Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia, Effendi Gazali,
mengatakan, masyarakat jangan terlalu mempercayai pada hasil lembaga
survei yang merangkap konsultan calon yang petarung dalam pemilihan.
"Lembaga survei itu ada dua yakni yang murni membuat hasil survei dan
kedua ada juga yang merangkap menjadi konsultan," ujar Effendi di
Jakarta, Rabu (18/7).
Lembaga survei yang murni membuat hasil survei, lanjut dia, akan
memaparkan hasil survei apa adanya. Berbeda dengan lembaga survei yang
juga merangkap sebagai konsultan, yang mempunyai dua strategi
tersendiri.
"Strategi mereka untuk internal mereka mengungkapkan hasil survei
yang sebenarnya, sedangkan untuk yang eksternal mereka suka
melebih-lebihkan agar orang lain terpengaruh," tambah dia.
Hal itu, kata Effendi, fungsinya untuk mendapatkan tiket politik
dalam pencalonannya tersebut dan juga penggiringan opini publik.
Kalau di Amerika, kata dia, terdapat dua lembaga survei yang bisa
dipercaya yakni Pew Reseach Center dan Rasmussen. Kedua lembaga survei
ini tidak menjadi konsultan kandidat yang bertarung dalam pemilihan.
"Kalau Pew merupakan lembaga non profit sedangkan Rasmussen merupakan perusahaan yang melakukan riset," terangnya.
Kendati demikian, Effendi mengaku tidak pernah tahu apakah ada
lembaga survei yang seperti itu. Menurutnya jika lembaga survei itu juga
merangkap sebagai konsultan sebaiknya diberi tahu terlebih dahulu.
"Lembaga survei masih bisa dipercaya asalkan tidak merangkap menjadi
konsultan. Oleh karena itu masyarakat jangan terlalu percaya terhadap
hasil lembaga survei yang merangkap sebagai konsultan." Menjelang
pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 11 Juli, banyak lembaga survei yang
merilis hasilnya. Mayoritas hasil survei itu menempatkan pasangan Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli sebagai pemenang.
Namun usai pemilihan, hasil hitung cepat lembaga survei justru
menempatkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada urutan
pertama dengan raihan 43,04 persen. Sedangkan Fauzi Bowo-Nachrowi meraih
34,17 persen suara.
Pilkada DKI Jakarta yang diikuti enam pasangan calon yakni Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli, Alex Noerdin- Nono Sampono, Jokowi-Basuki Tjahaja,
Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini , Faisal Basri-Biem Benyamin dan
Hendarji Soepanji-A Riza Patria
sumber