Selasa, 21 Agustus 2012

Unik, Ada Pasir putih di Tengah Lembah Baliem | Papua

Pasir putih tak hanya identik dengan pantai. Buktinya, Desa Aikima di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua, punya pasir putih yang "mengalir" dari atas bukit. Unik!

Ingin rasanya menampar pipi sendiri. Waktu teman saya menunjuk ke seonggok pasir putih di tengah bukit, saya hampir tak percaya dengan indera penglihatan sendiri. Bagaimana pasir putih bisa sampai di sini, sebuah desa di tengah-tengah Lembah Baliem, ribuan kilometer jauhnya dari pantai?



Kamis (9/8/2012), saya dan beberapa wartawan yang meliput Festival Budaya Lembah Baliem 2012 menyempatkan diri untuk datang ke lokasi ini. Tepatnya di Desa Aikima, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Dari jalan raya menuju lokasi festival di Desa Wosilimo, pasir putih ini terlihat jelas. Warnanya mencolok dengan latar gunung hijau dan langit yang luar biasa biru pagi itu.

Bus mini sewaan yang kami tumpangi berhenti di pinggir jalan. Beberapa anak kecil yang tinggal di Desa Aikima menyambut kedatangan kami. Mereka mengintip malu-malu dari dalam Honai, rumah bundar beratap jerami. Raut wajah mereka penasaran, namun tak bisa menahan godaan untuk mendekati kami.


Frans adalah salah satu dari mereka. Didampingi Frans, kami mulai berjalan menggapai lokasi pasir putih. Sudah ada jalan setapak dengan kontur lanskap mendatar, lokasinya pun tak jauh dari jalan raya. Anak laki-laki yang duduk di kelas 2 SMP itu membantu saya mendaki bukit, menapak di sela-sela bebatuan agar bisa melihat lanskap Lembah Baliem dari ketinggian.

Pasir itu seakan mengalir dari atas bukit. Putih dan bersih, memantulkan cahaya matahari hingga tampak bak kristal. Tanpa bebatuan, perjalanan ke atas bukit semakin berat lantaran pasir yang sangat empuk.


Tak sampai 10 menit mendaki, bebatuan raksasa di tengah bukit menjadi tempat yang pas untuk berfoto ria. Masih dikelilingi pasir putih, saya bisa melihat lanskap Lembah Baliem yang luar biasa indah. Awan mengambang seperti kapas di tengah langit biru sempurna.

Tak ada yang tahu pasti asal mula adanya pasir putih di tengah lembah ini. Saya pun mencoba bertanya kepada Frans.

"Dulu kapal Nabi Nuh berlabuh di sini," begitu jawabnya. Rupanya hal itulah yang dipercaya masyarakat setempat, berdasarkan cerita Nabi Nuh dalam Injil. Wajar, karena mayoritas masyarakat setempat menganut agama Protestan.

Berdasarkan sains, pasir putih ini ada karena bentukan alam. Dulu, Lembah Baliem adalah sebuah danau raksasa bernama Wio. Sekitar tahun 1813, terjadi gempa yang menyebabkan pergeseran dan perubahan geologi. Dari situ terbentuk pula Sungai Baliem yang meliuk di tengah lembah ini. Konon, pasir putih Desa Aikima adalah salah satu sisi danau purba tersebut.


Lokasi ini cukup dekat dengan Kota Wamena, hanya sekitar 15 menit perjalanan. Namun, Anda harus rela merogoh kocek sedikit dalam. Hari itu saya diminta Rp 100.000 per mobil, berapa pun orang yang ada di dalamnya. Pungutan itu diminta oleh masyarakat Desa Aikima. Namun, Anda bisa bertanya sepuasnya dan meminta bantuan saat mendaki bukitnya.