Ajaib. Mungkin itu kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang dialami
oleh kakek berusia 82 tahun asal Russia ini. Hampir seumur hidupnya, si
kakek--yang tidak disebutkan namanya--hidup dengan sebutir peluru di
sela-sela otaknya.
Seperti dilansir Dailymail, Jumat
(30/12/2011), kakek itu ditembak di kepalanya saat ia masih berusia tiga
tahun oleh seorang kakaknya. Namun saat itu, peluru yang ditembakkan
tepat di bawah hidungnya, tak pernah diketahui kemana larinya.
Namun
kini setelah hampir 80 tahun, misteri itu terpecahkan. Peluru tersebut
ditemukan tepat di pertemuan antara otak, dengan tulang belakang
miliknya.
Keberadaan peluru itu baru ditemukan setelah delapan
puluh tahun kemudian, dokter yang merawat kakek itu untuk penyakit
jantung koroner di pusat kardiologi Rusia melihat sebutir peluru di
kepalanya, ketika melihat hasil CT Scan.
Dokter itu mengaku heran karena timah tersebut tidak meninggalkan tanda-tanda kerusakan saraf.
Menurut
Dr Richard O'Brien, Juru bicara American College of Emergency
Physicians, hal itu mungkin saja terjadi, karena proses regenerasi
sel-sel tubuh. "Tubuh memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi,
juga, anak-anak memiliki kemampuan besar untuk mengatasi kesulitan dan
membangun kembali diri mereka sendiri ketika terluka," ujarnya.
Dr
David Ross, seorang dokter gawat darurat di Rumah Sakit Penrose di
Colorado Springs, memiliki pendapat berbeda. Menurutnya peluru ketika
ditembakkan dari laras senjata api, berada dalam kecepatan tinggi, dan
menghasilkan panas yang tinggi. Pada saat itu timah panas itu berada
dalam keadaan steril, sehingga jika masuk ke dalam tubuh, minim
kemungkinan akan menimbulkan infeksi.
"Karena mereka berkecepatan
tinggi, mereka menghasilkan banyak panas. Karena panas, maka peluru
tersebut steril sehingga tidak akan menimbulkan infeksi jika tetap di
satu tempat selama bertahun-tahun," ucapnya.
Dokter di pusat
kardiologi Rusia sendiri, menilai peluru itu tidak mengancam nyawa kakek
tersebut, untuk itu mereka memutuskan tetap membiarkan peluru itu
berada di tempatnya semula.
sumber :