Tak dipungkiri, elastisitas organ reproduksi bisa menurun usai melahirkan secara normal, yang umumnya terjadi akibat posisi salah saat mengejan. Otot perut pun mengendur, bahkan memicu pergeseran posisi rahim sehingga menimbulkan gangguan berkemih.
Terlepas dari pengalaman kehamilan dan persalinan normal, beberapa aktivitas harian seperti olahraga yang salah, dan penggunaan high heels yang terlampau sering juga memengaruhi elastisitas organ reproduksi dan otot panggul.
Merespons masalah itu, sejumlah pakar mengembangkan terapi genetik untuk peremajaan fungsi tubuh, termasuk organ intim.
Pengembangan terapi ini bermula dari temuan Aeskulap Brunnen berupa protein genetik pada kromosom ke-9 tubuh manusia atau lymphatic homeobox protein 3 (LHX3). Protein ini bertanggung jawab pada perkembangan embrio dan proliferasi pituitary, yakni kelenjar yang terletak di bagian bawah otak sebagai pengontrol fungsi edokrin dalam tubuh.
Dalam aplikasi klinis, LHX3 berperan memperbaiki kekencangan seluruh organ tubuh dengan memaksimalkan fungsi regulator endokrin pada kelenjar pituitary, mengencangkan bagian tubuh yang kendur, dan mempertahankan tonus organ vital lainnya.
Pada 2010, sejumlah pakar menginvestigasi LHX3 generasi kedua untuk peremajaan organ tubuh. Mereka yang terlibat antara lain, ahli mikrobiologi dari Jefferson Cancer Institute, Prof Kathleen A Mahon dan Prof Alexander Zhadanov, juga Direktur dari Institution of Molecular genetics, Czech's Republic, Prof Bedrich Mosinger.
“Ini bisa digunakan sebagai antiaging organ reproduksi dan penting untuk wanita yang sudah menikah dan melahirkan banyak anak,” ujar Dokter Kecantikan dari Ultimo Aesthetic & Dental Center, dr Liza Suzanna.
Mereka yang menghendaki peremajaan organ intim, Liza menyarankan terapi protein dengan suntikan LHX3 generasi kedua. Tak hanya memperbaiki dan mengencangkan organ reproduksi usai persalinan, terapi ini juga diklaim dapat memperbaiki gangguan pencernaan, sirkulasi darah, mengencangkan payudara, mencegah kerontokan rambut, penuaan kulit, bahkan meningkatkan libido.
Menurut Liza, mereka yang ingin melakukannya butuh 5-10 kali suntik selama 5 -10 minggu, di titik-titik akupuntur. “Dosis dan frekuensi suntikan bervariasi tergantung kebutuhan," ujarnya. Terapi ini tidak disarankan bagi wanita hamil dan menyusui.
sumber