Sabtu, 15 Desember 2012

Asal Usul Suling (Seruling)



Seruling merupakan alat musik tiup yang sudah dikenal banyak orang. Karena harganya yang relatif murah dibandingkan alat musik lain dan inilah alat musik yang dekat dengan alam. Cuma sebatang buluh dan tidak memerlukan teknologi canggih untuk menciptanya. Jadi semuanya balik kepada alam. Dalam Mazmur 150:4 Versi King James alat seruling disebutkan dengan istilah flute. Dalam terjemahan bahasa inggris selain flute suling diterjemahkan dengan pipe.
Seruling terbuat dari bambu, kayu, tulang atau bahkan logam. Seruling mampu menghasilkan bunyi kasar, melengking atau seperti suara siulan. Sumber bunyi seruling berada di bagian tak jauh dari puncak kepala. Di situ terdapat lubang tiupan kira-kira sebesar ujung jari. Suara diproduksi ketika dalam posisi melintang, lubang itulah yang kita tiup. Udara kita tiupkan masuk ke dalam tabung, mengalir dan membentur sepanjang dinding tabung yang berfungsi sebagai resonator. Keras lembutnya hembusan akan menghasilkan frekuensi nada yang berbeda-beda, tinggi atau rendah.
Tangga nada dapat dihasilkan selain karena variasi kekuatan hembusan juga karena terbuka atau tertutupnya lubang pengatur nada. Jari tangan kanan dan kiri bertugas mengurusi pembukaan dan penutupan lubang itu dengan memencet-mencet tombol yang tersedia. Lubang nada serta tombol pengendali itu berada di bagian tubuh serta kaki seruling Di situ terdapat 16 atau 17 lubang, dimana 11 di antaranya dapat ditutup oleh 4 jari tangan kanan dan 3 jari tangan kiri dan satu lubang ditutup oleh jempol tangan kiri. Empat lubang lainnya dapat dibuka tutup melalui gagang-gagang tombol.
Nada seruling umumnya dimulai dari nada do, di, re, ri ,mi, fa, fi, sol, sel, la, li, si dan do, terus melengking menuju ke oktaf berikutnya hingga mencapai 3 oktaf lebih. Dengan jangkauan wilayah nada yang sedemikan banyak serta adanya fasilitas untuk nada-nada kromatik, maka seruling dapat melayani berbagai nada dasar. Dia mampu mengiringi penyanyi bersuara berat dan rendah maupun penyanyi bersuara melengking dan tinggi. Jadi mampu bermain di nada dasar D ataupun G dan sebagainya.

Sejarah Seruling

Menurut penelitian alat musik pertama yang ditemukan adalah seruling yang dimainkan oleh manusia Neanderthal. Sebuah seruling Neanderthal berumur 40,000 tahun yang terbuat dari tulang. Menurut perhitungan, lubang pada tulang tersebut dibuat untuk menghasilkan nada yang tepat. Dengan kata lain, ini adalah alat musik yang dibuat secara ahli. Dalam gambar terlihat perhitungan yang dibuat oleh seorang peneliti Bob Fink terhadap seruling tersebut. Konon Neanderthal adalah manusia yang muncul secara tiba-tiba 100.000 tahun yang lalu di Eropa dan ras ini bisa jadi menghilang karena berasimilasi dan bercampur dengan ras yang lain, atau menjadi punah karena sesuatu hal yang belum diketahui. Satu-satunya perbedaan mereka dengan manusia modern adalah rangka tubuh mereka yang lebih tegap dan volume otaknya yang sedikit lebih besar. Sebenarnya manusia Neanderthal bukanlah manusia yang setengah kera atau primitif, seperti teori Darwin. Penemuan ilmiah menunjukkan bahwa Neanderthal adalah satu ras manusia yang tidak berbeda dari kita dalam tingkat kecerdasan dan keterampilan. Apalagi dengan ditemukannya suling di zaman mereka, menunjukkan bahwa manusia Neanderthal telah berperadaban. (The AAAS Science News Service, "Neanderthals Lived Harmoniously," 3 April 1997).

Perkembangan Alat Musik seruling di berbagai negara
Seruling bukan lagi alat musik langka, karena keberadaannya dapat ditemukan di berbagai pesohor negara tapi dengan nama yang berbeda, termasuk Mesir. Pada masa Mesir Kuno, terdapat bukti permulaan muncul dan dimainkannya alat musik seruling di Mesir. Instrumen yang muncul paling menonjol adalah pipa menyerupai klarinet, seruling, dan juga harpa. Dalam relief hieroglif pun ditemukan gambar seruling yang dikenal dengan nama ‘Aulos.’ Aulos ini adalah seruling yang terbuat dari kayu. Bentuknya terdiri atas dua buah tabung seruling yang disatukan dan memiliki empat atau lima lubang nada. Aulos ini sulit untuk dimainkan karena memiliki dua buluh yang disatukan.
Suling di Cina ada banyak jenisnya. Kebanyakan terbuat dari bambu, walaupun ada yang dari kayu atau batu giok serta tulang. Salah satu ciri khas dari seruling Cina adalah penggunaan membran resonansi yang dipasang pada salah satu lubang. Ini memberikan suara suling lebih cerah. Jenis Seruling di China modern yang sering dipakai dalam orchestra adalah Bangdi (梆笛), Qudi (曲笛), Xindi (新 笛), dan Dadi (大 笛). Seruling di Jepang disebut ‘Fue’ 笛( hiragana :ふえ), umumnya bernada tinggi dan terbuat dari bambu yang disebut Shinobue.
Di India, Pakistan, Bangladesh seruling dikenal dengan nama ‘Bansuri’ (Contoh bunyi bisa didengar di http://en.wikipedia.org/wiki/Bansuri). Bentuk ‘Bansuri’ lebih panjang dari seruling biasa. Panjangnya mencapai 14 inci. Bansuri dikenal sebagai alat musik yang berhubungan dengan kisah cinta Khrisna dan Radha. Pernahkah Anda melihat film India atau pertunjukan ular yang meliuk-liuk badannya ? Pawang ular membawa keranjang berisi ular, saat mulai meniup serulingnya, tak lama kemudian keluar ular kobra dan bergerak seolah sedang menari. Melihat hal seperti itu mungkin Anda kagum akan kehebatan pawang ular tersebut, namun tahukah Anda bahwa sebenarnya ular tidak bisa mendengar Lalu kenapa ular tersebut bisa menari ? Ternyata yang diikuti ular itu bukanlah suara seruling pawang melainkan gerakan seruling pawang tersebut yang ular anggap sebagai sebuah manuver penyerangan terhadap dirinya. Secara refleks ular pun mengatur gerakan bertahan dan bersiaga. Kepandaian pawang adalah kehebatannya menjaga jarak dengan ular agar tidak diserang dan ia juga harus tahu pasti gerakan ular yang dilakukan ular itu. Wah, bagaimana pun juga memang sesuatu yang menakjubkan.
Di Jerman seruling disebut ‘Blockflöte’ yang adalah hasil perpaduan dari jenis suling, yang sudah dimainkan di Eropa sejak sebelum Masehi, dan pengaruh suling lain yang berasal dari Eropa Timur, Afrika dan Asia. ‘Blockflöte’ mencapai masa jayanya di zaman kebudayaan Renaissance dan Barok, yaitu sekitar tahun 1500 hingga 1750. Kira-kira abad ke 18 jenis suling ini tergeser dari orkestra oleh jenis suling lain. Baru di akhir abad ke 20 jenis suling ini kembali banyak dimainkan, dan menjadi instrumen paedagogis. Kemungkinan besar seiring dengan kolonisasi negara-negara Eropa di masa lalu, suling jenis ini juga menyebar ke negara-negara lain, di antaranya Indonesia. Sudah sejak awalnya, "Blockflöte" selain dimainkan secara solo, kerap juga dimainkan dalam satu kelompok. Jadi seperti halnya dalam paduan suara, ada suling sopran, alto, tenor dan bas, sehingga disebut "Blockflöten familie" atau keluarga suling.
Indonesia negara tercinta adalah sebuah negara dimana bambu tumbuh dimana-mana, dimulai dari Sabang di sebelah barat dan Merauke di sebelah timur. Oleh karena itu Indonesia pun pandai membuat alat musik sendiri yang terbuat dari bambu yaitu Seruling. Seruling biasanya dimainkan di acara tradisional. Lagu dangdut tanpa seruling ibarat laut tanpa ombak. Musik keroncong disela-selanya pasti diramaikan dengan suara liukan Suling. Namun beberapa tahun terakhir ini musik tradisioanal mulai ditinggalkan. Mungkin saja ada beberapa penyanyi atau band yang menggunakan, tapi biasanya lagunya tidak dijadikan hit single atau hanya sebagai filler (pengisi), termasuk di dalam ibadah gereja. Paduan suling bambu di gereja kian memudar seiring dengan masuknya alat musik modern, serta banyaknya gereja yang memasukkan unsur band ke dalam gereja. Padahal seperti yang kita ketahui seruling dalam kitab Perjanjian Lama dipakai untuk mengungkapkan sukacita yang tak terkendalikan atau ratapan yang hebat. Pada umumnya suling dianggap sebuah alat musik sekular, dalam Mazmur 150:4 menyebutkan penggunaannya Suling di bait suci adalah untuk suatu perayaan agama. Lepas apakah Suling merupakan suatu alat yang menyatu dengan budaya setempat atau alat musik universal, Suling merupakan salah satu alat yang harus diperhitungkan untuk dilestarikan di Indonesia, kalau Anda adalah orang yang kreatif harusnya juga bisa dikombinasikan di kelompk musik di gereja.


sumber artikel :  Asal Usul Suling (Seruling)