Selasa, 07 Agustus 2012

kebiasaan buruk pengendara sepeda motor


Entah sudah berapa kali saya melihat dan mendengar kecelakaan sepeda motor seumur hidup saya. Yang terakhir terjadi, melibatkan dua motor yang saling menabrak dengan kecepatan tinggi di daerah Pademangan, Jakarta Pusat.


Salah satu korbannya (rekan saya) mengalami luka yang cukup hebat di kepalanya, dan harus menjalani operasi otak. Mengerikan!


Para pengendara sepeda motor punya
kesadaran yang rendah mengenai keselamatan mereka, membuat mereka sering meletakkan nasib dalam taruhan tiap kali bepergian.

Dan tak jarang, tingkah laku mereka dalam berkendara juga membuat pengguna jalan lainnya merasa tidak nyaman dan terganggu. Tetapi tak jarang pengendara motor yang melanggar aturan justru lebih galak.


Berikut kebiasaan buruk pengendara sepeda motor yang membahayakan dan juga menyebalkan.

Tidak mengenakan helm
Helm dibuat untuk melindungi pengguna sepeda motor, bukan kepentingan atau kesenangan polisi, maupun produsen helm. Namun justru pengendara motor seperti tidak suka terhadap benda yang satu ini.

Mereka lebih suka meninggalkan helm di rumah, dengan alasan “Perginya dekat kok” atau “Nggak ada polisi ini”. Padahal siapa yang tahu bahaya apa yang menanti di perjalanan?


Seperti kata pepatah, “sedia payung sebelum hujan”, akan lebih baik jika pengendara motor “pakai helm sebelum kecelakaan”.

Tidak menggunakan kaca spion ketika berkendara
Kaca spion, saya yakin, diciptakan untuk sebuah tujuan yang baik. Agar pengendara motor dapat memperhatikan keadaan sekitarnya, terutama ketika akan berbelok atau pindah lajur.

Namun spion sering dipandang sebagai sebuah gangguan. Entah karena kurang gaya, atau membuat tidak bisa menyelip di antara kendaraan-kendaraan lain.


Pasanglah spion standar di motor Anda dan pergunakan saat berpindah jalur, demi keselamatan sendiri.


Melanggar banyak aturan dan marka jalan
Kalau yang satu ini, memang bukan kelakuan eksklusif pengendara motor. Semua pengguna jalan pasti ada yang melanggar aturan dan marka jalan.

Tetapi saya heran bukan main kalau melihat pengendara sepeda motor melawan arah, memotong jalan, berputar di sembarang tempat, menyerobot lampu merah, dan masih banyak lagi. Tidakkah mereka takut terhadap risiko kecelakaan?


Jika semua itu dilakukan atas nama mempersingkat waktu dan mengurangi jarak tempuh, apakah sepadan dengan bahaya yang mengintai? Jalanan kota memang macet tapi kalau dipikir-pikir, bukankah jika mereka menggunakan jalan yang semestinya, hanya berbeda beberapa menit?


Tidak perlu menunggu sampai Anda terserempet (atau bahkan tertabrak) untuk menyadari bahwa tidak semua kendaraan lain “sadar” atau “mengerti” keberadaan Anda di jalan.


Selalu berusaha menyelinap di antara mobil – mobil.

Okelah, ukuran motor Anda memang kecil, namun bukan berarti bisa masuk ke semua celah antara mobil. Sering kali ketika pengendara motor menyelinap, yang terjadi adalah mereka menyenggol mobil (karena salah memperkirakan lebar celah).

Yang lebih mengganggu lagi adalah ketika di tengah kemacetan, pengendara sepeda motor mengetuk-ngetuk kaca atau badan mobil, meminta mobil untuk bergeser (supaya mereka bisa lewat). Bagaimana mungkin? Sudah tidak ada ruang lagi.


Lebih baik sama-sama diam dan menikmati kemacetan, bukan.


Berteduh dan membuat titik kemacetan baru
Hujan merupakan musuh pengendara motor. Tetapi alangkah lebih baik jika pengendara motor memilih tempat yang lebih pas buat berteduh. Berteduh di jalan raya di kolong jembatan, atau di terowongan dan underpass bukan solusi yang tepat.

Anda hanya akan menyebabkan kemacetan besar di belakang.


Naik ke trotoar

Naik ke trotoar merupakan hal yang paling menjijikkan. Trotoar diciptakan bagi para pejalan kaki dan mereka akan sangat terganggu apabila ada sepeda motor naik ke trotoar. Terkadang, beberapa pengendara motor yang naik ke trotoar malah lebih galak. Mereka terus-menerus membunyikan klakson, menyuruh pejalan kaki untuk minggir.

Jangan naik ke trotoar, tetaplah di jalan raya. Sekali lagi, nikmati saja kemacetan yang ada.





sumber