Ikan
Placoderm adalah kelompok pertama vertebrata berahang, dan mendominasi
ekosistem perairan antara 430 dan 360 juta tahun yang lalu.
Ikan
purba ini memiliki lapisan kulit seperti jubah/armor sebagai pelindung
(placoderm = "kulit lapis baja"). Placoderm terbesar yang pernah
ditemukan disebut dengan "Dunkleosteus Terrelli" dengan panjang 33 kaki
(10 m) dan berat 4 ton. Ikan ini pasti menjadi predator terhebat di
lautan.
Saat
ini, ahli biologi membuat rekonstruksi biomekanik otot-otot rahang ikan
ini, untuk membuktikan bahwa makhluk ini memiliki gigitan yang paling
kuat dari setiap ikan yang pernah ada, melebihi hiu terbesar dan
menyaingi buaya atau dinosaurus punah Tyranosaurus.
Ilmuwan
menghitung kekuatan gigitan rahang dari ikan ini sebesar 11.000 pon
(5.500kg/5,5ton!!), kekuatan ini cukup untuk menghancurkan kulit dan
tulang terkeras di lautan. Rahang dari Dunkleosteus memiliki deretan
gigi tajam yang tentunya akan menambah kekuatan gigitan, setelah diukur,
tekanan pada tiap ujung taringnya memiliki kekuatan lebih dari 80.000
pon (40.000Kg/ 40 ton!!) per inci persegi.
Model
biomekanik dari mulut ikan menggambarkan bahwa ia memiliki tengkorak
yang sangat mudah untuk dikendalikan karena memiliki mekanisme yang unik
pada empat sendi rotasi, inilah rahasia di balik gigitan yang kuat.
Selain
itu, Placoderm bisa membuka mulutnya dengan sangat cepat, hanya dalam 1
/ 50 detik, yang menciptakan kekuatan hisap yang kuat, dan dapat
menarik mangsa ke dalam mulutnya. Biasanya, ikan hanya memiliki gigitan
gigitan yang kuat atau kemampuan rahang yang cepat, Placoderm memiliki
keduanya.
"Bagian
yang paling menarik dari pekerjaan ini bagi saya adalah menemukan bahwa
ikan lapis baja ini memiliki kemampuan membuka dan menutup rahang
dengan cepat dan kuat", kata Mark Westneat, Kurator Ikan di The Field
Museum.
"Hal
ini dimungkinkan karena desain teknik unik tengkorak dan otot-otot
berbeda yang digunakan untuk membuka dan menutup dan itu membuat ikan
ini menjadi salah satu pemangsa puncak pertama benar terlihat dalam
rekaman fosil vertebrata"
Gigitan
kuat dari Dunkleosteus memungkinkan untuk memakan Placoderm lainnya,
ammonoids, moluska, atau artropoda lain. "Dunkleosteus mampu menelan apa
pun di lingkungannya," kata Philip Anderson, di Departemen Ilmu
Geofisika di University of Chicago.
Hiu,
yang merupakan keturunan dari Placoderm, memiliki rahang tajam yang
mampu membelah mangsa berukuran lebih besar dari mulutnya sendiri baru
muncul 100 juta tahun kemudian.
"Secara
keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bagaimana teori teknik mesin
berguna dapat mempelajari perilaku hewan fosil," tambah Anderson.
"Kita
tidak bisa benar-benar melihat hewan-hewan berburu atau berinteraksi,
tetapi kita dapat memahami berbagai perilaku yang mungkin mereka lakukan
dengan mempelajari bagian-bagian fosil yang dibentuk dan terhubung satu
sama lain."