BENCANA alam tengah melanda Indonesia. Setelah banjir
bandang Wasior, Papua Barat, tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, dan
meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta, hingga banjir di Jakarta yang
meluluhlantakkan ibu kota meninggalkan sedih dan trauma mendalam bagi
bangsa ini.
Beragam bencana alam tersebut telah menyisakan kesedihan yang mendalam
bagi keluarga, kerabat, hingga anak bangsa. Sehingga wajar jika dari
sisi psikologi meninggalkan perasaan sedih. Karena kondisi tersebut
merupakan respon alami ketika seseorang mengalami kehilangan.
"Musibah yang bertubi-tubi ini tentu akan meninggalkan dampak
psikolgis. Stres pasti ada. Stres itu diawali dengan perasaan cemas dan
kondisi ini berdampak pada sebuah bangsa yang pada akhirnya
memengaruhi psikologi orang," kata psikolog Bondan Seno Prasetyadi saat
berbincang dengan okezone melalui telepon selulernya, Rabu (27/10/2010).
Tidak hanya itu saja, menurut konsultan untuk SDM di beberapa
perusahaan ini, dampak traumatis juga turut terjadi. Tidak hanya pada
orang yang mengalaminya, tapi juga terhadap kita yang tidak
mengalaminya. "Karena merasa tidak secure," paparnya.
Saat mengalami musibah, Bondang menungkapkan, banyak hal yang bisa
dilakukan untuk meluapkan kesedihan. Baik yang sifatnya destruktif,
maupun konstruktif. Apa saja?
Destruktif
1. Menangis
Bangsa Indonesia akan menangis saat mengalami musibah. Karena menangis
dianggap sebagai hal yang seharusnya untuk meluapkan kesedihan.
Sementara jika menahan tangis, kondisi bisa menyebabkan proses
menyesuaikan diri dengan situasi kehilangan bisa jadi lebih lama dan
lebih sulit.
2. Marah-marah
Ini merupakan luapan emosi seseorang saat menghadapi musibah, perasaan
kehilangan orang yang dicintai, namun tidak tahu bagaimana cara
meluapkannya. Sehingga dia marah-marah.
3. Perilaku yang ditunjukkan tidak normal
Dengan melakukan hal-hal seperti merusak fasilitas atau menyakiti diri
sendiri dengan menganggap dirinya tidak berguna, tidak membantu
keluarga, dan sebagainya.
Konstruktif
1. Menangis dan berdoa
Mengekspresikan rasa sakit, sedih, paling pas dengan tangisan.
Meluapkan air mata menjadi cara paling ideal bagi setiap individu
menunjukkan "kontrol kehilangan". Setelah menangis, dia mengembalikan
kepada Tuhan YME. Ini yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia dari dulu
sampai saat ini.
2. Membantu orang lain
Karena merasa tidak bisa membantu keluarganya, jadi dapat membantu
orang lain. Langkah ini dasarnya dari agama juga, yang mengajarkan
harus tolong menolong dengan sesama.
Dari kesemuanya, Bondan menuturkan, bangsa Indonesia sebenarnya
termasuk bangsa yang konstruktif. "Hanya masalahnya tidak pernah diurus
oleh pemerintah dengan profesional, jadi jalan sendiri-sendiri," imbuh
pria ramah ini.
Nah, agar tidak salah kaprah meluapkan emosi saat berkabung, ada beberapa strategi yang harus ditempuh. Yaitu:
- Bangsa Indonesia biasanya kalau punya masalah senang untuk
menekannya, sehingga yang harusnya diluapkan malah disimpan sendiri.
Padahal harusnya mengekspresikannya. Hanya saja, kondisi ini hanya baik
untuk pelakunya, tidak bagi lawannya.
- Dengan bicara, memaafkan diri sendiri dan orang lain, menjadi cara yang paling pas untuk melepaskan perasaan sedih.
sumber