Memiliki keinginan lebih menyantap makanan jamak terjadi. Berbeda dengan Ben Green. Bocah 10 tahun ini memiliki kelainan genetik yang membuatnya tak pernah berhenti makan. Ia tak pernah berhenti mengunyah, bahkan ia bisa makan pasta gigi dan melahap makanan kucing.
Bocah ini didiagnosis mengidap Sindroma Prader-Willi (PWS), yaitu kelainan genetik langka yang menyebabkannya selalu lapar sepanjang waktu. Ini berarti, orang tuanya, Paul Green dan Angela Booth, mengawasi semua makanan anak mereka agar terhindar dari bahaya.
Sehari-hari, kebiasaan makan Ben selalu dipantau. Kerap kali, Ben bahkan mengingini makanan yang membahayakannya. “Bila ditinggalkan sendiri, ia benar-benar makan segala sesuatu. Terkadang ia ingin makan sesuatu yang berbahaya dan saat kami mengatakan tidak, dia mulai menangis selama berjam-jam,” ujar sang bunda, Angela.
Ben selalu menjalani diet kalori terkontrol untuk menjaga kondisinya. Kelainan KPWS disebabkan kelainan pada kromosom 15 dan memengaruhi satu dari 22 ribu orang. Kondisi ini membuat otak Ben tidak pernah menerima sinyal kenyang dari perut. Para ahli memeringatkan, bila tak dikendalikan, ia akan menjadi sangat kelebihan berat badan yang dapat membunuhnya.
Ayahnya, Paul;56, mengatakan, “Dia lahir prematur tiga minggu lebih cepat. Awalnya kami pikir itulah sebabnya ia sangat tenang. Tapi kami menyadari ada yang salah.”
“Bayi dengan PWS awalnya sangat lemah namun nafsu makannya akan mulai tumbuh dan menjadi sangat rakus. Sekarang kami harus mengawasinya terus menerus. Kalau tidak, ia akan mencari makanan di kulkas bahkan menginginkan makanan kucing saat di rumah temannya.”
Bahkan, Bila di supermarket, Ben akan langsung mencari pelayan toko yang menawarkan sampel makanan.
Meski berusaha keras mengendalikan nafsu makan anak mereka, Ben mengalami kelebihan berat badan yang membuatnya harus berada di kursi roda. Salah satu gejala PWS adalah obesitas akibat tubuh terbatas membakar kalori dari makanan.
Angela mengatakan, anaknya hanya berpikir soal makanan sepanjang waktu. “Saat makan, ia akan menebak makanan yang akan datang selanjutnya. Kadang ia bertindak licik karena ingin makan segalanya.”
Di tengah pertempuran menghadapi kondisi anaknya, Paul dan Angela mengungkap sisi lain anak mereka. “Dia bisa menjadi seorang anak yang ceria. Dia memiliki senyum yang mau bercakap dengan orang dewasa yang baru dia temui sekalipun.”