fasilitas Pengunjung.
Mungkin banyak dari kita masih dengan asing dengan keberdaan museum
ini, tapi tahu kah anda ternyata benih-benih museum ini sudah ada
puluhan tahun yang lalu tepatnya tahun 1983 di Jakarta.
Tahun 2009, Mon Décor menambah sebuah ruang pamer yang lebih
representatif, luas, dan mudah diakses di City Plaza, Wisma Mulia, Jl.
Jend Gatot Subroto No 42 Jakarta dengan luas 1.000 meter persegi. Di
lokasi itu kemudian dibangun ruang kontemporer bernama MD Art Space yang diresmikan pada tanggal18 Oktober 2011.
Dengan ruang pamer tetap berukuran 750 m2 dan ruang pamer temporer
seluas 350 m2, MD Art Space, siap melayani kebutuhan klien serta
seniman. Seluruh ruang galeri tersebut ditujukan sebagai tempat showcase
bagi karya-karya pilihan dari berbagai aliran dan teknik Setiap
bulannya diselenggarakan pameran temporer yang menjadi program yang
berjalan secara kontinyu.
Museum Wayang
Nah, bagi anda yang sering hilir mudik di kawasan kota tua, pasti sudah
tidak asing lagi dengan museum yang satu ini. ya, museum wayang namanya
yang berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Museum Terbaik Kategori Kreativitas dan Inovasi Layanan.
Gedung Museum Wayang yang dulunya bernama de Oude Hollandse Kerk
ini Anda dapat melihat koleksi-koleksi wayang dari seluruh Nusantara
dan berbagai dari negara. Terdapat berbagai macam koleksi mulai dari
koleksi-koleksi wayang yang terbuat dari kayu dan kulit maupun
bahan-bahan lain dari daerah-daerah di Indonesia seperti Jawa, Sunda,
Bali, Lombok, Sumatera yang terdiri atas wayang kulit, wayang golek,
wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber
dan gamelan.
Tidak hanya wayang lokal asli Indonesia saja melainkan anda bisa juga
melihat wayang-wayang berasal dari luar negeri antara lain Malaysia,
Suriname, Kelantan, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam,
Inggris, Amerika dan Thailand. Jumlah koleksinya kurang lebih 5.147 buah
yang diperoleh dari pembelian, hibah, sumbangan atau titipan.
Menilisik sedikit historisitas Museum Wayang ini, awalnya gedung ini
sebelum dijadikan museum adalah sebuah gereja lama Belanda yang dibangun
pada abad ke-17. Seiring berjalannya waktu bangunan gereja itu pernah
hancur akibat gempa. Namun, kemudian gedung itu dibangun kembali oleh Bataviasche Genootshap van Kunsten en Wetenschappen, yaitu lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Oleh lembaga itu, gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia pada 22 Desember 1939 dan dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasce Museum.
Nah, di tahun 1957 gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan
Indonesia. Selanjutnya kembali diserahkan kepada Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI pada tahun 1962. Oleh Depdikbud, pada tahun 1968
kembali diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk dijadikan Museum
Wayang. Museum Wayang sendiri akhirnya diresmikan pada 13 Agustus 1975
oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, Ali Sadikin.
Museum Kathedral Jakarta
Berada tak jauh dari Masjid Istiqlal, Museum yang satu bangunan dengan Gereja Katedral ini berhasil menyebet penghargaan Museum Terbaik kategori Bangunan Cagar Budaya.
Museum Katedral terletak di balkon utama gereja yang biasanya digunakan
jemaat untuk misa. Sebelum dijadikan museumlantai balkon tersebut
digunakan untuk koor gereja, namun saat ini dimanfaatkan untuk ruangan
memajang koleksi Museum Katedral Jakarta.
Tak hanya itu di museum ini ada pula Tongkat Paus Paulus VI dan Piala Paus Yohanes Palulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka mengunjungi Indonesia juga cukup menarik untuk dilihat. Selain itu, jika anda penasaran ingin melihat salah satu lukisannya Kusni Kasdut (penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada tahun 1980, museum ini juga menyimpan lukisan bergambar gereja yang diukis oleh) yang ia buat dari pelepah pisang, cukup menarik bukan?
Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah
Museum ini sudah tak asing lagi didengar oleh kita, terutama yang ber
KTP Jakarta. Jadi pantaslah jika Museum ini menang sebagai Museum Terpopuler. Museum yang diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Ali Sadikin
(mantan Gubernur DKI Jakarta) ini mempunyai benda koleksi yang ada
mencapai jumlah 23.500 yang Terdiri atas ragam bahan material baik yang
sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal,
gerabah, keramik, porselen, kain, kulit, kertas dan tulang.
Selain itu di museum ini juga terdapat sketsel, patung Hermes, pedang
eksekusi, lemari arsip, lukisan Gubernur Jenderal VOC Hindia Belanda
tahun 1602-1942, meja bulat berdiameter 2,25 meter tanpa sambungan,
peralatan masyarakat prasejarah, prasasti dan senjata. Umur koleksi di
sana ada yang mencapai lebih 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan
hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi, kendi
gerabah. Bagi anda yang pernah tahu meriam legendaris dengan lambang
kesuburan yang berada di belakang meriam. Ya disinilah anda bisa menemui
sebuah Meriam si Jagur, meriam yang konon katanya dianggap mempunyai kekuatan magis.
Koleksi benda-benda museum yang berada di kawasan kota lama ini
dipamerkan di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang
Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Sultan Agung, Ruang Fatahillah, dan
Ruang M.H. Tamrin. Bagi pengunjung yang ingin menikmati koleksi museum
akan dimudahkan oleh tata pamer Museum Sejarah Jakarta. Tata pamer
tersebut dirancang berdasarkan kronologi sejarah, yaitu dengan cara
menampilkan sejarah Jakarta dalam bentuk display. Koleksi-koleksi itu
pun ditunjang secara grafis oleh foto-foto, gambar-gambar dan sketsa,
peta, dan label penjelasan agar mudah dipahami berdasarkan latar
belakang sejarahnya
Museum Bank Indonesia
Nah, kalau Museum ini adalah pemenang untuk Museum Terbaik 2012. Kali pertama berkunjung pada akhir pekan yang lalu setelah melihat ada ultah dewa
di sepanjang jalan Hayam Wuruk, kesan pertama yang ditangkap setelah
masuk ke dalamnya adalah museum ini memang berbeda dengan museum-museum
yang ada di Jakarta.
Tak ketinggalan ada satu yang menarik, di museum ini anda dapat masuk
ke dalam rungan yang dulunya digunakan untuk menyimpan uang. Bisa
dibayangkan bagaimana bentuk pintu masuknya bukan? besi yang sangat
tebal entah berapa ketebalannya. Nah, di dalam ruangan ini anda dapat
melihat koleksi-koleksi uang dalam negeri maupun uang dari berbagai
negara. Berada dalam kaca tebal, anda dapat melihatnya dengan memakai
kaca pembesar yang telah disediakan oleh pihak museum.
Sedikit mengenai sejarahnya, museum ini awalnya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal, lalu kemudian digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javashe Bank
(DJB) pada tahun 1828. Lalu setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1953,
bank ini di-nasionalisasikan menjadi bank sentral Indonesia atau Bank
Indonesia.
sumber
Babirusa (Babyrousa
babyrussa) telah lama mengundang kontroversi. Binatang ini dipopulerkan
pertama kali di dunia Barat oleh Gulielmi Pisonis dalam bukunya, Indie
Utriusque re Natural et Medica, yang diterbitkan di Amsterdam tahun
1658. Dalam sampul buku berbahasa Latin dan berisi ramuan obat-obatan
itu dilukis dua lelaki bersama dengan beberapa hewan aneh. Salah satunya
adalah hewan seukuran anjing dengan empat taring yang mengerikan.
Sepasang taring tajam muncul dari moncong dan sepasang lainnya keluar
dari hidung lalu melengkung hingga mendekati mata. Ekornya kecil dan
melingkar, cuping telinganya kecil dan tegak ke atas, serta tapak kaki
seperti rusa.
Konon, Pisonis menggambar sosok binatang aneh itu berdasarkan tengkorak
babirusa sulawesi. Namun, bentuk tubuh dan kepala binatang ini aneh,
menyebabkan banyak orang mengira binatang ini hanya ada di dunia
dongeng.
Dua ratus tahun kemudian, naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace,
untuk pertama kalinya bersua dengan babirusa di hutan Sulawesi. Pada
1858, Wallace mengunjungi Sulawesi dalam perjalanannya menjelajah
Nusantara. Dia dibingungkan dengan keberadaan babirusa, yang menurut dia
tidak ada padanannya dengan hewan lain di dunia.
Hewan endemis Sulawesi ini memiliki ukuran tubuh panjang 85-105 cm,
tinggi 65-80 cm, dan berat tubuh 90-100 kg. Binatang langka ini juga
mempunyai ekor yang panjangnya sekitar 20 cm.
Berbeda dengan babi hutan yang biasa mencari makan dengan menyuruk
tanah, babirusa memakan buah-buahan dan membelah kayu-kayu mati untuk
mencari larva lebah. Babirusa menyukai mangga, buah pangi, jamur, dan
dedaunan.
Babirusa betina hanya melahirkan sekali dalam setahun dengan jumlah bayi
satu sampai dua ekor sekali melahirkan. Masa kehamilannya 125 hari
hingga 150 hari. Setelah melahirkan, bayi babirusa akan disusui induknya
selama satu bulan. Setelah itu, bayi babirusa mencari makanan sendiri
di hutan bebas. Hewan endemis ini dapat bertahan hingga berumur 24
tahun.
Babirusa tersebar di seluruh Sulawesi bagian utara, tengah, dan
tenggara. Wilayah yang diduga masih menjadi habitat babirusa, antara
lain, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara-Gorontalo),
Cagar Alam Panua (Sulawesi Utara), dan Suaka Marga Satwa Nantu
(Gorontalo). Adapun di Cagar Alam Tangkoko (Sulawesi Utara) dan Suaka
Margasatwa Manembo-nembo (Sulawesi Utara) babirusa dianggap telah punah.
Populasi hingga sekarang tidak diketahui dengan pasti. Namun,
berdasarkan persebarannya yang terbatas oleh IUCN Red List, satwa
endemis ini didaftarkan dalam kategori konservasi vulnerable (rentan)
sejak 1986. Dan, oleh CITES binatang ini didaftar dalam Apendiks I yang
berarti tidak boleh diburu dan diperdagangkan.
Berkurangnya populasi babirusa diakibatkan oleh perburuan untuk
mengambil dagingnya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu,
rusaknya habitat utama hewan endemis ini dan jarangnya frekuensi
kelahiran juga membuat satwa endemis ini semakin langka.
Selengkapnya / Read more at: http://nbcgeonair.blogspot.com/2012/10/kisah-satwa-aneh-negeri-dongeng.html
#Enbiziindahnyaberbagi Copyright Blog : nbcgeonair.blogspot.com Website : nbcradiobantaeng.co.nr facebook : nbcradio bantaeng twitter : nbcfmbantaeng
Tak hanya itu di museum ini ada pula Tongkat Paus Paulus VI dan Piala Paus Yohanes Palulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka mengunjungi Indonesia juga cukup menarik untuk dilihat. Selain itu, jika anda penasaran ingin melihat salah satu lukisannya Kusni Kasdut (penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada tahun 1980, museum ini juga menyimpan lukisan bergambar gereja yang diukis oleh) yang ia buat dari pelepah pisang, cukup menarik bukan?
Tapi tidak lama, yaitu tahun 1962, Bank Indonesia pindah ke gedung yang
baru. Gedung ini dibiarkan kosong, namun dewan gubernur BI menghargai
nilai sejarah yang tinggi atas gedung tersebut, sehingga memanfaatkan
dan melestarikannya menjadi Museum Bank Indonesia. Museum ini diresmikan
pada 15 Desember 2006 oleh Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah.
Selengkapnya / Read more at: http://nbcgeonair.blogspot.com/2012/10/kisah-satwa-aneh-negeri-dongeng.html
#Enbiziindahnyaberbagi Copyright Blog : nbcgeonair.blogspot.com Website : nbcradiobantaeng.co.nr facebook : nbcradio bantaeng twitter : nbcfmbantaeng
Anda mungkin bertanya enam museum terbaik di Jakarta itu adalah versi
siapa? hmmm, atau mungkin anda akan bertanya juga, dikatakan sebagai
museum terbaik itu dilihat kriterianya seperti apa dan siapa yang berhak
menilainya? Bukankah semua museum mempunyai ciri khasnya masing-masing?
tak ada yang unggul melebihi museum lainnya karena setiap museum
mempunyai keunikannya sendiri, terlebih lagi jika itu diletakkan dalam
konteks benda-benda koleksinya.
Ok, pertanyaan anda sah-sah saja terlontarkan, namun baru-baru ini
tepatnya beberapa bulan yang lalu diadakan semacam acara penghargaan
bagi museum-museum terbaik yang ada di Jakarta. Acara itu dikenal
dengan nama Museum Awards 2012 yang diselenggarakan atas
kerjasama Pemprov DKI Jakarta dengan komunitas Jelajah di Jakarta.
Penghargaan ini diadakan tak lebih untuk memancing rasa apresiasi
masyarakat terhadap keberadaan suatu museum.
Yup, seperti yang diketahui banyak orang sekarang merasa tak perduli
dengan adanya museum di sebuah kota, semisal Jakarta. Puluhan museum
berdiri di kota ini, tapi jari pun terhitung hanya beberapa orang saja
yang berkunjung setiap harinya mungkin. Ironitas akan terasa panjang
jika dibahas kenapa museum sangat jarang dikunjungi, di saat banyak dari
kita mempunyai waktu sekedar menambah pengetahuan dengan menjelajahi ke
museum? ironis memang tinggal ironis, tapi tanpa panjang lebar lagi
mari sekarang kita lihat dimana sajakah ke-enam museum terbaik
se-Jakarta menurut Museum Awards 2012 itu berada
Museum Harry Darsono
Museum ini letaknya di belakang Cilandak Town Square dan menang sebagai Museum Terbaik kategori Penataan Koleksi.
Museum Harry Darsono dapat dikategorikan sebagai museum fashion yang
mana untuk museum yang masuk jenis ini cukup langka keberadaannya di
Indonesia. Bahkan dapat dikatakan museum ini merupakan satu-satunya yang
ada di Indonesia.
Museum Harry Darsono ini mengesankan keanggunan, baik dari luar
maupun dari dalam bangunan. Dari segi arsitekturnya mengesankan sebuah
bangunan yang sangat kuno, elegan, klasik dan abadi. Begitu pun warna
dinding, hiasan eksterior, juga tanaman yang menghiasi, memberikan
pesona yang elegan dan antik.
Di museum Harry Dharsono anda dapat melihat karya-karya fenomenalnya
dari yang beraneka bentuk karya, terutama yang berhubungan dengan
rancang busana, asesoris, dekorasi interior sebagai setting dimana gaun
ciptaannya bisa dikenakan dalam suatu yang elegan. Gaun-gaun Harry
selama ini dikenal sebagai rancangan yang berkelas, haute couture atau
adibusana, serta kontemporer yang tetap elegan.
Selain itu Anda dapat melihat berbagai karyanya sejak tahun 1970, bahkan
yang sempat go international. Sebut saja karya adibusananya, koleksi
art to wear, kostum panggung kontemporer yang pernah ditampilkan untuk
pergelaran karya-karya Shakespeare, seperti Hamlet & Othello yang
pernah ditampilkan di Woodbridge, Suffolk, Inggris (1980), serta Julius
Caesar di Jakarta (1997), tampil memukau di salah satu sudut ruangan
yang bermandikan cahaya kristal.
Terdapat pula gaun-gaun adibusana, seperti baju dan gaun pengantin
dengan sulaman emas murni yang pernah dipesan oleh wanita-wanita
bangsawan dunia. Anda akan melihat rancangan khusus untuk Lady Diana
yang dibuatnya pada 1980 dan rancangan untuk Ratu Rania, Ratu Yordania.
Karya-karya fashion Harry Darsono selain elegan, kadang spektakuler. Hal
ini didukung latar belakang pendidikan dan pengalamannya yang luas.
Pria kelahiran Surabaya, 19 Maret 1950 ini pernah studi di Ecole Des
Beoux di Paris, Prancis, Fashion Marchandising & Clothing Technology
di London College of Fashion, Inggris, lalu London Film & TV
Academy untuk Stage Production di London, Psychology di Christchurch
College, Oxford, Inggris Phd dalam Humanistic Philosophy.
Selama 30 tahun berkarier, karya-karya Harry Darsono berhasil membuat
semua orang berdecak kagum, tak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh
dunia. Selama ini mungkin banyak yang mengira karya-karyanya tersimpan
rapi di lemari, tak tersentuh oleh sembarang orang. Nyatanya, tidak
demikian. Harry mempersilakan publik menikmati koleksi masterpiece-nya.
“Memasuki museum saya, Anda akan tahu bahwa ada anak manusia yang
mengawali semuanya dengan keterpurukan, kebisuan, dan kenakalan. Saya
pernah diidentifikasi sebagai anak ADHD (Attention Deficit Hiperactivity
Disorder). Inilah yang membuat saya bersemangat membuat museum. Saya
bisa menghimpun anak ADHD untuk berkarya di dalam museum ini,” tuturnya.
Sungguh mulia!
Museum Art One Mondecor
Museum Art One Mondecor ini menang sebagai Museum Terbaik kategori Saran dan Fasilitas Pengunjung.
Mungkin banyak dari kita masih dengan asing dengan keberdaan museum
ini, tapi tahu kah anda ternyata benih-benih museum ini sudah ada
puluhan tahun yang lalu tepatnya tahun 1983 di Jakarta.
Di tahun itu Martha Gunawan melalui Mon Decor-nya merintis bisnis
seninya yang berangkat dari konsep seni sebagai kesatuan interior.
Pesatnya perkembangan seni rupa memberikan inspirasi bagi Mon
Decor untuk turut serta mengembangkan seni rupa Indonesia dan aktif
mencari sekaligus menyaring seniman muda yang berbakat.
Tahun 2009, Mon Décor menambah sebuah ruang pamer yang lebih
representatif, luas, dan mudah diakses di City Plaza, Wisma Mulia, Jl.
Jend Gatot Subroto No 42 Jakarta dengan luas 1.000 meter persegi. Di
lokasi itu kemudian dibangun ruang kontemporer bernama MD Art Space yang diresmikan pada tanggal18 Oktober 2011.
Dengan ruang pamer tetap berukuran 750 m2 dan ruang pamer temporer
seluas 350 m2, MD Art Space, siap melayani kebutuhan klien serta
seniman. Seluruh ruang galeri tersebut ditujukan sebagai tempat showcase
bagi karya-karya pilihan dari berbagai aliran dan teknik Setiap
bulannya diselenggarakan pameran temporer yang menjadi program yang
berjalan secara kontinyu.
Museum Wayang
Nah, bagi anda yang sering hilir mudik di kawasan kota tua, pasti sudah
tidak asing lagi dengan museum yang satu ini. ya, museum wayang namanya
yang berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Museum Terbaik Kategori Kreativitas dan Inovasi Layanan.
Gedung Museum Wayang yang dulunya bernama de Oude Hollandse Kerk
ini Anda dapat melihat koleksi-koleksi wayang dari seluruh Nusantara
dan berbagai dari negara. Terdapat berbagai macam koleksi mulai dari
koleksi-koleksi wayang yang terbuat dari kayu dan kulit maupun
bahan-bahan lain dari daerah-daerah di Indonesia seperti Jawa, Sunda,
Bali, Lombok, Sumatera yang terdiri atas wayang kulit, wayang golek,
wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber
dan gamelan.
Tidak hanya wayang lokal asli Indonesia saja melainkan anda bisa juga
melihat wayang-wayang berasal dari luar negeri antara lain Malaysia,
Suriname, Kelantan, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam,
Inggris, Amerika dan Thailand. Jumlah koleksinya kurang lebih 5.147 buah
yang diperoleh dari pembelian, hibah, sumbangan atau titipan.
Menilisik sedikit historisitas Museum Wayang ini, awalnya gedung ini
sebelum dijadikan museum adalah sebuah gereja lama Belanda yang dibangun
pada abad ke-17. Seiring berjalannya waktu bangunan gereja itu pernah
hancur akibat gempa. Namun, kemudian gedung itu dibangun kembali oleh Bataviasche Genootshap van Kunsten en Wetenschappen, yaitu lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Oleh lembaga itu, gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia pada 22 Desember 1939 dan dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasce Museum.
Nah, di tahun 1957 gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan
Indonesia. Selanjutnya kembali diserahkan kepada Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI pada tahun 1962. Oleh Depdikbud, pada tahun 1968
kembali diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk dijadikan Museum
Wayang. Museum Wayang sendiri akhirnya diresmikan pada 13 Agustus 1975
oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, Ali Sadikin.
Museum Kathedral Jakarta
Berada tak jauh dari Masjid Istiqlal, Museum yang satu bangunan dengan Gereja Katedral ini berhasil menyebet penghargaan Museum Terbaik kategori Bangunan Cagar Budaya.
Museum Katedral terletak di balkon utama gereja yang biasanya digunakan
jemaat untuk misa. Sebelum dijadikan museumlantai balkon tersebut
digunakan untuk koor gereja, namun saat ini dimanfaatkan untuk ruangan
memajang koleksi Museum Katedral Jakarta.
Salah satu koleksi yang menarik untuk dlihat adalah pakaian rohaniawan
Katolik yang tersimpan dengan baik di dalam beberapa kotak kaca. Di
dalam kotak kaca tersebut kita dapat melihat jubah, topi dan kasula
berbagai warna. Kasula merupakan lapisan terluar busana yang
biasa digunakan rohaniawan katolik. Kasula berwarna putih biasa
dikenakan untuk ibadah sehari-hari, dan kasula yang berwarna merah dan
ungu biasa digunakan untuk acara duka cita, seperti paskah dan misa
tutup peti.
Tak hanya itu di museum ini ada pula Tongkat Paus Paulus VI dan Piala Paus Yohanes Palulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka mengunjungi Indonesia juga cukup menarik untuk dilihat. Selain itu, jika anda penasaran ingin melihat salah satu lukisannya Kusni Kasdut (penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada tahun 1980, museum ini juga menyimpan lukisan bergambar gereja yang diukis oleh) yang ia buat dari pelepah pisang, cukup menarik bukan?
Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah
Museum ini sudah tak asing lagi didengar oleh kita, terutama yang ber
KTP Jakarta. Jadi pantaslah jika Museum ini menang sebagai Museum Terpopuler. Museum yang diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Ali Sadikin
(mantan Gubernur DKI Jakarta) ini mempunyai benda koleksi yang ada
mencapai jumlah 23.500 yang Terdiri atas ragam bahan material baik yang
sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal,
gerabah, keramik, porselen, kain, kulit, kertas dan tulang.
Selain itu di museum ini juga terdapat sketsel, patung Hermes, pedang
eksekusi, lemari arsip, lukisan Gubernur Jenderal VOC Hindia Belanda
tahun 1602-1942, meja bulat berdiameter 2,25 meter tanpa sambungan,
peralatan masyarakat prasejarah, prasasti dan senjata. Umur koleksi di
sana ada yang mencapai lebih 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan
hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi, kendi
gerabah. Bagi anda yang pernah tahu meriam legendaris dengan lambang
kesuburan yang berada di belakang meriam. Ya disinilah anda bisa menemui
sebuah Meriam si Jagur, meriam yang konon katanya dianggap mempunyai kekuatan magis.
Koleksi benda-benda museum yang berada di kawasan kota lama ini
dipamerkan di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang
Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Sultan Agung, Ruang Fatahillah, dan
Ruang M.H. Tamrin. Bagi pengunjung yang ingin menikmati koleksi museum
akan dimudahkan oleh tata pamer Museum Sejarah Jakarta. Tata pamer
tersebut dirancang berdasarkan kronologi sejarah, yaitu dengan cara
menampilkan sejarah Jakarta dalam bentuk display. Koleksi-koleksi itu
pun ditunjang secara grafis oleh foto-foto, gambar-gambar dan sketsa,
peta, dan label penjelasan agar mudah dipahami berdasarkan latar
belakang sejarahnya
Museum Bank Indonesia
Nah, kalau Museum ini adalah pemenang untuk Museum Terbaik 2012. Kali pertama berkunjung pada akhir pekan yang lalu setelah melihat ada ultah dewa
di sepanjang jalan Hayam Wuruk, kesan pertama yang ditangkap setelah
masuk ke dalamnya adalah museum ini memang berbeda dengan museum-museum
yang ada di Jakarta.
Baik penyajian atau pun penataan benda koleksinya cukup apik, ditambah
lagi dengan adanya seperangkat alat-alat komunikasi modern yang membantu
kita untuk menelusuri informasi seputar sejarah perbankan di Indonesia
ataupun Bak Indonesia itu sendiri. Peluh pun dapat tertahan tanpa harus
menetas dari tubuh, tak seperti cuaca di luar gedung museum saat itu
karena pendingin ruangan di museum ini bekerja dengan baik dan dapat
menyejukkan anda.
Tak ketinggalan ada satu yang menarik, di museum ini anda dapat masuk
ke dalam rungan yang dulunya digunakan untuk menyimpan uang. Bisa
dibayangkan bagaimana bentuk pintu masuknya bukan? besi yang sangat
tebal entah berapa ketebalannya. Nah, di dalam ruangan ini anda dapat
melihat koleksi-koleksi uang dalam negeri maupun uang dari berbagai
negara. Berada dalam kaca tebal, anda dapat melihatnya dengan memakai
kaca pembesar yang telah disediakan oleh pihak museum.
Sedikit mengenai sejarahnya, museum ini awalnya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal, lalu kemudian digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javashe Bank
(DJB) pada tahun 1828. Lalu setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1953,
bank ini di-nasionalisasikan menjadi bank sentral Indonesia atau Bank
Indonesia.
Babirusa (Babyrousa babyrussa) telah lama mengundang kontroversi.
Binatang ini dipopulerkan pertama kali di dunia Barat oleh Gulielmi
Pisonis dalam bukunya, Indie Utriusque re Natural et Medica, yang
diterbitkan di Amsterdam tahun 1658. Dalam sampul buku berbahasa Latin
dan berisi ramuan obat-obatan itu dilukis dua lelaki bersama dengan
beberapa hewan aneh. Salah satunya adalah hewan seukuran anjing dengan
empat taring yang mengerikan.
Sepasang taring tajam muncul dari moncong dan sepasang lainnya keluar
dari hidung lalu melengkung hingga mendekati mata. Ekornya kecil dan
melingkar, cuping telinganya kecil dan tegak ke atas, serta tapak kaki
seperti rusa.
Konon, Pisonis menggambar sosok binatang aneh itu berdasarkan tengkorak
babirusa sulawesi. Namun, bentuk tubuh dan kepala binatang ini aneh,
menyebabkan banyak orang mengira binatang ini hanya ada di dunia
dongeng.
Dua ratus tahun kemudian, naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace,
untuk pertama kalinya bersua dengan babirusa di hutan Sulawesi. Pada
1858, Wallace mengunjungi Sulawesi dalam perjalanannya menjelajah
Nusantara. Dia dibingungkan dengan keberadaan babirusa, yang menurut dia
tidak ada padanannya dengan hewan lain di dunia.
Hewan endemis Sulawesi ini memiliki ukuran tubuh panjang 85-105 cm,
tinggi 65-80 cm, dan berat tubuh 90-100 kg. Binatang langka ini juga
mempunyai ekor yang panjangnya sekitar 20 cm.
Berbeda dengan babi hutan yang biasa mencari makan dengan menyuruk
tanah, babirusa memakan buah-buahan dan membelah kayu-kayu mati untuk
mencari larva lebah. Babirusa menyukai mangga, buah pangi, jamur, dan
dedaunan.
Babirusa betina hanya melahirkan sekali dalam setahun dengan jumlah bayi
satu sampai dua ekor sekali melahirkan. Masa kehamilannya 125 hari
hingga 150 hari. Setelah melahirkan, bayi babirusa akan disusui induknya
selama satu bulan. Setelah itu, bayi babirusa mencari makanan sendiri
di hutan bebas. Hewan endemis ini dapat bertahan hingga berumur 24
tahun.
Babirusa tersebar di seluruh Sulawesi bagian utara, tengah, dan
tenggara. Wilayah yang diduga masih menjadi habitat babirusa, antara
lain, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara-Gorontalo),
Cagar Alam Panua (Sulawesi Utara), dan Suaka Marga Satwa Nantu
(Gorontalo). Adapun di Cagar Alam Tangkoko (Sulawesi Utara) dan Suaka
Margasatwa Manembo-nembo (Sulawesi Utara) babirusa dianggap telah punah.
Populasi hingga sekarang tidak diketahui dengan pasti. Namun,
berdasarkan persebarannya yang terbatas oleh IUCN Red List, satwa
endemis ini didaftarkan dalam kategori konservasi vulnerable (rentan)
sejak 1986. Dan, oleh CITES binatang ini didaftar dalam Apendiks I yang
berarti tidak boleh diburu dan diperdagangkan.
Berkurangnya populasi babirusa diakibatkan oleh perburuan untuk
mengambil dagingnya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu,
rusaknya habitat utama hewan endemis ini dan jarangnya frekuensi
kelahiran juga membuat satwa endemis ini semakin langka.
Selengkapnya / Read more at: http://nbcgeonair.blogspot.com/2012/10/kisah-satwa-aneh-negeri-dongeng.html
#Enbiziindahnyaberbagi Copyright Blog : nbcgeonair.blogspot.com Website : nbcradiobantaeng.co.nr facebook : nbcradio bantaeng twitter : nbcfmbantaeng
Selengkapnya / Read more at: http://nbcgeonair.blogspot.com/2012/10/kisah-satwa-aneh-negeri-dongeng.html
#Enbiziindahnyaberbagi Copyright Blog : nbcgeonair.blogspot.com Website : nbcradiobantaeng.co.nr facebook : nbcradio bantaeng twitter : nbcfmbantaeng