Pages - Menu

Kamis, 06 September 2012

Anda Ingin Pinjam Uang di Bank? Coba Difikir-fikir Lagi

Di tengah suasana ekonomi yang tidak menentu saat ini dan semakin tingginya ketergantungan para pelaku bisnis terhadap bank, mungkin akan membuat kita berpikir berpikir ulang untuk mendengar tokoh pengusaha sukses yang tidak mau memakai fasilitas kredit bank.
Dialah Lim Swi Ling, seorang generasi kedua yang meneruskan usaha pembuatan rokok kretek dari Pabrik Rokok Liem Seeng Tee Soe. Sejak ia kecil ayahnya –Almarhum Liem Seeng Tee- selalu mengatakan bahwa harta pusaka keluarga ini perlu dirawat dengan baik. kaya “Soalnya sejarah telah membuktikan bahwa orang kaya cina tidak bisa melalmpaui tiga generasi.” Kata Swie Ling menirukan ayahnya. Raja Gula Oei Tiong Hang saja hanya bisa bertahan dua generasi. (HM masih singkatan dari handelsmaatschapij; Sampoerna pun tetap dengan ejaan lama agar suku hurifnya berjumlah Sembilan. Penjumlahan angka 234 yang dianggap sebagai angka baik.) Bukan saja ia berhasil melipatgandakan hasil Sampoerna , tapi juga mendirikan pabrik berikutnya PT Panamas, yang menghasilkan rokok kretek merk Sampoerna A (A artinya dari singkatan AGA Sampoerna..mungkin).
Lalu,apa kiatnya? Pertama adalah sikapnya terhadap bank. Bagi Swie Ling, bank hanya untuk menyimpan uang, bukan tempat meminjam uang. Ini tentulah bertentangan dengan paham modern yang mengatakan bahwa orang kaya justru adalah yang punya pinjaman dari bank. Kalau tidak salah, Liem Sioe Liong pun mengatakan hal itu ketika diwawancarai Tempo. Begitu pula prinsip para industrialis barat.
“Prinsip yang sederhana,” kata Swie Ling. “Don’t go beyond your capacity (jangan melebihi kapasitas anda). Kalau anda cari pinjaman di bank itu sama saja menginginkan kebesaran, tapi tidak mempunyai kekuatan. Sama dengan orang angkat besi tho? Kalau tidak kuat pasti ambruk. Jadi, angkatlah sekuatnya dulu. Nanti kalu sudah mampu, tambahlah beban lagi, dan coba lagi apakah masih kuat.”
Kepada ketiga anaknya pun Swi Ling menanamkan konsep yang serupa. Salah seorang anaknya ketika mereka tinggal di negeri Belanda pernah bertanya, “seluruh dunia telah meminjam uang dari bank .Mengapa kita tidak?” Anaknya itu meminjam uang dari bank.Tetapi, sialnya, ia mengalami kesulitan.
“Bank memang bukan teman anda” kilah Swie Ling. Manajer bank munkin adalah teman baik anda. Tetapi bila kita mengalami kesulitan , ia akan tega membiarkan anak isteri kita terlantar di kolong jembatan karena rumah kita disita. Kepada anaknya itu ai lalu berkata, “Biarlah saya jadi bankirmu. Saya pinjami uang yang kau perlukan untuk usahamu. Sebagai ayah tidak akan bicara bunga . Sebagai ayah , saya pun tidak akan membuatmu bangkrut dan menyita hartamu bila usahamu gagal. Biarlah saya saja yang akan menanggung resiko itu.”
Menanggung resiko sendiri adalah salah satu prinsip Liem Swie Ling. Beberapa tahun yang lalu PTHM Sampoerna mengalami musibah kebakaran yang menelan kerugian sampai 5 Milyar. “Bayangkan, kalau saya asuransikan malah mungkin saya ditahan polisi keesokan harinya-karena disangka sengaja membakar untuk memperoleh santunan asuransinya. Lagi pula, apakah asuransi mau membayar kalu sudah sebegitu besar? Bertahun tahun habis untuk perkara semacam itu, dan sementara itu kita tidak boleh m mbangun sebelum perkaranya beres,” kata swie Ling.
Kuno? Mungkin orang akan berkata seperti itu. Tetapi kesan kuno itu sama sekali tidak tampak kalau seseorang melangkah ke bangunan modern yang ditempati perusahaan itu di Surabaya industrial esatate Rungkut. Kantor-kantornya tertata rapi sebagimana layaknya perusahaan modern. Juga dihias dengan lukisan-lukisan besar yang berselera tinggi. Sistem menejemnya pun memakai system mutakhir setelah direktur utama perusahaan diserahkan kepada anak kedua liem Swie Ling-Putera Sampoerna yang di didik di Amerika.
Liem Swie Ling mungkin merupakan salah satu dari sedikit orang yang bisa dikecualikan. Apa yang diyakininya itu kebetulan terlaksana dengan baik baginya. Tetapi itu tidak berarti bahwa hal yang sama dapat berlaku pada orang lain.