Ketapel (umban) sering disebutkan dalam Perjanjian Lama. Kita mengenal
benda ini terutama dalam kisah Daud dan Goliat (1 Sam. 17:40; 49).
Barang ini merupakan salah satu senjata yang sangat mematikan di dunia
kuno. Suku Benyamin memiliki 700 orang kidal yang mahir mengumban dengan
tidak meleset sehelai rambut pun (Hak. 20:16; 1 Taw.12:2). Bahkan
orang-orang Israel menggunakan batu dan umban untuk berperang (2 Raj.
3:25).
Dalam penggalian di situs hirbet el-Maqatir, sekitar 16 km sebelah utara
Yerusalem, batu-batu umban diketemukan hampir di semua tempat. Dr.
Bryan Wood, kepala tim penggalian, melaporkan, “Pada penggalian ketiga,
kami menemukan hampir tiga lusin batu umban. Betuknya kasar,
berdiameter2 inci lebih besar daripada bola tenis, dan beratnya sekitar
sembilan ons.” Batu-batu itu dibentuk dengan alat. Bentuk dan ukurannya
menunjukkan periode tertentu dalam sejarah Palestina. Batu umban
berukuran besar digunakan hingga masa Yunani (akhir 4 BC). Pasukan
Romawi dan Yunani menggunakan batu umban seukuran bola golf.
Ketapel zaman dahulu dibuat dari kulit atau juga dari anyaman wol,
dengan sebuah kantung di tengahnya untuk meletakkan batu. Semakin
panjang tali katapelnya semakin jauh pula lemparannya. Ketapel jarak
jauh panjangnya sekitar 3 kaki.
Pasukan ringan (peltast) terdiri dari para pemanah, ketapel tangan, dan
pelempar tombak. Mereka bertugas membuka serangan dengan menghujani
musuh. Ketapel untuk jarak jauh, panah untuk jarak menengah, sedangkan
tombak untuk jarak yang sudah agak dekat. Mereka juga bertugas
melindungi pasukan berpedang (hoplite) saat melarikan diri.
Menurut sebuah dokumen perang, pasukan panah dilatih untuk membidik
target sejauh 175 meter sedangkan pasukan ketapel 375 meter. Pasukan
ketapel bahkan mampu membidik muka musuh secara akurat dengan kecepatan
lemparan mencapai 90 km/jam. Seorang penulis Romawi mengatakan bahwa
prajurit yang mengenakan baju pelindung berlapis kulit lebih takut pada
serangan umban daripada anak panah. Sebuah dokumen kesehatan Roma yang
ditulis oleh Celcus menunjukkan cara-cara pengambilan batu ketapel dari
dalam tubuh seseorang. Ini berarti bahwa batu ketapel mampu menembus
tubuh seseorang, walau dengan pelindung tubuh dari kulit.
Di Indonesia, ketapel sering disebut dengan plinthengan atau blandring.
Ketapel digunakan untuk berburu hewan kecil seperti burung kecil atau
capung, atau sekedar untuk bermain perang-perangan dengan teman sebaya.
Ketapel di Indonesia dibuat dari bahan kayu dan karet. Karet yang
digunakan biasanya berasal dari ban bekas. Peluru yang digunakan
biasanya batu kecil, atau karet gelang yang dibentuk bulat-bulat
sehingga tidak melukai orang lain.
sumber