Mobil antik sekaligus rumah bagi keluarga Herman Zapp yang dikabarkan
telah berkeliling dunia selama kurang lebih 11 tahun, saat ini singgah
di Kota Dumai, Provinsi Riau, untuk kemudian bergegas menuju Malaka,
Malaysia.
Herman Zapp bersama sang istri Candelaria Zapp dan
empat orang anaknya masing-masing Pampa (8), Tehue (5), Paloma (3) serta
si bungsu Wallaby (1) secara tidak sengaja terpantau di salah satu
penginapan sederhana yang ada di Kota Dumai, Minggu (5/6) malam.
Mobil
antik Graham Paige Model 610 yang diperkirakan buatan tahun 1928
terpampang di halaman parkir penginapan dan menarik perhatian sejumlah
kalangan pengendara dan pejalan kaki yang kebetulan melintas tidak jauh.
"Mobil
ini adalah rumah utama bagi saya. Rumah ini juga unik, karena dengannya
saya bersama keluarga bisa berkeliling dunia. Sudah sejak Jumat (3/6)
saya berada d isini (Kota Dumai)," kata Herman Zapp.
Herman Zapp
dan Candelaria Zapp serta empat orang anaknya merupakan keluarga asal
Argentina, sebuah negara yang berada di Amerika Latin.
"Di
negara tempat asal saya, banyak yang menarik, namun tidak puas rasanya
jika tidak mencari sesuatu yang berbeda. Dengan berkeliling dunia
menggunakan mobil, saya dapat lebih merasa puas," kata Herman dalam
komunikasi bahasa Inggrisnya.
Hidup tidak menetap dan menjadikan
mobil sebuah rumah utama untuk berlindung dan berpergian ke berbagai
tempat di dunia diakui Herman sudah dijalani sejak 13 tahun lamanya.
Tidak
ada kendala yang berarti, menurut dia, sebuah kecelakaan sangat jarang
dialami olehnya. Hanya sebuah paku yang kerap manancap di ban depan
mobil antik miliknya, dan itu diakui dapat teratasi dengan mudah, karena
segala peralatan di bagasi cukup lengkap, termasuk penambal ban manual
dan "tubeless".
Herman Zapp mengaku telah menjelajah empat benua
selama kurun waktu 11 tahun, dimulai pada tahun 2000. Diakui keluarga
"bule" ini, benua Asia merupakan benua yang begitu mengesankan karena
memiliki keindahan alam dan bahasa yang beragam.
"Eropa dan Amerika bagi saya biasa saja, namun Asia adalah sebuah keindahan," kata Harman Zapp.
Pria
berambut pirang ini mengidolakan Indonesia sebagai negara kaya yang
penuh dengan keanekaragaman alam dan budaya, namun ia menyayangkan tidak
ada seorang anaknya yang lahir di negara tersebut.
Keluarga
besar Herman Zapp mengaku hidup dengan beragam cara, salah satunya
dengan menjual berbagai karya tulis yang telah dijilid menjadi sebuah
buku.
Buku tersebut mengisahkan perjalanan hidup mereka dan
terbukti mampu menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup mereka selama berkeliling di empat benua.
Jika
begitu mendesak, terkadang keluarga ini juga mengharapkan adanya
sukarelawan yang memberi mereka sumber kehidupan, makan dan minum.
"Tidak
ada yang sulit jika kita mau. Kepuasan merupakan yang utama," demikian
pernyataan Herman Zapp tentang simbol hidup yang dijalaninya.
sumber