Pages - Menu

Selasa, 02 Oktober 2012

Wayang tak Bermahkota Berusia 100 tahun

SEBAGIAN orang pasti kaget, ternyata ada wayang golek yang usia pembuatannya sudah lebih dari 100 tahun. Jika ingin memastikannya, datang saja ke Museum Sri Baduga, Jalan BKR No 185, Bandung.Di Museum ini sjeak kemarin hingga 5 Juli 2011 menggelar Pameran Wayang dan Topeng dalam Rupa. Pameran itu digelar sebagai bagian dari acara peringatan ulang tahun ke-31 Museum Sri Baduga.
Wayang golek yang berusia 111 tahun itu bernama wayang cepak atau wayang papak. Menurut Nita Julianita, Kasi Perlindungan Museum Negeri Sri Baduga, wayang cepak ini dibuat pada 1900-an berasal dari Cirebon. Wayang cepak merupakan jenis dari wayang golek. Disebut wayang cepak atau papak karena kepalanya rata tanpa mahkota. Jenis wayang golek lainnya adalah wayang golek purwa, dan sekarang muncul wayang gaya baru seperti wayang golek buatan Jelekong.
Wayang cepak diciptakan Sunan Kudus sekitar 1530-1550 untuk keperluan syiar Islam. Masuk ke Jawa Barat pada masa Panembahan Ratu, cicit Sunan Gunung Jati, yang memerintah Kesultanan Crebon, atau sekitar 1649-1677. Pada Perkembangannya, wayang cepak menyebar ke Indramayu dan wilayah sekitarnya, bahkan ke beberapa wilayah priangan. Sekarang pergelaran wayang cepak mulai langka, kecuali di Cirebon dan Indramayu dengan lakon yang dibawakan bersumber dari cerita menak, panji, babad, legenda, dan mitos.
Wayang cepak yang dipamerkan sebanyak satu set itu terlihat berbeda dengan wayang golek purwa. Selain kepalanya tak bermahkota, wajahnya terlihat seperti wajah manusia sebenarnya. Pakaiannya pun sudah hampir menyerupai pakaian manusia pada masa wayang itu dipergelarkan. Begitu juga dengan ketokohannya, pada wayang cepak tidak dikenal tokoh seperti Arjuna atau Shinta. Tokoh-tokoh yang ada dalam wayang cepak adalah subjek yang ada dalam babad atau sejarah sehingga dikenal seperti Nyi Mas Gandasari, Wiralodra, Ki Tinggil, Kuwu Sangkan, Bagal Buntung, dan lain-lain.
Menurut Nita, wayang cepak sudah menjadi koleksi museum sejak tahun 1974, saat museum itu dibangun. Hingga sekarang, kata Nita, Museum Sri Baduga memiliki 1 set koleksi wayang cepak, dua set wayang purwa, satu set wayang golek gaya baru atau wayang golek, dua set wayang kulit, dan dua gulung kain wayang beber.
"Wayang cepak sudah seratusan tahun lebih usia pembuatannya sehingga perawatan bahan kayu, cat, dan terutama kain untuk pakaiannya harus benar-benar diperhatikan," kata Nita kepada Tribun,




sumber