Dari sinilah, LivesOn begitu dekat dengan pengguna. Jadi ketika si pemilik akun sudah tiada, maka sistem akan mengambil alih dengan memposting tweet-tweet seakan si pemilik akun tengah ngetweet dari lubang kubur.
"Selama bertahun-tahun dengan kemajuan teknologi dan platform, kita kini dapat lebih intim dalam cara kita berkomunikasi," ujar Dave Bedwood, kreator LivesOn kepada ABC News.
Bedwood tak bekerja sendiri. Ia mengaku menciptakan artificial intelligent (kecerdasan buatan) di LivesOn dengan menggandeng para ahli dari Queen Mary University, London. "Kami tidak seperti yang sebagian orang-orang pikir, coba membawa mereka yang telah mati dan memposting tweet," imbuh Bedwod.
"Kami juga memerlukan orang yang masih hidup untuk membuat karya ini karena mereka harus membantu melatih dan mengembangkan akun LivesOn mereka," lanjutnya.
Layanan LivesOn rencananya akan dirilis pada bulan Maret mendatang. Bedwood pun mengimbau, para pengguna jangan lantas takut dengan kehadiran mereka yang sudah tiada di media sosial, seperti Twitter. "Bagi saya, hal ini tidak aneh seperti kepercayaan dari agama yang menyebut adanya kehidupan lain setelah kematian. Ini hanyalah perkembangan dari zaman kita, mari kita mengeksplorasi itu," katanya.