Pages - Menu

Kamis, 20 September 2012

Percayakah Anda Dengan Karma??

 
Anda pasti sudah tahu kata karma. Karma yang biasa digunakan adalah karma dalam konsep teologi Hindhu: kebaikan akan berbuah kebaikan, keburukan akan dibalas keburukan. Bedanya, dalam konsep Hindhu, karma menimpa hanya kepada dirinya, keluarganya, dan keturunannya. Dalam konsep Islam, tajsimu al-a'mal, amal baik maupun amal buruk, berakibat bukan saja kepada dirinya, keluarganya dan keturunannya, tetapi juga dapat menimpa warga bumi lainnya.

Kang Jalal mencontohkan kisah nabi Musa dan nabi Khidir membangun rumah yang bobrok dalam Al-Qur'an, sebagai contoh bagaimana amal baik berbuah kebaikan. Rumah itu adalah rumah anak yatim dan di bawah rumah itu tertimbun harta benda yang harus dilindungi dan dimanfaatkan oleh anak yatim itu. Menurut para mufassir, anak yatim itu adalah keturunan (ada yang berpendapat anak) dari seorang yang sangat shaleh di jaman sebelumnya. Dalam hal ini, yang berbuat baik adalah kakek bahkan mungkin kakeknya kakek, tetapi anak yatim itu turut menikmati buah kebaikan leluhurnya.

Contoh perbuatan buruk yang berakibat pada musibah atau bencana yang menimpa manusia lainnya dalam Al-Qur'an dan dalam kehidupan nyata cukup banyak, di antaranya (1) anjuran dalam Al-Qur'an untuk berdoa agar terhindar dari musibah yang diakibatkan oleh kejahatan orang lain yang tidak saja menimpa mereka yang berbuat jahat tetapi juga menimpa penduduk bumi lainnya, (2) ayat yang berbunyi "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yg benar). --QS Ar-Ruum 41. (3) ulah beberapa gelintir koruptor di Indonesia yang telah menyengsarakan rakyat banyak, (4) kebijakan publik oleh segelintir orang yang berakibat pada rusaknya lingkungan; dan banyak lagi contohnya.

Akan tetapi, tidak semua amal manusia itu dibalas secara langsung di dunia ini; ada sebagian yang ditangguhkan pembalasannya di akhirat kelak.

Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun[1262] akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. --QS Fathir 45.

Menurut Kang Jalal, amal-amal kita, yang bentuknya abstrak ini, di alam kubur kelak berubah menjadi wujud yang nyata, seperti kita melihat benda-benda di dunia ini. Jika amal baik maka ia akan berwujud sesuatu yang baik, indah dipandang, dan bisa diajak bercakap-cakap. Jika amal buruk maka ia akan berwujud sesuau yang menakutkan dan setiap kali melihatnya dapat menjadi siksa dan penyesalan bagi pelakunya.

Maka itu, berbuat baiklah agar mendapat teman yang baik-baik di akhirat kelak:







sumber