Pemerintah Kota Lhokseumawe dan DPRD Provinsi Aceh menerapkan larangan
khusus bagi perempuan untuk tidak duduk mengangkang jika menjadi
penumpang sepeda motor. Para pejabat Lhokseumawe menilai itu tidak
sesuai dengan budaya Aceh, sementara sejumlah pihak menentangnya karena
faktor keselamatan.
Terlepas dari perdebatan ini, bagaimana budaya bonceng nyamping bisa disebut sebagai budaya? Dan bagaimana hal ini bisa muncul?
Sepeda
motor sendiri mulai populer di awal 1900-an. Di masa-masa pertama,
kendaraan roda dua hasil penyempurnaan sepeda ini digunakan oleh
pengendara tunggal.
Beberapa belas tahun setelahnya, Iver Johnson
Company, Indian, dan Harley Davidson mulai memperlihatkan sepeda motor
dengan sadel belakang yang meski demikian belum jelas fungsinya apakah
padu digunakan untuk membonceng, selain membawa dokumen.
Sadel
pembonceng digunakan ketika Perang Dunia II berlangsung. Selama perang
itu, setelah kegagalan 1940 di Perancis, Angkatan Darat Inggris memiliki
keharusan semua tentara berpangkat kolonel harus mahir menggunakan
sepeda motor. Semua tentara berpangkat brigadir diharuskan membonceng.
Persyaratan ini muncul setelah banyaknya mobil perang yang hancur akibat
perang.
Bonceng nyamping jelas tidak berlaku bagi para prajurit
ini karena sebagian besar adalah laki-laki. Namun pada tanggal 23 April
1946 selepas Piaggio & C. S.p.A mematenkan apa yang disebut motor
skuter, maka produk pertama mereka yang menggunakan boncengan menjadi
kian populer. Inikah awal mula bonceng menyamping?
Bicara sepeda
motor, sebenarnya bisa bicara jauh ke tahun sebelumnya melalui sepeda.
Di tahun 1800-an, sepeda pertama yang menggunakan sadel dipopulerkan
John Boyd Dunlop. Lalu pada tahun 1898, muncul sepeda dengan sadel yang
dinamai Safety Poise Pneumatic dengan bahan karet, lebih empuk, nyaman,
dan aman.
Bonceng ratu Inggris
Menyebut
sadel pada kendaraan, lagi-lagi tidak fair jika bicara soal sepeda
apalagi sepeda motor. Pasalnya, jok untuk penunggang ini sudah jauh
lebih dulu dipakai di kuda sebagai alat transportasi. Alat ini bahkan
sudah digunakan sejak 700 tahun sebelum Masehi oleh pasukan Kerajaan
Asiria atau Asyur yang berpusat di hulu Sungai Tigris, Mesopotamia,
Irak.
Fungsinya sekali lagi demi kenyamanan karena pasukan
berkuda tersebut berkendara dalam jarak jauh. Dalam sejarahnya pun
tercatat bahwa bahan yang digunakan antara lain lembaran-lembaran kulit
binatang.
Tidak ada catatan sejarah tertua soal bonceng
menyamping karena budaya mencatat lebih banyak ditemui di daerah Eropa.
Hal inilah yang kemudian menunjukkan, barangkali, budaya bonceng tertua
yang pernah terdokumentasikan.
Dalam buku 'The Young Lady's
Equestrian Manual', menunggangi kuda berarti menunjukkan prestise.
Sebuah ilustrasi tua memperlihatkan sejumlah ratu kerajaan duduk di atas
kuda dengan posisi menyamping. Hal ini menandai kehormatan dan
keanggunan bagi perempuan si penunggang.
Ada pula ilustrasi di
tahun 1500-an yang menggambarkan Ratu Elizabeth I menunggangi kuda
dengan posisi bonceng menyamping, dengan seorang kusir laki-laki. Di
bawahnya banyak orang-orang yang sepertinya warga desa atau kota
sama-sama berlutut memberi hormat.
Namun, nama Anne of Bohemia
tercatat sebagai salah satu ratu Inggris yang mempopulerkan bahwa
bonceng nyamping adalah bentuk kehormatan dan keanggunan. Ia sendiri
adalah istri dari Raja Richard II, anggota House of Luxembourg, dan
kakak tertua dari Charles IV dan Elizabeth of Pomerania.
Sejauh
pengamatan, tidak ada catatan tahun resmi kapan Anne of Bohemia mulai
mempopulerkan bonceng nyamping. Ia sendiri lahir pada 11 Mei 1366 dan
meninggal pada tanggal 7 Juni 1394 yang bisa disimpulkan bahwa tren
bonceng nyamping dimulai tahun 1300-an di Inggris.
sumber artikel : Heboh Larangan Ngangkang, Budaya Bonceng 'Nyamping' Sudah Ada Sejak Tahun 1300