1. Karezza
Istilah dan
aktifitas karezza ini ditemukan oleh seorang ginekolog Alicia Bunker
Stockham pada 1896. Karezza merupakan sebuah praktik ketika seseorang
melakukan hubungan intim tanpa harus mengalami orgasme. Meskipun terjadi
orgasme itu bukanlah tujuannya satu-satunya. Dikabarkan para pelaku
karezza ini bahkan bisa tidak mengalami orgasme dalam satu bulan
melakukan hubungan intim. Mereka (para pelaku karezza) bahkan
mengamalkan paham ini sepanjang hidupnya, selain tidak menginginkan
orgasme mereka pun menghindari hubungan intim sebagai salah satu
rutinitas, kebutuhan dan kewajiban mereka. Tujuan mereka melakukan
karezza adalah utnuk menengahi hubungan emosi yang lebih baik, antara
hormon yang tinggi dengan rendah yang diakibatkan oleh orgasme.
Karezza mungkin
suatu hal yang ekstreme, namun bagi sebagian orang hal ini dapat
menguntungkan. Dr. Diana Hoppe, seorang ob-ginekolog dan penulis buku ‘Healthy Sex Drive, Healthy You,’
mengatakan bahwa karezza mampu merangsang ikatan di antara dua orang
tanpa harus menuntut sebuah kenikmatan dalam bercinta. Khususnya ketika
hubungan mereka berakhir, maka ia tidak akan terlalu terikat dan dapat ‘move on‘
lebih cepat untuk mendapatkan pasangan yang baru. Pelaku karezza lebih
fokus terhadap perasaan satu sama, dan orgasme bukanlah masalah yang
penting. Dr. Diana pun berpendapat bahwa saat ini, karezza telah
dilakukan oleh para pasangan yang berhubungan hanya lewat jaringan
internet melalui media sosial saja, bahkan semakin popular baik disadari
ataupun tidak oleh para pengguna jejaring sosial tersebut. Karezza bisa
saja digolongkan terhadap ‘pengalaman seksual secara meditasi’, karena
pelakunya harus benar-benar menggunakan energinya untuk berkonsentrasi
dan memasuki dimensi ruang serta waktu yang hanya ada di dalam benak
mereka. Karezza yang dilakukan melalui media jaringan sosial di
internet, akan membawa pelakunya mengarungi dimensi masa lalu dan massa
depan.
Meskipun
demikian, Dr. Diana mengatakan tidak ada salahnya untuk mengalami
orgasme, bahkan karezza mampu menyebabkan hubungan asmara menjadi putus
ketika kebutuhan seksual seseorang merasa diabaikan.
2. Sihir dan Seks
Sejumlah
catatan sejarah baik berupa tulisan maupun gambar mengenai adanya
mistisme di dalam seks, telah membuktikan bahwa kekuatan magis memang
dilakukan untuk tujuan seksual. Seorang penulis dari abad ke-19 Paschal
Beverly Rudolph, meyakini bahwa sepasang kekasih, lelaki dan perempuan
dapat mendapatkan sebuah gambaran bahkan terkabulkan keinginannya dengan
cara melakukan hubungan suami isteri. Bahkan orgasme menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam ritual kepercayaan tersebut, namun hal itu
tidak berlaku dalam kegiatan asusila dan prostitusi. Seorang okultis
terkenal Aleister Crowley pun meyakini adanya kekuatan mistis dalam
hubungan seksual, ia bahkan menuliskan jika seorang lelaki mengeluarkan
cairan spermanya di atas simbol iblis yang istimewa, maka ia dapat
berkomunikasi dengan iblis tersebut. Percaya atau tidak? Masing-masing
agama telah memberikan aturan kepada umatnya mengenai masalah
seksualisme dan aktifitasnya.
3. Pembatasan Kepuasan Bagi Lelaki
Para lelaki
yang tergabung dalam komunitas Oneida di kawasan elit New York, pada
pertengahan abad ke-19 melakukan sebuah pratik yang dinamakan dengan
istilah “continence”, atau seks tanpa ejakulasi. Tanpa mengesampingkan
alat kontrasepsi yang saat itu telah ada, namun pembatasan ini membuat
kaum perempuan New York merasa senang. Para lelaki muda pun diajarkan
untuk mengenali pembatasan seksual mereka, termasuk ketika pasangan
perempuannya dalam masa menstruasi. Komunitas Oneida pun memraktikan
“pernikahan kompleks”, artinya para lelaki adalah suami dari perempuan
yang ada di komunitas tersebut. Sehingga para lelaki Oneida bisa
berhubungan intim dengan para perempuan yang dianggap
isterinya.Komunitas Oneida dibubarkan pada 1881, namun budaya
“continence” masih dianut dan dipraktikan oleh sebagian lelaki di New
york.
4. Seks Tantrik
Tantrik
merupakan sebuah paham yang didasari oleh filosofi hindu dan budha.
Dalam seksologi tantrik melibatkan aktiftas memijat, meditasi bahkan
yoga untuk mendapatkan pencerahan spritiual. Seorang guru yoga, Margot
Anand mengatakan praktiknya yang dikenal sebagai SkyDancing Tantra, akan
memberikan para penganutnya ‘untuk dapat memisahkan antara perasaan dan
menyatukan semua yang dirasakan oleh indera seseorang, orang lain dan
semesta. Bahkan dalam kegiatan berhubungan intim sekalipun, akan
memberikan pengalama spiritual dan seksual secara bersamaan. Dan
menghasilkan kesenangan serta ketenangan di dalam hati melalui
pencerahan rohani. Lebih nyata lagi, ajarannya menjanjikan orgasme
lebih kuat, menyehatkan dan memberikan komunikasi antar pasangan lebih
baik.
Sting, seorang
musisi popular dunia mengatakan bahwa ia dan isterinya melakukan tantrik
dalam berhubungan intim selama enam jam, dan isterinya pun merasakan
efek seperti yang disebutkan oleh ajaran tantrik.
5. Energi Orgon
Diawali pada
abad ke-13, seorang pskoanalisa berkebangsaan Austria Wilhelm Reich
telah menyusun sebuah teori mengenai orgon,”energi kosmis primordial.”
Teori tersebut menyebutkan pengaruh warna-warni di langit yang dapat
menyebabkan ataupun memicu kanker. Ia menuliskan bahwa pembendungan
energi melalui orgasme yang tidak tepat berdampak buruk terhadap masalah
pskologi seseorang. Masalah tersebutlah yang nantinya akan menimbulkan
penyakit sosial di masyarakat. Ia kemudian menciptakan sebuah mesin yang
dinamainya “Akumulator energi orgon,” sebuah kotak kayu besar yang
dapat dimasuki oleh manusia untuk mendapatkan kesembuhan seksual bahkan
penyakit lainnya. Namun penemuan Wilhelm ini mendapatkan sambutan yang
tidak menyenangkan, meski demikian beberapa pengikutnya meyakini bahwa
mesin tersebut bisa menghasilkan energi orgon. Alat ini masih disimpan
di American College of Orgonomy, di Princeton, sehingga dapat memenuhi
rasa penasaran mereka yang ingin mencobanya.
6. Chuluaqui-Quodoushka
Alat ini
diciptakan pada era 70-80′an oleh seorang ahli terapi, Harley Reagan.
Chuluaqui-Quodouskah (disingkat dengan Q), adalah sebuah teori yang
digunakan untuk membangkitkan nergei dan memperbaiki sel-sel yang rusak
melalui aktifitas seksual. Seminar Q menjanjikan untuk mengajarkan
kepada para pendatang untul “menikmati cara baru mengenali tubuh Anda,
gairah dan energi,” juga untuk “melepaskan rasa bersalah, malu ataupun
tekanan, sehingga dapat menikmati kekuatan saat ini.” Pengalaman lebih
dalam para praktisi bahkan dapat menggunakan kehidupan seksual untuk
dijadikan sebagai energi yang dapat mencerahkan dan mewujudkan dunia
yang ingin Anda ciptakan. Namun meski Harley Reagan mengklaim bahwa
ajarannya tersebut berdasarkan pada ajaran masyarakat pribumi, para
pemimpin suku di Amerika banyak yang membantahnya.