Sekelompok
peneliti asal Swedia dan Spanyol yang dipimpin oleh pakar biologi
Alexei Maklakov, melakukan survei terhadap 82 spesies burung gereja,
termasuk burung pipit serta jenis burung lain yang umum bertengger di
12 kota besar di kawasan Eropa tengah.
Mereka
kemudian membagi burung-burung itu ke dalam kelompok yang lahir dan
besar di perkotaan serta mereka yang besar di kawasan pinggiran.
Kemudian peneliti membandingkan ukuran otak kedua kelompok burung itu.
Hasilnya, seperti dimuat di jurnal Biology Letters, burung yang hidup di kota besar memiliki otak yang lebih besar dibanding burung sejenis yang tinggal di pedesaan.
Peneliti
memperkirakan, burung membutuhkan otak yang lebih besar dibanding
burung-burung di kawasan lain agar mampu bertahan dalam lingkungan
perkotaan yang penuh tantangan.
“Ini
merupakan pertama kali ukuran otak diketahui menjadi faktor utama
keberhasilan seekor hewan bertahan dalam lingkungan tempat tinggalnya,”
kata Maklakov, seperti dikutip dari Earthweek, 30 April 2011.
Namun demikian, tetap ada beberapa pengecualian. “Beberapa jenis spesies burung berotak kecil cukup beruntung karena tetap mampu bertahan hidup di kawasan perkotaan yang dekat dengan habitat asli mereka,” ucapnya.
Dalam laporannya, para peneliti juga menyebutkan, pemerintah kota yang ingin mengundang burung-burung liar untuk tinggal di kotanya perlu membuat kawasan mereka semirip mungkin dengan habitat asli para burung.
Namun demikian, tetap ada beberapa pengecualian. “Beberapa jenis spesies burung berotak kecil cukup beruntung karena tetap mampu bertahan hidup di kawasan perkotaan yang dekat dengan habitat asli mereka,” ucapnya.
Dalam laporannya, para peneliti juga menyebutkan, pemerintah kota yang ingin mengundang burung-burung liar untuk tinggal di kotanya perlu membuat kawasan mereka semirip mungkin dengan habitat asli para burung.