Pages - Menu

Kamis, 13 September 2012

Lecehkan Kuda Lumping, Bibit tak hargai budaya

 Ilustrasi (dok:Istimewa)
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Bibit Waluyo kembali memicu kontroversi. Pernyataannya yang menjelekkan kesenian tradisional kuda lumping (jaran kepang/jathilan), menuai kecaman.

Budayawan Mohammad Sobari menilai pernyataan itu menunjukkan bahwa Bibit merupakan sosok purnawirawan TNI yang tidak mengerti sejarah bangsa dan karena itu juga tidak bisa menghargai budaya.

"Dalam sejarahnya jaran kepang itu bentuk perlawanan para pejuang kemerdekaan. Jaran kepang itu sebagai alat berlatih kavaleri perang yang dibungkus kesenian. Masa gubernur seperti Bibit Waluyo tidak tahu sejarah," ungkapnya saat dihubungi di Jakarta kemarin.

Sebagai seorang gubernur dan pemimpin daerah semestinya Bibit lebih menghargai budaya yang akarnya pasti berkaitan dengan sejarah bangsa Indonesia. Pada masa penjajahan dulu para pejuang sangat gigih melakukan perlawanan dengan apa pun cara yang mereka bisa.

Para penyair melahirkan syair dan puisi yang membangkitkan semangat kemerdekaan. Para penari menciptakan kesenian-kesenian tari yang menggambarkan simbol perlawanan. "Peninggalan budaya dulu semangatnya harus dibawa terus dan tidak kalah penting juga bahwa tari jaran kepangitu sangat bagus untuk dinikmati," ujarnya.

Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Minggu 9 September 2012 malam, menyebut kuda lumping sebagai kesenian paling jelek di dunia. Kesenian tradisional ini dinilai tidak pantas ditampilkan dalam acara-acara resmi yang dihadiri banyak pejabat.

"Wali Kota Magelang sungguh memalukan, menampilkan kesenian jaran kepang untuk acara seperti ini," kata Bibit dalam sambutan pembukaan The 14th Merapi and Borobudur Senior’s Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup.

Acara yang digelar di Borobudur International Golf and Country Club (BIGCC), Kota Magelang, itu dihadiri oleh sejumlah tokoh. Ada mantan menteri dalam negeri sekaligus mantan Gubernur Jateng Mardiyanto, mantan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Cosmas Batubara, dan Ketua Umum Persatuan Pegolf Seluruh Indonesia Yuwono Kolopaking.

Pernyataan yang disampaikan Bibit itu sontak membuat suasana acara seketika hening. Selanjutnya Bibit tidak menyebutkan hiburan apa yang menurutnya pantas untuk ditampilkan dalam acara tersebut.

Dia malah memaparkan keberhasilannya selama memimpin Jateng. Bagi para pelaku kesenian tradisional jaran kepang, pernyataan Bibit itu sangat menyentak.

Supadi Haryanto, pemimpin komunitas kesenian tradisional dari Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Magelang, yang memiliki tarian ”Jaran Kepang Papat”, menyayangkan pernyataan gubernur tersebut.

"Kami seniman menyadari selera seni itu memang berbeda-beda. Tapi sebagai orang terdepan, dalam hal ini sebagai gubernur, kita sangat menyayangkan pernyataan seperti itu," katanya.

Bagi Supadi, jaran kepang pada kenyataannya sudah menjadi tradisi di Jawa Tengah dan dikenal luas di berbagai daerah, bahkan luar negeri. Di Jateng,jaran kepang juga sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilestarikan oleh masyarakat desa.

Budayawan Arswendo Atmowiloto mengatakan, pernyataan Bibit yang menjelekjelekkan jaran kepang pasti didasari latar belakang Bibit yang tidak mengerti arti budaya. Kalau Bibit memahami makna budaya, tentu dia sadar jaran kepang adalah murni sebagai tarian rakyat. Jaran kepang merupakan sebuah budaya yang lahir dari situasi dan pengalaman rakyat.

"Masa budaya bagus begini dibilang jelek. Saya kira mungkin Pak Bibit sedang pusing, makanya ngomong gitu," nilainya.

Widyo ‘Babahe’ Leksono, seorang seniman Semarang, melihat pernyataan tersebut menunjukkan Bibit tidak berkomitmen terhadap visi misinya sebagai Gubernur Jateng, yakni Bali Ndeso Mbangun Ndeso. Kesenian jaran kepang lahir dari tradisi orang desa yang patut dilestarikan dan dikembangkan.

"Seharusnya sebagai gubernur itu bisa menjadi pamomong masyarakat, dalam hal ini masyarakat Jateng. Selain sumber daya manusia dan sumber daya alam, Bibit juga harus membangun kesenian dan budaya yang ada. Jangan malah menjelek-jelekkan salah satu kesenian," gugatnya.

Di lain pihak, Ketua Bidang Kerja Sama Dewan Kesenian Jateng (DKJT) Gunoto Sapari berharap pernyataan mantan Pangkostrad itu tidak serius. "Pak Bibit itu memang suka bercanda orangnya," ujarnya.



sumber