Seperti dilansir dari situs LiveScience,
kedua peneliti ini yakin bahwa mesin pemecah partikel terbesar, Large
Hadron Collider (LHC) yang terletak di bawah tanah daerah Jenewa, bisa
mendukung terciptanya mesin waktu.
Dengan
mesin pemecah atom itu, kata Weiler dan Ho, manusia bisa mengirimkan
sejenis partikel yang disebut Higgs singlet ke masa lalu atau ke masa
depan.
"Teori
kami memang masih jauh, tapi setidaknya teori ini tidak menyalahi
hukum fisika manapun atau hambatan eksperimental," kata Weiler.
Teori
ini sendiri didasari oleh M-Theory, atau teori segalanya. Teori yang
bertujuan untuk menggabungkan semua gaya alamiah yang bisa menjelaskan
segala sesuatu di alam semesta.
Higgs
singlet sendiri tak bisa dipisahkan dengan Higgs boson. Higgs boson
adalah partikel yang paling elementer dari sebuah benda, yang selama
ini diyakini memberi massa kepada partikel lainnya.
Para
pakar fisika teoritis telah mengembangkan M-theory ini pada kondisi di
mana ia bisa mengkomodasi properti-properti semua gaya dan partikel
sumatomik, termasuk gravitasi.
Teori ini tak cuma menggunakan empat dimensi seperti yang selama ini kita gunakan, melainkan membutuhkan 10-11 dimensi.
Selama
ini mesin pemecah partikel LHC dibangun untuk menemukan Higgs boson.
Bila Higgs boson berhasil ditemukan maka para ilmuwan yakin, bahwa ini
akan sekaligus menciptakan Higgs singlet secara bersamaan.
Nah,
Higgs singlet inilah yang diprediksi mampu meloncat-loncat ke ruang
dan waktu yang berbeda. Ia dipercaya oleh Weiler dan Ho, bisa melakukan
perjalanan melalui dimensi yang tersembunyi. untuk kemudian kembali
masuk ke dimensi kita di masa depat, atau di masa lalu.
Oleh
karenanya, kata Weiler, bila manusia bisa mengendalikan pembuatan
Higgs singlets, ada kemungkinan kita bisa mengirimkan pesan ke masa
lalu maupun ke masa depan. Namun, terlalu cepat untuk berfikir bahwa
cerita seperti di film Back to the Future, bisa terwujud.
"Tak
mungkin bagi seseorang untuk bisa melakukan perjalanan antar waktu,
lalu membunuh salah satu orang tuanya sebelum ia dilahirkan, misalnya,"
kata Weiler, pada hasil risetnya yang telah dipublikasikan di situs
web riset arxiv.org.