Pages - Menu

Senin, 17 September 2012

Inilah Wanita Tuna Netra Pemenang Masterchef season 3


Sejak pertama kali melangkahkan kaki ke ajang kompetisiMasterchef season 3, chef Christine Ha merebut hati warga Amerika. Di malam final Masterchef yang diselenggarakan pada hari Selasa (11/9), Christine keluar sebagai pemenang dan berhak mendapatkan hadiah utama US$250 ribu dan kontrak buku masak, mengalahkan saingan terberatnya Josh Marks dan sekitar 100 kokilainnya. Dan sesungguhnya Christine adalah wanita pembawa inspirasi bagi banyak orang karena ia adalah kontestan tuna netrapertama yang mengikuti kompetisi tersebut.

Di malam final, Christine menyiapkan hidangan khas Vietnam yang telah dikenalnya dengan baik. Tiga menu Christine adalah crab vegetable salad sebagai pembuka, braised pork belly, dan coconut lime sorbet sebagai penutup. Josh Marks sendiri membuat lobster grits sebagai pembuka, lamb rack, dan bacon pecan pie sebagai penutup.

"Saya pikir banyak orang yang meremehkan saya. Mereka pikir saya ada di kompetisi ini hanya untuk menaikkan rating. Orang akan berkata, "Apa yang ia lakukan? Apakah ia akan memotong jarinya?" Tapi saya memasak di rumah selama bertahun-tahun dalam kondisi buta. Jadi jika saya dapat melakukannya di rumah, kenapa saya tidak dapat membuktikannya kepada orang lain bahwa saya dapat melakukannya di TV nasional."

Minggu demi minggu, penduduk asli Houston keturunan Vietnam ini, menyiapkan karya kuliner denganhanya mengandalkan rasa, aroma dan sentuhan untuk menuntunnya. Para juri mengizinkannya menggunakan asisten, Cindy, tapi ia tidak diizinkan untuk memotong atau mencicipi masakan Christine. Cindy hanya bertindak sebagai mata bagi Christine.

Selama kompetisi, Christine menghadapi kendala, tekanan dan kritik tajam dari para juri sama seperti kontestan lainnya, termasuk koki tangguh Gordon Ramsey yang dikenal dengan sebutan "Hell"s Kitchen".

"Saya tidak dapat melihat apa yang orang lain lakukan, saya hanya fokus pada diri saya sendiri, dan menurut saya itu sangat membantu. Hal itu justru memberikan keuntungan kepada saya," ujarnya. "ketika saya berhasil melaluinya, itu adalah pengalaman yang paling stres dalam hidup saya, sungguh menakjubkan."

Christine mengataan bahwa ia mampu bersaing dengan kontestan lainnya karena ia tidak dilahirkan buta. Christine hampir kehilangan seluruh penglihatannya sekitar lima tahun yang lalu setelah didiagnosa menderita penyakt auto imun yang menyerang saraf optik. Christine hanya mampu melihat bayangan. Namun Christine yang tidak memiliki pelatihan kuliner profesional, mengatakan ia bertekad untuk tidak membiarkan kebutaan memaksanya untuk menyerah.

Setelah berulangkali terus mencoba agar bisa tetap memasak dengan penuh uraian air mata, Christinekemudian mulai menulis blognya sendiri, theblindcook.com, yang membuat para produser Masterchefmenemukan dirinya.

Tempat memasak Christine disiapkan khusus untuk membantunya: thermometer yang berbicara, benjolan Braille buatan sendiri di atas kompor, dan oven mitts yang sangat besar, demi menghindariChristine dari bahaya api. Namun bagian yang paling disenanginya adalah penyajian makanan kreatif yang hanya dimiliki Christine dalam memorinya.

"Saya ingat warna dan saya dapat memvisualisasikannya," ujarnya. "Saya tahu saya suka menempatkan semuanya di piring putih. Warnanya akan muncul dan terlihat lebih baik. Saya membayangkan warna dari makanan – dimana saya harus menempatkan warna hijau atau merah di atas piring. Begitulah cara saya menghias. Saya hanya menghadirkan apa yang saya bayangkan di atas piring itu."

Setelah meraih kesuksesan sebagai Masterchef Amerika, Christine mengatakan bahwa mimpi berikutnya yang ingin ia kejar adalah membuka pub dan toko es krim sendiri.

"Saya hanya ingin orang-orang menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan itu di dalam diri mereka sendiri jika mereka memang benar-benar ingin," ungkapnya. "Jika mereka memiliki hasrat, semangat yang berkobar, dorongan, gairah... Anda dapat mengatasi setiap hambatan dan tantangan untuk benar-benar mencapai apa yang Anda inginkan dan membuktikan diri kepada dunia. Setiap orang memiliki kemampuan. Jauh lebih mampu dari apa yang mereka pikirkan," tutup Christine.