Sebuah konsorsium di Jepang melakukan pemboran hidrat, sumber
energi yang tampak seperti es tapi sangat padat dengan metana yang
dikelilingi oleh molekul air, satu kilometer di bawah permukaan laut.
Konsorsium tersebut mengklaim keberhasilan ini sebagai yang pertama kali
di dunia.
Zat berwarna putih tersebut bisa menghasilkan api yang pucat dan hanya meninggalkan air setelah habis terbakar.
Satu meter kubik zat itu diperkirakan mempunyai metana dalam bentuk gas yang jumlahnya merupakan lipat ganda ukuran tersebut.
Menurut
seorang pejabat dari kementerian ekonomi, perdagangan dan industri
Jepang, Konsorsium yang diketuai oleh perusahaan minyak, gas dan metal
nasional Jepang tersebut memulai perencanaan pemboran sejak Februari
tahun lalu, dan pada hari Selasa memulai eksperimen produksi selama dua
minggu.
"Ini adalah eksperimen lepas pantai pertama di dunia
untuk menghasilkan gas dari metana hidrat," kata pejabat tersebut, yang
juga mengatakan tim pembor berhasil melakukan ekstraksi gas metana dari
zat yang setengah beku tersebut.
Dalam proyek yang dipimpin oleh
pemerintah Jepang itu, konsorsium yang terlibat akan memisahkan metana
-yang merupakan komponen utama gas alami, dari senyawa klatrat di dasar
laut dengan menggunakan tekanan tinggi yang dihasilkan begitu dalam di
laut.
Pejabat di Jepang mengatakan lapisan metana hidrat yang
sangat besar dan diperkirakan mengandung 1.1 triliun meter kubik gas
alami -yang setara dengan konsumsi gas di Jepang selama 11 tahun,
dipercayai berada di dasar laut di dekat pulau Shikoku, Jepang bagian
barat.
"Kami bertujuan mendirikan produksi hidrat untuk keperluan
praktis pada tahun keuangan 2018," kata salah seorang pejabat
konsorsium.
Langkah ini terjadi sementara Jepang, yang miskin
sumber daya alam, mencari sumber energi baru setelah melakukan penutupan
reaktor nuklir setelah apa yang terjadi pada tahun 2011, di mana
reaktor nuklir Fukushima yang dihantam tsunami menyebabkan kerusakan dan
krisis nuklir.
Saat ini, hanya dua dari 50 reaktor nuklir di
negara tersebut yang berfungsi, itu pun dengan standard keamanan dan
kekhawatiran politik yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Ini menyebabkan peningkatan harga energi di Jepang, yang terpaksa membeli sumber energi alternatif yang lebih mahal.
Pertikaian perbatasan di wilayah Asia kini sering melibatkan kepemilikan sumber energi.
Pembicaraan antara Jepang dan Cina atas ladang gas di Laut Cina Timur masih tertahan di tengah-tengah perselisihan diplomatik.
sumber artikel : Penemuan 'es api' kunci masa depan energi Jepang