Hormon 'Cinta' Sembuhan Sakit Kepala
Studi
terbaru mengungkap bahwa oksitosin yang dikenal sebagai hormon cinta
efektif meningkatkan rasa percaya diri sekaligus memperkuat ikatan
sosial. Suntikan hormon ini juga bisa bekerja sebagai obat penghilang
sakit kepala.
Seperti dikutip dari MSNBC, sekitar 50 persen pasien sakit kepala merasa lebih baik setelah mendapat asupan oksitosin melalui semprot hidung. Sementara mereka yang mendapat semprotan hormon palsu tak merasakan rasa sakit yang berkurang.
Rata-rata, efeknya mulai bekerja empat jam usai penyemprotan. Manfaatnya bertahan hingga 24 jam.
Sekitar 40 pasien yang terlibat dalam studi ini memiliki kondisi sakit kepala kronis, yang di antaranya disertai serangan migrain tak berkesudahan. "Pasien ini telah mencoba berbagai cara sebelumnya, dan tidak ada yang bisa memberikan hasil banyak,” kata Direktur penelitian dari Stanford University School of Medicine, David Yeomans.
Ia mengatakan, saat ini, hanya dua perawatan yang terbukti efektif mencegah gangguan kesehatan itu. Salah satunya adalah suntikan botoks, kata peneliti Dr Egilius Spierings, profesor di Harvard Medical School yang mempelajari manajemen sakit kepala.
Terapi botoks baru saja mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration sebagai pereda sakit kepala pada Oktober lalu. Pengobatan lainnya adalah topiramate. Di Amerika Serikat, setidaknya tercatat enam juta penderita sakit kepala kronis.
Namun, Spierings mengatakan dua terapi pengobatan itu memiliki sejumlah kelemahan dan tidak memiliki efek jangka panjang. Ia berharap studi tentang suntikan oksitosin semakin sempurna sehingga bisa membantu menyembuhkan pasien.
Seperti dikutip dari MSNBC, sekitar 50 persen pasien sakit kepala merasa lebih baik setelah mendapat asupan oksitosin melalui semprot hidung. Sementara mereka yang mendapat semprotan hormon palsu tak merasakan rasa sakit yang berkurang.
Rata-rata, efeknya mulai bekerja empat jam usai penyemprotan. Manfaatnya bertahan hingga 24 jam.
Sekitar 40 pasien yang terlibat dalam studi ini memiliki kondisi sakit kepala kronis, yang di antaranya disertai serangan migrain tak berkesudahan. "Pasien ini telah mencoba berbagai cara sebelumnya, dan tidak ada yang bisa memberikan hasil banyak,” kata Direktur penelitian dari Stanford University School of Medicine, David Yeomans.
Ia mengatakan, saat ini, hanya dua perawatan yang terbukti efektif mencegah gangguan kesehatan itu. Salah satunya adalah suntikan botoks, kata peneliti Dr Egilius Spierings, profesor di Harvard Medical School yang mempelajari manajemen sakit kepala.
Terapi botoks baru saja mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration sebagai pereda sakit kepala pada Oktober lalu. Pengobatan lainnya adalah topiramate. Di Amerika Serikat, setidaknya tercatat enam juta penderita sakit kepala kronis.
Namun, Spierings mengatakan dua terapi pengobatan itu memiliki sejumlah kelemahan dan tidak memiliki efek jangka panjang. Ia berharap studi tentang suntikan oksitosin semakin sempurna sehingga bisa membantu menyembuhkan pasien.