Berita tentang ceramah ustad Fahmi Albuqorih di Masjid Al-Muttaqin,
Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (27/7) lalu membuat heboh di Padang.
Gara-garanya, dalam ceramah saat berbuka bersama yang juga dihadiri
calon gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo itu, sang ustad menyebut, “Kalau
Jakarta dipimpin non-Muslim, maka bisa saja Jakarta seperti Padang,
yang dilanda gempa dan banjir bandang seperti saat ini.”
Pernyataan
ustad Fahmi itu dikutip situs berita tribunnews.com, dan beredar
luas di jejaring sosial twitter dan facebook. Berita tersebut juga jadi
diskusi di grup-grup blackberry messenger (bbm), di Padang.
Umumnya,
peserta diskusi mengecam ceramah sang ustad, dan ada pula yang
meminta sang ustad mencabut pernyataan tersebut serta minta maaf.
“Ustad
Fahmi ini contoh orang yang beragama tapi tak berakal,” kata Andrinof
Chaniago, pengajar pada Universitas Indonesia yang juga perantau
Padang di Jakarta. Ia menambahkan, ceramah ustad Fahmi tak berdasar
sama sekali.
Tak ada dasarnya di Al Qur’an,” ulas Andrinof. Di
laman tribunnews.com, berita tersebut diberi judul “Ceramah Ustad Masjid
Al-Muttaqin Singgung Isu SARA”. Ceramah itu disampaikan dalam
rangkaian kegiatan agenda Safari Ramadan Fauzi Bowo. Ustad Fahmi juga
menyampaikan umat Islam harus mencari pemimpin yang beriman, sehingga
memiliki rasa takut dosa dan akan melakukan perbuatan adil.
“Umat
Islam harus cenderung memilih pemimpin yang seiman. Saya lahir dan
besar di Jakarta. Jadi, saya punya beban yang sangat berat melihat orang
Islam memilih pemimpin yang bukan dari golongan kita. Saya tidak
dipesan untuk omong seperti ini, melainkan karena saya sangat
prihatin,” ujar Fahmi.
Sebagaimana diketahui, isu berbau suku,
agama, ras dan antar-golongan (SARA) memang sering dihembuskan dalam
Pemilukada DKI Jakarta. Saat ini, dua pasangan calon Fauzi Bowo-Nachrowi
Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama akan bertarung pada
Pemilukada putara kedua.
Menurut Andrinof, kalau ceramah sang
ustad memang terkait dengan politik berarti sang ustad itu telah
merendahkan agama. “Tak perlu didengar, apalagi diikuti,” ujar
Andrinof.
Sementara itu, Wali Kota Padang Fauzi Bahar yang
dihubungi terpisah menyebutkan semestinya sang ustad menyadari kalau
tak boleh bicara hal-hal yang berbau SARA. “Tapi saya kira dia (ustad
Fahmi) kepleset ngomong,” ujar Fauzi.
Sejumlah ulama Sumbar juga
menyikapi pernyataan ustad tersebut. Ketua Rois Syuriah Pimpinan
Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumbar, Asasriwarni mengatakan
keharusan seorang muslim memilih pemimpin yang seiman memang ada
dalam ajaran agama. Tapi pengucapan itu akan mengandung SARA jika
situasi (konteks) penyampaian yang tidak tepat.
Seperti yang
diucapkan Ustad Fahmi Albuqorih di Jakarta tentu mengundang tanya
karena sedang pemilihan gubernur dan salah satu pasangan kandidat yang
maju mengikuti Pilkada ada yang nonmuslim. Ditambah lagi, pengucapan itu
disampaikan dalam bentuk ceramah yang juga dihadiri salah satu
kandidat Gubernur DKI Jakarta.
“Dalam ajaran Islam
sebaiknya memang memilih pimpinan yang seagama, tapi jika tidak
melihat situasi akan menjadi SARA dan akan berdampak negatif,” ulasnya.
Untuk
itu, Asasriwarni menyarankan pada tokoh agama untuk bisa
mempertimbangkan apa yang akan diucapkan di depan umum. Karena masalah
agama adalah hal yang paling gampang membuat perpecahan dan pertikaian
antar umat beragama. Menurutnya ulama atau tokoh agama harus cerdas
dan teliti. “Saya yakin Ustad Fahmi Albuqorih ini tidak bermaksud
menyingung SARA, tapi karena tidak begitu teliti maka tersampaikan itu
dan menjadi isu politik karena situasi politik di Jakarta sedang memanas
juga,” ujarnya.
Asasriwarni mengharapkan ulama untuk
bisa membedakan ranah politik dan agama. Sebaiknya., ulama atau tokoh
agama tidak ikut-ikutan dalam situasi politik. Lebih baik fokus pada
agama saja dan menyampaikan ajaran tanpa intervensi atau maksud lain
kecuali untuk memperkuat akidah umat.
“Masyarakat jangan
terpancing dengan isu seperti itu. Intinya jagalah kerukunan umat
beragama dan agama tidak bisa dikaitkan dengan politik,” ulasnya.
Terpisah Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN IB Pandang Duski Samad melalui
pesan pendeknya kepada Padang Ekspres menyampaikan tidak boleh
mengaitkan masalah itu dengan musibah. Musibah itu ujian iman akibat
kecerobohan, kerakusan dan kelalaian manusia
sumber