Baru-baru ini, penelitian arkeologis yang melibatkan ekskavasi, tes
sedimentasi, dan pemetaan wilayah di kota Tikal, pusat kota kuno Maya,
di Guatemala, Amerika Tengah, berhasil menguak beberapa lansekap baru,
berupa bendungan kuno yang dibangun oleh bangsa Maya di Amerika Tengah.
Bendungan yang dibangun dari potongan batuan, puing-puing, dan tanah
ini terbentang sepanjang lebih dari 79 m, berdiri setinggi sekitar 10 m,
mampu menampung sekitar 200 juta gallon air, dengan saluran air buatan
manusia saat itu.
Penelitian dimulai pada 2009. Dari penelitian ini, tim arkeologis
mampu merekonstruksi pola pengairan yang dilakukan oleh bangsa Maya saat
itu. Selain itu, juga bisa ditentukan sistem penyaringan air
menggunakan pasir, untuk membuat air lebih bersih. Bangsa Maya juga
memperhitungkan keberlangsungan ketersediaan air selama pergantian
musim, dengan membuat beberapa pintu bendungan kuno. Juga terdapat
konstruksi kanal dengan konstruksi dari bahan batu.
Penemuan konstruksi bendungan dan sistem irigasi di Tikal ini
memberikan titik terang tentang bagaimana bangsa Maya mengelola sumber
alam di sana untuk keberlangsungan hidup masyarakatnya. Bangsa Maya
mampu bertahan selama kurang lebih 1.500 tahun, melalui berbagai
tantangan alam, termasuk kekeringan yang terjadi secara periodik.
Salah satu peneliti dan juga penyusun laporan penelitian tentang
penemuan tersebut, Vernon Scarborough, profesor antropologi di
University of Cincinnati, Ohio, menjelaskan bahwa penemuan ini mampu
mengungkap bagaimana bangsa Maya kuno mendukung keberlangsungan hidup
masyarakat di Tikal yang diperkirakan mencapai 60.000 sampa 80.000
orang, dan sekitar 5 juta penduduk di seluruh daerah Maya sekitar 1.300
tahun yang lalu.
Scarborough menambahkan, populasi ini lebih besar daripada yang yang
bisa disokong oleh kondisi lingkungan di situ, pada masa kini. “Mereka
berusaha untuk menjaga keberlangsungan populasi ini selama ribuan tahun
di kondisi alam tropis. Mereka membutuhkan banyak sekali sumber alam,
namun mereka hanya menggunakan peralatan dan teknologi sederhana macam
Zaman Batu untuk membangun sistem yang menakjubkan dan bertahan lama,
untuk bertahan hidup.
Tempat penampungan dan penyimpanan air adalah hal yang krusial di
lingkungan yang curah hujannya tergantung musim dan kerap tertimpa
bencana kekeringan. Bangsa Maya mengintegrasikan tata kota –alun-alun,
jalanan, bangunan, dan kanal—dengan sistem penampungan air dan
irigasinya.
Dari ukurannya, ini adalah bendungan kuno terbesar yang pernah
ditemukan di wilayah kota kuno Maya. Di Amerika Tengah, bendungan yang
dinamakan Bendungan Palace ini adalah bendungan kuno terbesar kedua
setelah Bendungan Purron di Meksiko, yang dibangun antara 1.600-1.750
tahun yang lalu.
Sebenarnya, Bendungan Palace ini sudah lama dilintasi oleh orang,
untuk menyeberang dari satu sisi kota ke sisi lainnya. “Bagian atas
bendungan ini digunakan untuk jalanan, yang menghubungkan satu sisi kota
dengan sisi lainnya. “Sudah lama perlintasan ini digunakan, para
wisatawan sekarang juga masih melintasinya,” jelas Scarborough.
Ternyata, hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa itu adalah sebuah
bendungan, yang juga difungsikan sebagai jembatan penghubung antarsisi
kota.
Hasil lainnya, bangsa Maya saat itu sudah menggunakan teknologi
penjernihan air dengan teknik penyaringan. Dinding penampungan air
dibuat dengan menggunakan lapisan pasir dan batu, berfungsi sebagai
saringan sebelum disalurkan ke kanal-kanal. “Pasir tersebut secara alami
tidak ditemukan di area Tikal, Orang Maya di Tikal menempuh jarak
sekitar 30 km untuk mengambil pasir tersebut, untuk membangun bak
penyaringan,” kata Nicholas Dunning, peneliti dari University of
Cincinnati, seperti dikutip dari sciencedaily.com.
Tentu hal tersebut bukanlah pekerjaan yang ringan, namun sepadan dengan
usaha yang mereka upayakan untuk keberlangsungan populasi.
David Lentz, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa pengelolaan air
oleh bangsa Maya ini berpengaruh besar pada ketersediaan makanan, bahan
bakar, tumbuhan obat, dan keperluan lain. Sistem pengelolaan air seperti
yang dilakukan bangsa Maya ini penting untuk diteliti, karena terbukti
bisa membuat populasi bangsa Maya bertahan dalam kondisi lingkungan yang
tergantung musim. Pada saat kekeringan panjang, ketersediaan air bagi
penduduk Maya tidak tetap melimpah.
Pengelolaan air pada masa lalu tidak bisa dibilang tidak relevan
dengan situasi saat ini. Sistem pengelolaan air bangsa Maya yang pintar,
seperti menampung air hujan, dengan sistem distribusi yang mengikuti
musim, juga dengan memperhatikan sanitasi dengan teknologi penyaringan,
bisa menjadi pembelajaran penting pengelolaan air di masa kini. “Masa
lalu bisa memberi pelajaran penting bagi masa kini, jika kita juga
pintar,” kata Scharborough.
sumber