Pages - Menu

Jumat, 17 Agustus 2012

Butuh Dua Tahun Gantikan Satelit Telkom-3



Telkom berencana meluncurkan satelit baru lagi untuk menggantikan satelit Telkom-3 yang gagal mencapai orbit. Namun pembuatan satelit baru ini membutuhkan waktu penyelesaian sekitar dua tahun.

"Untuk satelit baru tentu dibutuhkan. Namun kami belum memutuskan dibuat dan diluncurkan di mana. Sebab manajemen masih melakukan evaluasi terkait kegagalan orbit satelit Telkom-3 di Rusia," ujar Slamet Riyadi, Head of Corporate Communications and Affair Telkom, di Jakarta.

Seperti diketahui, Satelit Telkom-3 yang diluncurkan di Kazakhstan, Senin pekan lalu, dilaporkan tidak mencapai orbit. Satelit yang sempat dilaporkan hilang ini ditemukan masih berada di ketinggian 5 ribu kilometer.

Satelit dengan investasi hampir Rp 2 triliun ini kemungkinan besar tak dapat digunakan kembali setelah gagal mencapai titik orbit 118 derajat di ketinggian 36 ribu kilometer.

Klaim Asuransi

Untungnya, Telkom telah mengasuransikan satelit ini kepada PT Asuransi Jasindo senilai USD 185,3 juta yang mencakup perlindungan biaya penggantian satelit dan biaya persiapan serta peluncurannya.

"Nilai asuransinya memang sekitar USD 185 juta. Namun jika bicara total investasinya memang USD 200 juta karena sudah termasuk cost stasiun control dan instalasi darat," papar Slamet.

Dijelaskannya, langkah yang dilakukan Telkom saat ini adalah meminta surat resmi perihal hilangnya satelit tersebut dari ISS-Reshetnev Rusia. "Kami akan minta itu karena menyangkut term of payment nantinya dari Jasindo," tegasnya.

Jasindo sendiri telah menyatakan siap memberikan ganti rugi bagi Telkom atas hilangnya satelit Telkom-3. Saat ini BUMN di jasa asuransi tersebut tengah menunggu kepastian tentang nasib satelit itu secara resmi.

Pernyataan dari Rusia ini penting sebagai prosedur untuk klaim asuransi. Jasindo dalam menanggung kerugian ini menggandeng perusahaan asuransi lain dan share dari BUMN ini tidak begitu besar.

Berdasarkan catatan, Jasindo telah terbiasa menyelesaikan klaim besar untuk masalah satelit. Misalnya, klaim Apogee Kick Motor Satelit Palapa B2 sebesar USD 75 juta, BDC Failure Satelit Palapa C2 senilai USD 31,2 juta, Battery Charging Failure Satelit Palapa C2 sebesar USD 36,5 juta, dan Loss of DB Satelit Garuda milik Aces International hingga senilai USD 101,5 juta.

Dalam bisnis satelit terdapat tiga komponen besar, yakni satelit itu sendiri, peluncuran, serta asuransi. Harga asuransi tergantung pada rate dikali harga satelit ditambah peluncuran. Harga rate ini berfluktuasi tergantung kondisi pasar asuransi. Biasanya digunakan harga terakhir yakni satu tahun sebelum peluncuran.

Nilai rate asuransi ini menunjukkan kepercayaan terhadap produk tersebut. Hal lain yang disorot dari total investasi USD 200 juta itu adalah masalah sisa dana sekitar USD 14,7 juta dari investasi yang dialokasikan untuk cost stasiun control dan instalasi darat.



sumber