Seseorang
berkisah tentang pengorbanan ibunya. Aku lahir didalam keluarga miskin
yang eringkali kekurangan makanan Ibu mengetahui bahwa aku belum
kenyang, sehinga ia memindahkan nasinya kepiringku sembari berkata, “Ini
untukmu Nak, Ibu tidak lapar.” Padahal aku tahu persis bahwa ibu belum
makan, ibu pasti lapar.
Agar
aku mendapatkan makanan bergizi, ibu sering pergi memancing.
Sepulangnya dari memancing, ia memasak sup ikan yang lezat dan
memberikannya kepadaku. Aku memakannya dengan lahap, tetapi aku
memperhatikan bahwa ibu mengambil tulang ikan bekas aku makan dan mulai
memakan daging ikan yang masih tersisa ditulang tersebut. Aku sedih
melihat Ibu. Kemudian dengan sumpitku aku memberikan daging ikan
kepadanya, tetapi ia berkata, “Buat kamu saja Nak, Ibu tidak suka ikan.”
Ibu berkata begitu meskipun aku tahu bahwa ibu suka ikan.
Ketika
aku masuk SMP, biaya yang kuperlukan semakin banyak. Untuk mendapatkan
uang tambahan, ibu bekerja menempel kotak korek api. Walau sudah larut
malam, aku masih melihat ibu menempel kotak korek api dengan penerangan
lilin yang kecil, “Ibu tidak mengantuk?” tanyaku. “Tidurlah Nak, Ibu
belum mengantuk,” jawabnya. Padahal aku melihat matanya sudah hampir
terpejam karena mengantuk.
Ketika
aku menjalani ujian, Ibu cuti dari pekerjaan untuk menemaniku pergi
ujian. Walau terik matahari terasa menyengat, Ibu tetap menungguku
diluar. Selesai ujian, Ibu memberiku teh manis. Karena aku melihat Ibu
kepanasan dan pasti haus, maka aku memberikan gelas berisi teh kepada
Ibu, tetapi ia berkata, “Minumlah Nak, Ibu tidak haus.”
Singkat
cerita, setelah lulus S1, aku melanjutkan ke S2 dan bekerja di sebuah
perusahaan di Amerika. Gajiku cukup besar, sehingga aku bermaksud
mengajak Ibu tinggal bersamaku dan menikmati hidup di Amerika. Tetapi
Ibu berkata, “Aku tidak terbiasa hidup disana.” Aku tahu Ibu mengatakan
itu karena tidak mau merepotkan.
Diusianya
yang sudah tua, ibu terkena kanker lambung dan penyakit itu membuatnya
tersiksa. Aku pulang dan melihat Ibu terbaring lemah menahan sakit. Ia
memandangku dengan tatapan rindu. Aku menangis melihat penderitaan Ibu,
tapi ia berkata, “Jangan menangis Nak, Ibu tidak merasa sakit.” Itu
adalah ucapan terakhir Ibu sebelum ia menutup matanya dan kembali ke
pangkuan Tuhan.
Kisah
diatas adalah gambaran kasih dan pengorbanan seorang ibu. Sebagai anak,
kasihi, hormati dan balaslah budi baik Ibu kita, karena ia adalah
kehendak Tuhan. Renungkanlah sejenak apa yang sudah Anda lakukan bagi
Ibu yagn sudah melahirkan dan membesarkan Anda. Jika saat ini Anda
sedang mengalami keretakan hubungan dengan Ibu Anda, adakan pemberesan
sehingga berkat-berkat Tuhan tidak terhambat.
DOA:
Bapa, berkatilah Ibuku yang sudah banyak berkorban bagiku. Berilah dia
kesehatan dan sukacita senantiasa. Dalam Nama Tuhan Yesus aku mohon.
Amin.
KATA-KATA BIJAK: Kasih Ibu bagaikan matahari yang terus bersinar tanpa mengharapkan balasan.
sumber : http://renungan-harian-kita.blogspot.com/search/label/Kasih%20Ibu