Nama kota Bandung
ternyata diambil dari sebuah sumur yang dikeramatkan orang. Sumur itu
bernama Sumur Bandung. Ia adalah sumur purba yang terbentuk karena
suatu keajaiban. Sumur ini sebenarnya ada dua. Lokasi keduanya berada
tepat di pusat kota. Persisnya di tepi sungai Cikapundung yang membelah kota Bandung.
Kedua
sungai ini jaraknya berdekatan. Hanya dipisah jalan protokol Asia
Afrika. Uniknya, meski di atas Sumur Bandung yang satu, telah berdiri
bangunan kokoh. Meski begitu, keberadaan Sumur Bandung dibiarkan tetap
utuh. Bahkan diberi penutup berhiaskan mirip mahkota. Sehingga ada
kesan bila sumur ini dihormati dan dijaga kelestariannya.
Lokasi
sumur yang satu ini terletak di lantai dasar Gedung PLN Distribusi
Jawa Barat. Keberadaannya sangat terawat. Bahkan airnya sering diambil
oleh para pejabat PLN dan masyarakat umum untuk dibawa pulang. Menurut
kabar, air itu sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit. Uniknya
lagi, aula gedung PLN ini pun diberi nama Bale Sumur Bandung.
Pemberian nama aula itu pun mengandung cerita mistik yang menarik
untuk disimak. Menurut Kusnadi (52), Kuncen Sumur Bandung di gedung
PLN, nama aula tersebut merupakan pemberian penghuni gaib sumur purba
itu.
Sehari
sebelum aula itu diresmikan, dewi penghuni sumur memberi isyarat.
Semula, kata Kusnadi, aula itu sudah dipersiapkan bernama Graha Sumur
Bandung. Namun tiba-tiba Kusnadi dan Heri, kuncen Sumur Bandung,
mendapat bisikan gaib dari dewi penghuni sumur itu. Akhirnya melalui
sebuah komunikasi gaib, penghuni gaib sumur itu meminta nama Graha Sumur
Bandung diubah menjadi Bale Sumur Bandung. “Pesan gaib itu lalu kami sampaikan kepada pimpinan. Dan ternyata pimpinan menyetujui perubahan nama itu,” tutur Kusnadi.
Sumur Bandung yang satunya lagi, terletak di bawah gedung Miramar. Gedung ini lokasinya di seberang gedung PLN atau berjarak sekitar 20 meter. Bangunan bekas pertokoan lima lantai ini kini telah diratakan dengan tanah. Kabarnya, areal bekas gedung Miramar ini akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan modern.
Dulu
Pemkot Bandung pernah menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta
untuk dikelola menjadi komplek pertokoan modern. Sebab dilihat dari
segi bisnis, lokasi gedung Miramar
sangat strategis. Namun, rencana itu tertunda hingga kini. Bahkan
setelah berkali-kali ditenderkan, tetap tak ada investor yang mau
membuka usaha di situ. Apa sebab ? Ada keyakinan, gagalnya mengubah gedung Miramar menjadi pertokoan modern, karena adanya sumur Bandung yang dihuni kekuatan dari dimensi gaib.
Dewi Kentringmanik
Soal nama Sumur Bandung memang sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Bandung. Beberapa nama tempat dan jalan di kota Bandung,
ada yang diberinama Sumur Bandung. Konon, keberadaan sumur ini sangat
erat kaitannya dengan keberadaan seorang dewi yang cantik jelita.
Seorang bekas sipir penjara Banceuy dahulu sebelum dipindah ke LP
Sukamiskin Bandung, kepada Kuncen Bandung, Ir Haryoto Kunto (almarhum),
pernah bercerita soal Sumur Bandung. Katanya, Sumur Bandung adalah
singgasananya penguasa gaib kota Bandung.
Orang yang suka mengembara ke alam gaib ini lantas menyebut bahwa
penghuni sumur itu adalah seorang putri bernama Kentringmanik.
Kentringmanik
adalah seorang dewi yang cantik rupawan. Di singgasananya itu, ia
tinggal bersama saudara pengiringnya, yakni Eyang Dipayasa. Oleh
seorang penulis asal Belanda, WH Hoogland, dewi Kentringmanik disebut
pula sebagai Bron Goding, atau dewi penguasa mata air sungai Citarum.
Dalam Wawacan Guru Gantangan, disebut pula adanya seorang tokoh
Kentringmanik Mayang Sunda.
Dia
adalah salah seorang permaisuri Prabu Siliwangi yang punya putra
bernama Guru Gantangan. Sanghyang Guru Gantangan yang Brahmana Lelana
ini adalah putra Prabu Banjarsari dari istrinya yang ke-74, yakni Ken
Buniwangi. Cuma, yang jadi pertanyaan adalah, apakah Kentringmanik
Mayang Sunda ini pula yang menghuni Sumur Bandung.
Penguasa Alam Gaib
Sebagian warga Bandung memang ada yang meyakini bila alam gaib kota Bandung
dikuasai dewi Kentringmanik ini. Hal ini berdasarkan fakta-fakta,
ketika kondisi politik tanah air sedang bergejolak dan dimana-mana
terjadi kerusuhan, Bandung sebagai salah satu dari lima kota terbesar di tanah air, nyaris tak pernah terjadi kerusuhan. Konon hal itu karena alam Bandung dihuni oleh penguasa gaib yang menjaga ketenteraman warganya.
Menurut almahum Haryoto Kunto dalam buku Semerbak Bandung, sebelum kota Bandung berubah rupa seperti saat ini, dahulu ditemukan banyak kuburan. “Orang Bandung
tempo dulu, mengubur anggota keluarganya yangmeninggal di halaman
rumah,” tuturnya dalam buku itu. Penduduk Bandung baheula, katanya,
sangat meyakini falsafah kuburan sebagai tempat yang tenang dan damai.
Tidak
heran bila setiap halaman rumah selalu ada kuburannya. Kondisi itu
bertahan hingga tahun 1906, ketika kemudian pemerintah Belanda
mengeluarkan larangan mengubur mayat di halaman rumah. Jadi sebenarnya,
di tengah hiruk pikuk Bandung, di bawahnya merupakan kuburan-kuburan penduduk Bandung tempo dulu. Selain karena keberadaan dewi Kentringmanik, keadaan itu pula yang menyebabkan Bandung terasa sejuk dan adem ayem.