Apa benar bila ibu hamil berperilaku ajaib, seperti ingin menjitak
kepala si botak atau malah jadi pengin merokok adalah karena keinginan
calon bayi dalam perut? Ups, jangan mengambinghitamkan bayi ah! Semua
perilaku "ajaib" ini semata-mata karena perubahan hormon yang dialami
ibu hamil. Untuk diketahui, perubahan hormon selama kehamilan memang
dapat memengaruhi emosi ibu. Emosi inilah yang memicu perilaku ibu hamil
yang aneh-aneh alias ajaib itu.
Hanya saja seberapa besar
pengaruh emosi akibat faktor hormonal tersebut, sebetulnya tergantung
kepribadian masing-masing ibu. Asal tahu saja, kepribadian seseorang
berkaitan dengan pola asuh yang didapat semasa kecil, kesiapan ibu
menerima kehamilan dan persepsinya akan kehamilan.
Lantaran itu,
ibu hamil yang memiliki kepribadian matang jarang "berperilaku aneh".
Karena selain dapat mengelola emosinya dengan baik dan siap dengan
kehamilan yang dijalaninya, latar belakang pola asuh yang ia dapat juga
baik. Kalaupun perilakunya "ajaib" (menurut anggapan orang), arahnya
cenderung positif. Umpamanya, ia begitu semangat menjalani kehamilan
sampai setiap hari selalu berdendang. Sebaliknya, ibu hamil yang
kepribadiannya belum matang akan mudah emosi; senang mencari perhatian,
mudah stres, gampang marah/tersinggung, mudah sedih atau tertekan.
Berikut beberapa contoh "perilaku aneh" yang mungkin dialami ibu hamil beserta alternatif solusinya:
* Hobi shopping
Sebenarnya
wajar, apalagi bagi wanita. Dianggap aneh karena sebelumnya yang
bersangkutan tidak punya "hobi" ini. Baru setelah hamil lantas gemar
berbelanja. Dikhawatirkan "kegemaran baru" ibu hamil ini bisa
menimbulkan konflik dengan pasangan, karena ibu dinilai egois dan boros
membelanjakan keperluan yang tak jelas.
Solusi:
Mau tak
mau ibu memang harus mampu menahan dorongan untuk berbelanja.
Berusahalah untuk bijak. Buat daftar keperluan saat akan berbelanja
keperluan bayi, umpamanya, dan berusahalah mematuhi daftar tersebut.
* Malas-malasan
Bisa
karena pada dasarnya ibu memang pemalas sehingga saat hamil bertambah
malas akibat adanya perubahan hormonal. Pada ibu yang bekerja umumnya
perasaan malas-malasan ini jarang ditemui. Kalaupun ada karena rasa
bosan dan lebih mudah dialihkan pada hal lain.
Solusi:
Bagi
ibu rumah tangga yang banyak diam di rumah, beraktivitaslah! Jangan
hanya tidur-tiduran, nonton sinetron dan mengemil. Peran lingkungan
tentu amat dibutuhkan untuk memotivasi ibu agar banyak bergerak. Ingat,
perilaku semasa hamil juga merupakan cara mendidik anak sejak janin.
Jangan sampai perilaku malas ibu berdampak pada pola asuh kelak.
* Tidak mau dekat-dekat suami
Ada
ibu hamil yang merasa mual bila mencium bau suami. Dengan alasan itu,
ia tidak mau tidur seranjang atau kalaupun tidur berbalikan badan.
Penyebabnya? Jangan-jangan ada masalah komunikasi dengan pasangan yang
terpendam. Di bawah sadar, mungkin lo ada kebiasaan suami yang tidak ibu
sukai. Misal, suami suka mengorok kalau tidur, pulang kantor tidak
langsung bersih-bersih dan sebagainya. Tanpa disadari ketidaksukaan
tersebut tercetus jadi perilaku "aneh" saat ibu hamil
Solusi:
Tentu
tidak benar bila selagi hamil ibu menjauhi suami. Jadi, komunikasikan
apa yang menjadi keinginan dan harapan ibu agar merasa nyaman. Bukankah
kehadiran anak dalam kandungan juga hasil kerja sama berdua? Belajarlah
untuk menerima kekurangan dan kelebihan pasangan dan belajarlah untuk
saling memahami.
* Merasa sebal dan tak ingin ketemu mertua
Lihat
kembali pada awal hubungan ibu dengan mertua selama ini. Apakah ada
ketidakcocokan yang disebabkan mertua terlalu intervensi, terlalu
cerewet dan sebagainya. Sikap mertua yang tidak berkenan di hati selama
ini bisa tercetus jadi perilaku "aneh" selagi hamil. Memang dapat
dipahami karena kondisi kehamilan yang cukup sensitif.
Solusi:
Sekali
lagi, komunikasi merupakan jalan terbaik. Katakan secara baik-baik apa
yang menjadi keinginan dan harapan ibu. Misalnya, ingin mandiri dengan
pindah dari rumah mertua. Pengertian dari pihak mertua juga tentu
diperlukan. Untuk itu carilah win-win solution yang terbaik.
* Marah-marah pada pasangan
Cenderung
dipengaruhi temperamen ibu serta bagaimana kelancaran komunikasi dengan
pasangan. Akibatnya sering kali hal sepele jadi menimbulkan konflik
berkepanjangan.
Solusi:
Berusahalah untuk beradaptasi.
Pasangan harus mengerti kondisi kehamilan ibu dan ibu jangan egois
selalu ingin dimanja atau dilayani semua kebutuhannya. Cobalah saling
membuka diri dan terus belajar untuk saling memahami.
* Merasa cemburu atau curiga
Jika
sesekali mungkin wajar. Namun kerap merasa curiga pada pasangan selagi
ibu hamil tentu bukan hal yang sehat. Penyebabnya bisa jadi berkaitan
dengan masalah kepercayaan diri. Perubahan fisik semasa hamil membuat
ibu merasa tidak cantik sehingga khawatir suami berpaling.
Solusi:
Kekhawatiran
itu tak perlu terjadi selama ibu yakin dan pede serta ada saling
percaya antarpasangan. Namun tak ada salahnya, ibu tetap menjaga
penampilan dan menjalin kenyamanan dan kemesraan dengan pasangan. Hal
ini dapat meminimalkan kekhawatiran ibu dan juga tidak membuka peluang
bagi pasangan untuk berpaling.
* Jadi suka merokok atau kebiasaan buruk lainnya
Perilaku
ini bisa karena keinginan ibu untuk coba-coba atau usaha mengatasi rasa
tak enak dan tak nyaman semasa hamil. Jelas ini amat berisiko bagi
kehamilan dan juga janin.
Solusi:
Jika sudah telanjur
hentikan segera agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih
membahayakan, misalnya menjadi pengguna narkotika. Bukankah ketika hamil
ibu harus sehat secara fisik dan psikis? Carilah kegiatan yang lebih
bermanfaat, seperti mengikuti pendidikan untuk menjadi orangtua,
mempraktikkan yoga, ikut terapi musik, dan lainnya.
* Rajin bekerja/suka bersih-bersih
Ada
ibu yang memang terbiasa bekerja, sehingga semasa hamil pun jadi lebih
rajin. Ini merupakan salah satu perilaku "aneh" yang positif. Hanya
perlu diingat, saat bekerja perhatikan kondisi ibu.
Solusi:
Jangan
sampai kecapekan. Bekerjalah sesuai porsi dan kesanggupan ibu. Jika
perlu arahkan energi ibu pada persiapan menyambut kehadiran bayi semisal
menata kamarnya dan lain sebagainya