Load
balance pada mikrotik adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik
pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat
berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap
dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi.
Selama
ini banyak dari kita yang beranggapan salah, bahwa dengan menggunakan
loadbalance dua jalur koneksi , maka besar bandwidth yang akan kita
dapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth sebelum menggunakan
loadbalance (akumulasi dari kedua bandwidth tersebut). Hal ini perlu
kita perjelas dahulu, bahwa loadbalance tidak akan menambah besar
bandwidth yang kita peroleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik
dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara seimbang.
Dengan
artikel ini, kita akan membuktikan bahwa dalam penggunaan loadbalancing
tidak seperti rumus matematika 512 + 256 = 768, akan tetapi 512 + 256 =
512 + 256, atau 512 + 256 = 256 + 256 + 256.
Pada artikel ini kami menggunakan RB433UAH dengan kondisi sebagai berikut :
1.
Ether1 dan Ether2 terhubung pada ISP yang berbeda dengan besar
bandwdith yang berbeda. ISP1 sebesar 512kbps dan ISP2 sebesar 256kbps.
2. Kita akan menggunakan web-proxy internal dan menggunakan openDNS.
3. Mikrotik RouterOS anda menggunakan versi 4.5 karena fitur PCC mulai dikenal pada versi 3.24.
Jika
pada kondisi diatas berbeda dengan kondisi jaringan ditempat anda, maka
konfigurasi yang akan kita jabarkan disini harus anda sesuaikan dengan
konfigurasi untuk jaringan ditempat anda.
Konfigurasi Dasar
/ip address
add address=192.168.101.2/30 interface=ether1
add address=192.168.102.2/30 interface=ether2
add address=10.10.10.1/24 interface=wlan2
/ip dns
set allow-remote-requests=yes primary-dns=208.67.222.222 secondary-dns=208.67.220.220
Untuk
koneksi client, kita menggunakan koneksi wireless pada wlan2 dengan
range IP client 10.10.10.2 s/d 10.10.10.254 netmask 255.255.255.0,
dimana IP 10.10.10.1 yang dipasangkan pada wlan2 berfungsi sebagai
gateway dan dns server dari client. Jika anda menggunakan DNS dari salah
satu isp anda, maka akan ada tambahan mangle yang akan kami berikan
tanda tebal
Setelah
pengkonfigurasian IP dan DNS sudah benar, kita harus memasangkan
default route ke masing-masing IP gateway ISP kita agar router
meneruskan semua trafik yang tidak terhubung padanya ke gateway
tersebut. Disini kita menggunakan fitur check-gateway berguna jika salah
satu gateway kita putus, maka koneksi akan dibelokkan ke gateway
lainnya.
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 distance=1 check-gateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 distance=2 check-gateway=ping
Untuk pengaturan Access Point sehingga PC client dapat terhubung dengan wireless kita, kita menggunakan perintah
/interface wireless
set wlan2 mode=ap-bridge band=2.4ghz-b/g ssid=Mikrotik disabled=no
Agar
pc client dapat melakukan koneksi ke internet, kita juga harus merubah
IP privat client ke IP publik yang ada di interface publik kita yaitu
ether1 dan ether2.
/ip firewall nat
add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether1
add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether2
Sampai
langkah ini, router dan pc client sudah dapat melakukan koneksi
internet. Lakukan ping baik dari router ataupun pc client ke internet.
Jika belum berhasil, cek sekali lagi konfigurasi anda.
Webproxy Internal
Pada
routerboard tertentu, seperti RB450G, RB433AH, RB433UAH, RB800 dan
RB1100 mempunyai expansion slot (USB, MicroSD, CompactFlash) untuk
storage tambahan. Pada contoh berikut, kita akan menggunakan usb
flashdisk yang dipasangkan pada slot USB. Untuk pertama kali pemasangan,
storage tambahan ini akan terbaca statusnya invalid di /system store.
Agar dapat digunakan sebagai media penyimpan cache, maka storage harus
diformat dahulu dan diaktifkan Nantinya kita tinggal mengaktifkan
webproxy dan set cache-on-disk=yes untuk menggunakan media storage kita.
Jangan lupa untuk membelokkan trafik HTTP (tcp port 80) kedalam
webproxy kita.
/store disk format-drive usb1
/store
add disk=usb1 name=cache-usb type=web-proxy
activate cache-usb
/ip proxy
set cache-on-disk=yes enabled=yes max-cache-size=200000KiB port=8080
/ip firewall nat
add chain=dstnat protocol=tcp dst-port=80 in-interface=wlan2 action=redirect to-ports=8080
Pengaturan Mangle
Pada
loadbalancing kali ini kita akan menggunakan fitur yang disebut PCC
(Per Connection Classifier). Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik
koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok.
Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan src-address, dst-address,
src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat-ingat jalur gateway
yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket
selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan
pada jalur gateway yang sama juga. Kelebihan dari PCC ini yang menjawab
banyaknya keluhan sering putusnya koneksi pada teknik loadbalancing
lainnya sebelum adanya PCC karena perpindahan gateway..
Sebelum
membuat mangle loadbalance, untuk mencegah terjadinya loop routing pada
trafik, maka semua trafik client yang menuju network yang terhubung
langsung dengan router, harus kita bypass dari loadbalancing. Kita bisa
membuat daftar IP yang masih dalam satu network router dan memasang
mangle pertama kali sebagai berikut
/ip firewall address-list
add address=192.168.101.0/30 list=lokal
add address=192.168.102.0/30 list=lokal
add address=10.10.10.0/24 list=lokal
/ip firewall mangle
add action=accept chain=prerouting dst-address-list=lokal in-interface=wlan2 comment=”trafik lokal”
add action=accept chain=output dst-address-list=lokal
Pada
kasus tertentu, trafik pertama bisa berasal dari Internet, seperti
penggunaan remote winbox atau telnet dari internet dan sebagainya, oleh
karena itu kita juga memerlukan mark-connection untuk menandai trafik
tersebut agar trafik baliknya juga bisa melewati interface dimana trafik
itu masuk
/ip firewall mangle
add
action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark
in-interface=ether1 new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes
comment=”trafik dari isp1”
add
action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark
in-interface=ether2 new-connection-mark=con-from-isp2 passthrough=yes
comment=”trafik dari isp2”
Umumnya,
sebuah ISP akan membatasi akses DNS servernya dari IP yang hanya
dikenalnya, jadi jika anda menggunakan DNS dari salah satu ISP anda,
anda harus menambahkan mangle agar trafik DNS tersebut melalui gateway
ISP yang bersangkutan bukan melalui gateway ISP lainnya. Disini kami
berikan mangle DNS ISP1 yang melalui gateway ISP1. Jika anda menggunakan
publik DNS independent, seperti opendns, anda tidak memerlukan mangle
dibawah ini.
/ip firewall mangle
add
action=mark-connection chain=output comment=dns
dst-address=202.65.112.21 dst-port=53 new-connection-mark=dns
passthrough=yes protocol=tcp comment=”trafik DNS citra.net.id”
add
action=mark-connection chain=output dst-address=202.65.112.21
dst-port=53 new-connection-mark=dns passthrough=yes protocol=udp
add action=mark-routing chain=output connection-mark=dns new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no
Karena
kita menggunakan webproxy pada router, maka trafik yang perlu kita
loadbalance ada 2 jenis. Yang pertama adalah trafik dari client menuju
internet (non HTTP), dan trafik dari webproxy menuju internet. Agar
lebih terstruktur dan mudah dalam pembacaannya, kita akan menggunakan
custom-chain sebagai berikut :
/ip firewall mangle
add action=jump chain=prerouting comment=”lompat ke client-lb” connection-mark=no-mark in-interface=wlan2 jump-target=client-lb
add action=jump chain=output comment=”lompat ke lb-proxy” connection-mark=no-mark out-interface=!wlan2 jump-target=lb-proxy
Pada
mangle diatas, untuk trafik loadbalance client pastikan parameter
in-interface adalah interface yang terhubung dengan client, dan untuk
trafik loadbalance webproxy, kita menggunakan chain output dengan
parameter out-interface yang bukan terhubung ke interface client.
Setelah custom chain untuk loadbalancing dibuat, kita bisa membuat
mangle di custom chain tersebut sebagai berikut
/ip firewall mangle
add
action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local
new-connection-mark=to-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/0 comment=”awal loadbalancing
klien”
add
action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local
new-connection-mark=to-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/1
add
action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local
new-connection-mark=to-isp2 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/2
add action=return chain=client-lb comment=”akhir dari loadbalancing”
/ip firewall mangle
add
action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local
new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/0 comment=”awal load
balancing proxy”
add
action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local
new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/1
add
action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local
new-connection-mark=con-from-isp2 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/2
add action=return chain=lb-proxy comment=”akhir dari loadbalancing”
Untuk
contoh diatas, pada loadbalancing client dan webproxy menggunakan
parameter pemisahan trafik pcc yang sama, yaitu both-address, sehingga
router akan mengingat-ingat berdasarkan src-address dan dst-address dari
sebuah koneksi. Karena trafik ISP kita yang berbeda (512kbps dan
256kbps), kita membagi beban trafiknya menjadi 3 bagian. 2 bagian
pertama akan melewati gateway ISP1, dan 1 bagian terakhir akan melewati
gateway ISP2. Jika masing-masing trafik dari client dan proxy sudah
ditandai, langkah berikutnya kita tinggal membuat mangle mark-route yang
akan digunakan dalam proses routing nantinya
/ip firewall mangle
add
action=jump chain=prerouting comment=”marking route client”
connection-mark=!no-mark in-interface=wlan2 jump-target=route-client
add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no
add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrough=no
add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no
add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrough=no
add action=return chain=route-client disabled=no
/ip firewall mangle
add
action=mark-routing chain=output comment=”marking route proxy”
connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1
out-interface=!wlan2 passthrough=no
add
action=mark-routing chain=output connection-mark=con-from-isp2
new-routing-mark=route-to-isp2 out-interface=!wlan2 passthrough=no
Pengaturan Routing
Pengaturan
mangle diatas tidak akan berguna jika anda belum membuat routing
berdasar mark-route yang sudah kita buat. Disini kita juga akan membuat
routing backup, sehingga apabila sebuah gateway terputus, maka semua
koneksi akan melewati gateway yang masing terhubung
/ip route
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=1
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=2
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=1
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=2
Catatan :
* Loadbalancing menggunakan teknik pcc ini akan berjalan efektif dan
mendekati seimbang jika semakin banyak koneksi (dari client) yang
terjadi.
* Gunakan ISP yang memiliki bandwith FIX bukan Share untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
* Load Balance menggunakan PCC ini bukan selamanya dan sepenuhnya sebuah
solusi yang pasti berhasil baik di semua jenis network, karena proses
penyeimbangan dari traffic adalah berdasarkan logika probabilitas.
sumber